Sukabumi Update

Facebook Matikan Fitur Trending, Uji Breaking News

SUKABUMIUPDATE.com - Facebook akan menghapus fitur Trending dari platform media sosial mereka agar penggunanya mendapatkan berita dari sumber yang berkualitas dan terpercaya, sebagaimana dilaporkan Antara, 4 Juni 2018.

Perusahaan media sosial ini akhir pekan lalu mengatakan fitur ini akan dihapus dari Facebook minggu ini.

"Fitur itu hanya tersedia di lima negara dan menyumbang kurang dari 1,5% klik ke penerbit berita secara rata-rata," Alex Hardiman, kepala produk berita di Facebook, mengatakan dalam posting blog Jumat, sebagaimana dikutip CNN.

<iframe id="google_ads_iframe_/14056285/tempo.co/desktop_tekno_inarticle_0" style="font-style: inherit; font-variant: inherit; font-weight: inherit; font-stretch: inherit; font-size: inherit; line-height: inherit; font-family: inherit; vertical-align: bottom; border-width: 0px; padding: 0px; margin: 0px;" title="3rd party ad content" name="google_ads_iframe_/14056285/tempo.co/desktop_tekno_inarticle_0" width="1" height="1" frameborder="0" marginwidth="0" marginheight="0" scrolling="no"> </iframe> "Dari penelitian, kami menemukan bahwa dari waktu ke waktu orang menemukan produk itu menjadi kurang bermanfaat."

Bagian topik yang sedang tren diluncurkan secara resmi pada tahun 2014 dengan janji untuk membantu pengguna "menemukan konten terbaik dari seluruh Facebook". Itu mirip dengan fitur yang ditawarkan oleh Twitter (TWTR).

Fitur Trending di Facebook memuat kumpulan berita yang sedang populer di platform tersebut, namun media sosial tersebut menjadi salah satu tempat penyebaran berita palsu.

Dilansir dari laman Reuters, Facebook akan menguji coba cara baru untuk menampilkan berita, termasuk “label breaking news” dan berita “hari ini” yang akan diisi artikel dari media lokal.

Kualitas berita yang masuk ke Facebook dipertanyakan setelah mereka diduga menjadi tempat penyebaran propaganda dari Rusia maupun berita palsu lainnya, termasuk soal kampanye Pilpres 2016 Amerika Serikat.

Sebelum menghapus, Facebook selama beberapa tahun ini mengubah kebijakan di fitur ini agar tidak bias ideologi dan politik.

Sumber: Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI