Sukabumi Update

Bogor Kota Berpetir Terbanyak di Indonesia, Apa Sebabnya?

SUKABUMIUPDATE.com - Jumlah petir di wilayah Bogor tertinggi  di Indonesia. Peneliti petir dari Institut Teknologi Bandung atau ITB Syarif Hidayat pernah menghitung jumlah sambabaran petir di sana. “Daerah Bogor yang pernah saya ukur terdapat kepadatan sambaran petir sebanyak 24 kali per kilometer persegi per tahun,” kata pengajar di Kelompok Keahlian Teknik kelistrikan Sekolah Teknik Elektro dan Informatika ITB itu.

Syarif juga pernah menghitung kepadatan petir di daerah lain di Jawa Barat. Bandung misalnya maksimal 10-12 sambaran petir per kilometer persegi. Jika dibandingkan dengan Florida sebagai kota berpetir terbanyak di Amerika Serikat, kata Syarif, jumlahnya separuh dari total di Bogor.

Adapun di Jepang terhitung hanya dua petir. “Kita relatif banyak terutama di wilayah lereng antara puncak dan laut,” ujarnya kepada Tempo, Senin, 16 April 2018. Terus ke timur hingga Jatiwangi, Kabupaten Majalengka, merupakan daerah rawan sambaran petir.

Menurut Syarif, kemunculan petir tidak terjadi secara tiba-tiba tapi ada pendahuluannya. “Petir itu terbentuk dari awan petir. Bahasa ilmiahnya awan cumulonimbus yang berbentuk seperti cendawan,” katanya.

Awan itu terbentuk akibat dorongan udara ke atas dari gunung yang lebih hangat saat pagi hingga siang hari. Di daerah tropis seperti di Indonesia awan petir umumnya terjadi akibat dua kondisi, yaitu adanya gunung dan laut.

Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG, Ramlan, mengatakan, petir disebabkan oleh gesekan dari ion-ion positif dan negatif yang terjadi pada awan hujan cumulonimbus. “Karena Bogor dataran tinggi dan sering terbentuk awan cumulonimbus, maka sering terjadi petir dibanding wilayah lain di sekitarnya,” ujarnya, Selasa, 17 April 2018.

BMKG menyatakan jumlah petir di Bogor dan Depok tertinggi se-Indonesia. Pada 2016 misalnya, di kedua daerah itu terjadi sekitar 700 ribu sambaran petir per tahun.

Kondisi kedua yang menyebabkan awan petir di daerah tropis, kata Syarif, yaitu gejala selat. Misalnya daerah Riau yang datar tanpa gunung, tapi banyak juga petirnya. Pun daerah seberangnya seperti Batam dan Semenanjung Malaysia. “Karena selat juga mengalirkan uap air ke udara,” ujarnya. Kondisi serupa seperti di Selat Makasar, Balikpapan, Bukit Suharto, dan daerah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat.

Sumber: Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI