Sukabumi Update

10 Hal Ini Ngangenin Buat Pelajar Sukabumi Era 80-90an

SUKABUMIUPDATE.COM – Tak bisa dipungkiri, jika masa-masa SMA (sekolah menengah atas) adalah masa-masa indah remaja pada setiap generasi. Khusus bagi Anda yang menjadi anak gede pada era 80-90an, ada banyak sikap keren ketika itu, namun terlihat culun jika dibandingkan dengan era sekarang.

Sebagian kenangan yang melegenda bagi remaja era 80-90an, kami rangkum dalam tulisan “10 Hal Ini Ngangenin Buat Pelajar Sukabumi Era 80-90an” berikut:

1. Miniarta dan Deddy S. Putra

Bukanlah nama orang, tetapi dua nama perusahaan otobus (PO) yang beroperasi dengan trayek Tangerang, Depok, Bogor-Sukabumi. Keduanya biasa melewati jalur protokol melewati Cicurug, Parungkuda, Cibadak, Cisaat, hingga Kota Sukabumi. Pelajar era 80-90an menjuluki bis Miniarta dengan sebutan “teh kotak”. Hal itu disebabkan disain body-nya kotak dibalut cat warna cokelat, mengingatkan kita pada merek minuman teh dalam kemasan. Miniarta menjadi bis favorit, sebagai upaya meminimalisir pengeluaran agar tersisa untuk membeli rokok. Dengan membayar gocap (Rp50) saja, anak-anak sekolah dari Parungkuda bisa sampai ke Kota Sukabumi. Ini hanya dugaan redaksi sukabumiupdate.com, mungkin Miniarta berasal dari kata "mini" yang berarti kecil, dan "arta" dalam bahasa Sunda berarti artos atau uang, uang kecil, klop! Maksa banget ya, hahaha… Selain Miniarta, Deddy S.Putra adalah PO yang populer era 80-90an. Kedua beus tilu parapat ini entah masih ada atau tidak.

2. SPP Murah

Murahnya biaya pendidikan di era 80-90an tak bisa dipungkiri, bahkan jika dikomparasi dengan nilai uang dan value dengan biaya pendidikan era sekarang sekalipun. Untuk masuk jadi peserta didik di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri Cibadak, calon siswa hanya dipungut uang bangunan sebesar Rp200 ribu saja, dan sumbangan pembinaan pendidikan (SPP) Rp3 ribu per bulan. Sementara Sekolah Teknologi Menengah (STM) Negeri Sukabumi (sekarang SMK/sekolah menengah kejuruan) dipungut uang pangkal Rp350 ribu. Nominal itu sudah termasuk empat stel seragam sekolah (putih abu, putih putih dan baret, baju praktek, dan baju olah raga), SPP yang harus dibayar Rp5 ribu per bulan.

3. Buku Letjes

Boekoe tipis legendaris ini bersampul biru, untuk buku paling tipis harganya cuma gocap (Rp50) saja. Letjes termasuk pabrik kertas tertua di Indonesia, setelah Pabrik Kertas Padalarang. Menurut catatan Wikipedia, pabrik ini didirikan pada masa penjajahan Belanda, tepatnya tahun 1939, mulai beroperasi tahun 1940, dengan kapasitas produksi sebesar 10 ton per hari. Sejak Mei 2010, Kertas Letjes berhenti beroperasi karena Perusahaan Gas Negara (PGN) menghentikan pasokan gasnya, lantaran Kertas Letjes punya tunggakan utang sebesar Rp41 miliar. 4 Juni 2012, Kertas Letjes mulai beroperasi kembali. Lantas bagaimana dengan Boekoe Letjes?

4. Sepatu Warrior dan Dragon Fly

Sepatu warna hitam wajib digunakan para pelajar di Sukabumi, baik negeri atau swasta. Para pelajar seperti sudah konsensus untuk menggunakan Warrior secara massal, mungkin karena warnanya hitam dan fleksibel, jadi sesuai kebutuhan. Dragon Fly juga merupakan merek sepatu yang digandrungi dan biasa disebut Capung. Keduanya berharga murah dan tahan lama.

5. Lengan baju dilinting

Cara berpakaian yang satu ini entah bagaimana awal mulanya, lengan baju dilipat keluar beberapa kali dan menghasilkan sebuah trend berpakaian bagi pelajar. Para pelajar sekolah menengah pertama (SMP) atau sekolah menengah atas (SMA) kompak melakukan hal yang sama tanpa dikomando. Meski tak jarang, cara berpakaian seperti ini dianggap tidak sopan oleh para pendidik di sekolah masing-masing. Alhasil bagi pelajar yang tertangkap tangan lengan bajunya dilinting, akan mendapat hukuman disetrap di depan kelas, atau dijemur di lapang upacara.

6. Gaya Foto dengan Simbol Metal

Ada banyak teman atau mungkin Anda sendiri masih mengoleksi foto-foto jadul (jaman dulu). Di-share di grup whatsapp dan blackberry mesangger (BBM). Jika di media sosial (Medsos), mereka akan men-tag atau mention akun medsos Anda. Anda membukanya, kemudian mesem-mesem sendiri melihat foto Anda bersama sahabat dengan pose seperti tengah menahan nafas, culun tapi menghibur. Pose yang biasa dilakukan adalah memamerkan kalung simbol metal atau mengacungkan tiga jari sebagai salam metal.

7. Buku digulung dan Pilot

Berbagai mata pelajaran yang sudah dijadwalkan tiap harinya tentu membutuhkan banyak buku, belum lagi buku bacaan yang dibeli atau dipinjam dari perpustakaan. Namun hal ini tidak berlaku bagi para pelajar yang berpikir praktis dan ekonomis (baca: malas). Mereka hanya bermodalkan satu pulpen Pilot, dan buku catatan untuk semua mata pelajaran setiap harinya, buku-buku tersebut mereka gulung menjadi bagian yang ringkas dan disimpan di saku celana bagian belakang. Pelajar yang seperti ini cenderung diberi label anak bandel dan populer di sekolahnya, meski di kemudian hari banyak di antara mereka yang berhasil dan sukses dalam berbagai bidang.

8. Madol, Nongkrong di Shopping Centre dan Capitol Plaza

Bubar sekolah tidak langsung pulang ke rumah merupakan kebiasaan para pelajar laki-laki, bahkan kabur atau madol dari sekolah dengan berbagai alasan, sengaja dilakukan hanya untuk nongkrong dan cuci mata di pusat perbelanjaan Capitol Plaza dan Shopping Centre. Kedua pusat perbelanjaan ini merupakan tempat favorit untuk nongkrong dan menghabiskan sisa uang koin Rp50 dan Rp100 untuk bermain Ding Dong.

9. Tas Lupus dan Permen Karet

Serial Lupus sangat digemari ketika itu, apapun yang menempel di badan, baik candaan, tingkah laku, potongan rambut, hingga tas, dan merek permen karet yang ia kunyah, menjadi trend setter di kalangan pelajar waktu itu. Sosok Lupus yang dikarang oleh Hilman Hariwijaya dalam cerita seri di majalah Hai, kemudian dibukukan dan diangkat ceritanya ke layar lebar dianggap mewakili kehidupan pelajar waktu itu. Permen karet Yosan Gum paling populer ketika itu. Bagi anak usia sekolah dasar dan menengah pertama, biasa mengumpulkan tulisan dibalik kemasan permen. Jika bisa menyusun menjadi kata "YOSAN" hadiah pun menanti. Namun sayang, sampai kita lulus sekolah menengah tingkat atas, huruf "O" tidak pernah kita dapatkan.

10. Minyak Rambut Lavender dan Tancho

Rambut mengkilap dan klimis menjadi trend. Modalnya adalah Pomade, produk yang bisa membuat rambut tetap stylish ini, bentuknya padat mirip dengan Wax. Wanginya khas dengan aroma menyengat. Merek yang populer digunakan di era 80-90an untuk menambah rasa percaya diri para pelajar laki-laki adalah, Lavender dan Tancho.

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI