Sukabumi Update

Kondisi SDN Ciparigi di Tengah Gemerlap Geopark Ciletuh yang Mendunia

SUKABUMIUPDATE.COM - Saat ini nama Geopark Ciletuh mungkin sudah lebih mendunia dibanding Kabupaten Sukabumi itu sendiri. Namun, di tengah gemerlap promosi Geopark Ciletuh yang digadang-gadang menjadi salah satu destinasi wisata andalan Jawa Barat berikutnya, juga menyajikan pemandangan tidak sedap di sektor pendidikan.

Tengoklah keberadaan Sekolah Dasar (SD) Negeri Ciparigi yang berada pada “ring satu” Geopark Ciletuh yaitu Desa Taman Jaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi. Di sekolah ini, para siswa belajar di lantai, namun bukan karena menjaga kearifan lokal, namun akibat ketiadaan meja dan kursi.

Tidak hanya itu, gedung sekolah pun sudah tidak layak disebut sebagai sarana pendidikan. Ruang kelas dalam kondisi rusak parah, ruang kelas tanpa jendela, atap jebol, dan tembok yang retak di sana-sini. Selain itu, 130. siswa di sekolah ini, juga harus berbagi guru karena kekurangan tenaga pengajar.

Atap kayu yang cukup tua dan lapuk, satu per satu mulai ambruk, bahkan satu kelas terpaksa dikosongkan karena kondisinya mengancam keselamatan siswa. Satu ruang kelas tersisa lainya harus digunakan oleh dua kelas berbeda.

“Hese belajar ge. Meja kudu rebutan, duduk di lantai dingin mun hujan kudu beresan,” jelas siswa kelas dua, Andika kepada sukabumiupdate.com, Kamis (10/11).

Kondisi seperti ini diakui Andika membuatnya malas ke sekolah. “Baheula aya bangku jeung meja, ayeuna mah tos rusak. Hayang gera diomeh. Meh Belajar enakeun,” lanjutnya.

Fasilitas pendidikan di lokasi wisata Geopark Ciletuh ini sudah lama menyatakan krisis tenaga pengajar. Untuk enam kelas, hanya ada tiga guru pegawai negeri sipil (PNS) dan dua honorer. sehingga satu guru harus mengajar di dua kelas.

“Mau ngambil tenaga honor lagi, bayarnya susah. Masalahnya ada di fasilitas, jika bangunannya layak, masyarakat pun akan menyekolahkan anaknya di sini, dan guru PNS mau bertugas di sini,” ungkap Hamdi, guru SDN Ciparigi.

Salah seorang warga Taman Jaya, Ipang Ramdan (37), khawatir kondisi tersebut tidak hanya akan merugikan dunia pendidikan lokal, tapi juga citra Kabupaten Sukabumi di mata dunia. “Bisa Anda bayangkan, nanti banyak turis asing ke Ciletuh, mereka juga bisa melihat langsung potret pendidikan di sini.”

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI