Sukabumi Update

Ahli AS Klaim Obat Kanker Eksperimental Bisa Hentikan COVID-19

SUKABUMIUPDATE.com - Para peneliti dari University of Louisville, Kentucky, Amerika Serikat, mengatakan bahwa obat kanker eksperimental dapat menghentikan virus corona COVID-19 dengan menghalangi virus bereplikasi.

Dilansir dari tempo.co, mereka mengklaim, obat DNA sintetis bernama aptamer itu membuat virus tidak menyebar dalam tubuh dengan cara yang sama pada kanker, yaitu membekukan pertumbuhan tumor.

Aptamer ditemukan oleh tim penelitian yang dipimpin profesor kedokteran Paula Bates. Seperti banyak ilmuwan, dia ingin membantu ketika mendengar mengenai virus corona.

“Saya mulai berpikir tentang bagaimana bidang penelitian saya mungkin bersinggungan dengan upaya penelitian virus corona," ujarnya, seperti dikutip laman Daily Mail, Sabtu, 24 April 2020.

Aptamer dapat mengikat protein yang disebut nukleolin yang ditemukan di permukaan sel. Studi sebelumnya menunjukkan bahwa aptamer mencegah berbagai kanker dari pembajakan nukleolin, mereplikasi penyakit dan menginfeksi sel-sel lain.

Bates menerangkan, teknologi yang dia dan timnya buat itu dapat digunakan untuk mencegah virus yang menggandakan dirinya dan menyebar ke seluruh tubuh. Dia berencana untuk melakukan penelitian lebih lanjut di Laboratorium Biokontainmen Regional, University of Louisville, yang merupakan satu dari 12 laboratorium biokontainmen regional di Amerika.

Laboratorium itu berisi fasilitas Biosafety Level 3 yang melindungi para peneliti dari paparan patogen yang sedang mereka periksa. Bates mengatakan dia telah menguji obat dalam sel, tapi dia berharap untuk segera memulai uji klinis pada manusia.

"Biasanya mengembangkan obat dari awal membutuhkan bertahun-tahun dan Anda harus melakukan banyak pengujian pada hewan untuk mencoba dan menunjukkan bahwa itu aman," kata Bates.

Karena ini telah diuji pada pasien kanker, Bates menambahkan, dia dan tim berencana untuk menggunakannya dan dosisnya dengan cara yang sangat mirip untuk pasien yang memiliki COVID-19. “Kami berharap kami dapat memotong banyak waktu di sana,” tutur dia.

Bates juga berharap timnya menerima persetujuan Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika (FDA) dengan cepat untuk memulai uji coba. Karena vaksin dapat memakan waktu antara 12 dan 18 bulan sebelum tiba di pasaran, ia mengatakan perawatan itu dapat membantu memperlambat penyebaran.

Menurut Bates, pasien bisa mendapatkan perawatan ini sejak dini untuk menghentikan penyebaran virus di dalam tubuh mereka. Dan, dia berujar, itu akan menghentikan mereka dari sakit parah, bahkan menyembuhkan orang yang sudah sakit parah karena virus corona.

"Ada beberapa bukti yang dapat dipercaya bahwa jika Anda dapat mengurangi jumlah virus dalam tubuh, akan mengurangi penyebaran lebih lanjut,” ujar Bates.

 

Sumber : tempo.co

Editor : Muhammad Gumilang Gumilang

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI