Sukabumi Update

Memotret Perjalanan Musik Cadas di Kota Nayor Kabupaten Sukabumi

SUKABUMIUPDATE.COM - Ketika musik-musik underground banyak digandrungi anak-anak muda Sukabumi antara tahun 90-an hingga awal 2000-an, di Kota Cibadak seringkali diadakan even musik dalam bentuk festival atau parade band yang jumlah pesertanya membludak. Pernah dalam satu even 40-an grup musik digeber dari pagi hingga larut malam memainkan beragam genre seperti grunge, punk, ska, head metal, metalcore, hardcore atau alternative.

Tak jarang para peserta yang mendaftarkan diri datang dari luar Kota dan Kabupaten Sukabumi seperti Depok, Bogor, Bekasi, Cianjur, Bandung bahkan Jakarta. “Musisi Dangdut juga banyak di Cibadak, ari eta Mansur S pan urang Pasir Kolotok” Ujar Ricky Abdulloh atau Odang, vokalis Sweet Mother God, kepada sukabumiupdate.com, Senin (10/10).

Ketika reformasi bergejolak di tahun 1997, kondisi genting di Jakarta pun berimbas pada situasi mencekam di daerah termasuk Cibadak. Saat itu segelintir anak muda Cibadak tengah bersiap melangsungkan hajatan musik yang mengusung tema Music Against Drugs And Violence, 1997.

“Masih ingat nggak, Nang, bagaimana kita ketar-ketir saat rapat bersama Muspika (Musyawarah Pimpinan Kecamatan-red) di Kantor Kecamatan Cibadak? Sieun acara teu diijinan padahal nu daftar geus loba pisan timana-mana (Kahawatir pagelaran musik tidak mendapat ijin padahal peserta banyak yang sudah mendaftar),” kenang Hendra yang biasa disapa Qinoy.

Tercetusnya ide menyelenggarakan even musik waktu itu, berawal dari Qinoy bersama beberapa teman merasa gundah ketika anak-anak band hanya berlatih dan berlatih saja di studio miliknya, tetapi mereka tak memiliki kesempatan unjuk skill,menyalurkan minat dan bakat mereka di atas panggung.

Sejak saat itu lahirlah kelompok semacam forum musisi dan event organizer terdiri dari anak-anak band, pengusaha rental studio dan pecinta seni di Kota Cibadak yang akhirnya rutin mengadakan even musik. Paling tidak, dalam satu tahun diadakan tiga atau empat pagelaran, dengan tema beragam mulai dari sekadar parade atau pagelaran, hingga bakti sosial dan kampanye gerakan anti narkoba.

Meskipun beberapa pertunjukan musik pernah diselenggarakan dalam kurun 2007-2016, pagelaran musik sempat meredup dengan berbagai penyebab di antaranya band-band lokal mulai berorientasi ke jalur rekaman. Sibuk menulis lagu dan menawarkan diri ke berbagai label di industri rekaman meskipun belum ada yang mengeluarkan album.

“Kalo single ada lah, dijalur indiepun belum ada yang keluar album. Jangankan album, setahu saya mini albumpun belum ada, entah jika teman-teman lain,” lanjut Qinoy.

Lahan yang biasa dipergunakan untuk panggung telah berubah menjadi jajaran ruko antara talang air dan Stasiun Kereta Api Cibadak. Padatnya Kota Cibadak kini dengan bangunan-bangunan baru yang tidak menyisakan ruang terbuka menyebabkan kesulitan penyelenggaraan even semacam ini.

Pilihan lain seperti lapangan bola Sekarwangi pun harus menimbang beragam aspek seperti lokasi yang sangat berdekatan dengan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) Sekarwangi. Suara sound system yang keras dikhawatirkan mengganggu kenyamanan pasien rumah sakit.

Tetapi semangat bermusik anak-anak muda Cibadak tak pernah luntur, melalui Nayor City Music Fest 2016 pada Sabtu, 29 Oktober mendatang, keinginan band-band Sukabumi untuk beraksi dan unjuk gigi dalam menampilkan kemampuan bermusik bisa diakomodir.

“Selain acara musik, kamipun menggelar bazaar.” Ungkap Odang. 

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI