Sukabumi Update

Mahasiswa Universitas Jember Sukses Awetkan Tempe Tanpa Formalin

SUKABUMIUPDATE.com - Mahasiswa Universitas Jember berhasil memanfaatkan radiasi medan magnet untuk meningkatkan kualitas dan daya tahan tempe, sehingga bisa bertahan berhari-hari tanpa perubahan warna dan rasa.

“Hasil penelitian yang kami lakukan membuktikan pemanfaatan radiasi medan magnet Extremely Low Frequency (ELF) dalam proses pembuatan tempe dapat memperbaiki kualitas dan usia simpan tempe," kata Ita Jeny Trisnawati, mahasiswi Jurusan Pendidikan Fisika, Selasa, 28 Agustus 2018.

Bersama rekan-rekannya, Ita telah menyelesaikan penelitian tentang 'Pemanfaatan Radiasi Medan Magnet Extremely Low Frequency (ELF) untuk Meningkatkan Kualitas Produksi Tempe'.

Menurut Ita, setelah melalui proses radiasi medan magnet usia simpan tempe bisa sampai delapan hari tanpa adanya perubahan warna dan rasa. Ita mengatakan saat ini untuk mendapatkan tempe tanpa bahan pengawet di pasar bisa dikatakan sulit.

Tempe di pasaran banyak yang masih tampak bersih dan segar pada usia simpan lebih dari dua hari. Padahal tempe murni tanpa pengawet hanya mampu bertahan dua hari saja. Penggunaan bahan pengawet seperti halnya formalin dalam tempe masih banyak dilakukan oleh produsen Tempe.

Bersama tiga orang rekannya, yakni Muhammad Abdul Halim, Nanda Rizky Fitrian Kanza, dan Sudarti, mereka menemukan bahwa pemaparan medan magnet mampu meningkatkan jumlah bakteri dan mikroba yang menguntungkan pada proses pembuatan tempe.

“Bahkan pada intensitas yang tinggi bisa membunuh bakteri-bakteri yang merugikan seperti halnya bakteri salmonela. Tentu ini akan membantu para pengusaha tempe dalam proses penyimpanan tempe yang belum laku terjual,” ujar Ita.

 Ita Jeny Trisnawati, Muhammad Abdul Halim, dan Nanda Rizky Fitrian Kanza. (Foto: @eventmahasiswa8).

Ita mengatakan, pemaparan radiasi medan megnet selama 60 menit ternyata tidak hanya meningkatkan lama penyimpanan tempe, namun tempe yang terpapar radiasi medan magnet juga kaya dengan isoflavon yang dibutuhkan oleh tubuh manusia.

“Berdasarkan hasil penelitian lanjutan yang dilakukan oleh dosen kami terhadap tempe yang kami produksi ditemukan bahwa jamur tempe yang kami buat lebih banyak," katanya.

 Kandungan isoflavonnya juga lebih banyak sehingga mengandung banyak asam amino esensial yang tidak bisa diproduksi oleh tubuh. "Tentu tempe yang kami buat memiliki kandungan nutrisi yang sangat tinggi dan menyehatkan,” ujarnya.

Abdul Halim menambahkan, biaya yang harus dikeluarkan untuk membuat alat pemancar radiasi medan magnet ELF tergolong cukup murah. Untuk kapasitas produksi 25 kilogram tempe hanya membutuhkan dana Rp 4-5 juta.

“Tentu ini tergolong cukup murah. Karena alat ini tidak hanya bisa digunakan pada proses pembuatan tempe namun bisa juga digunakan untuk mengawetkan gado gado, tape, ikan bandeng, dan juga dapat membantu proses penetasan telur lebih cepat,” ujar Halim.

Sumber Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI