Sukabumi Update

Indonesia Urutan ke-6 Paling Banyak Diserang Malware Kripto

SUKABUMIUPDATE.com - Kaspersky Lab menyebut Indonesia berada di urutan keenam sebagai negara yang paling banyak mendapatkan serangan malware kripto pada kuartal tiga 2018 dengan persentase 8,8 persen. Menurut Kaspersky, pertumbuhan malware cepat dan stabil.

"Melihat WannaCry sebagai bagian dari malware kripto, Indonesia di urutan keenam sebagai negara yang paling banyak mendapat serangan malware kripto," ujar peneliti keamanan dari Kaspersky Lab Fedor Sinitsyn, dalam keterangan tertulis, Sabtu, 17 November 2018.

Negara yang menempati posisi puncak mendapatkan serangan malware kripto adalah Afghanistan dengan persentase 16,85 persen, disusul Uzbekistan 14,23 persen dan nomor tiga ada Kazakhstan persentase 10,17 persen. Sementara di posisi empat ada Belarus dengan 9,73 persen dan negara Asia Tenggara Vietnam dengan 8,96 persen.

Dalam laporan tersebut dijelaskan bahwa ransomware WannaCry menduduki puncak daftar malware kripto yang paling banyak tersebar. Dan telah menyerang sebanyak 74.621 pengguna unik di seluruh dunia, setelah satu setengah tahun menyebar luas.

"Dalam kasus malware kripto, serangan bisa begitu parah sehingga perlu untuk mengambil langkah-langkah pencegahan dan melakukan patch pada perangkat, dari pada nantinya harus berurusan dengan file terenkripsi," tambah Sinitsyn. "Meningkatnya serangan WannaCry menjadi pengingat bahwa epidemi tidak berakhir secepat permulaannya, akan selalu ada konsekuensi jangka panjang."

Serangan-serangan menyumbang sebanyak 28,72 persen dari keseluruhan pengguna yang ditargetkan malware kripto pada kuartal tiga 2018. Persentase meningkat dibandingkan setahun lalu, dimana serangannya menunjukkan pertumbuhan signifikan yaitu lebih dari dua pertiga dibandingkan kuartal tiga 2017 dengan 16,78 persen.

Fakta tersebut merupakan salah satu temuan utama dari laporan evolusi ancaman teknologi informasi kuatal tiga Kaspersky Lab. Serangkaian serangan siber malware kripto WannaCry terjadi pada Mei 2017 dan masih dianggap sebagai salah satu epidemi ransomware terbesar dalam sejarah.

Sumber: Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI