Sukabumi Update

NASA Bayar Rusia Rp 1,26 Triliun untuk Bawa Astronot AS ke ISS

SUKABUMIUPDATE.com - NASA akan membayar badan antariksa Rusia, Roscomos, US$ 90 juta atau sekitar Rp 1,26 triliun untuk mengirim astronot Amerika ke Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) musim gugur ini.

Pembayaran dinegosiasikan dua minggu sebelum misi awal SpaceX Falcon 9 meluncurkan tim ke ISS dari daratan AS - suatu prestasi yang akan mengakhiri kebutuhan untuk membeli kursi pada roket asing.

Namun, kesepakatan dengan Rusia itu selesai pada 12 Mei dan dimaksudkan untuk memastikan NASA menjaga komitmennya untuk operasi yang aman melalui kehadiran AS yang berkelanjutan di ISS sampai kendaraan awak komersial menjadi layanan reguler.

Kursi ini untuk astronot NASA Kate Rubins, yang akan menghabiskan enam bulan di ISS sebagai insinyur penerbangan dan menjadi anggota kru Ekspedisi 63/64.

Pada musim gugur yang lalu NASA mengungkapkan pihaknya berencana untuk membeli setidaknya satu kursi Soyuz lagi sebagai rencana cadangan jika pengalaman peluncuran Falcon 9 terjadi penundaan, SpaceNews melaporkan.

Dalam pengarahan media setelah kunjungan ke markas SpaceX di Hawthorne, California, 10 Oktober 2019, Administrator NASA Jim Bridenstine mengatakan, "Kita perlu memastikan bahwa kita tidak punya hari di mana tidak ada astronot Amerika di Stasiun Luar Angkasa Internasional, jadi kami akan terus bekerja sama dengan Roscosmos, yang merupakan badan antariksa Rusia, untuk memastikan bahwa kami memiliki astronot Amerika di Stasiun Luar Angkasa Internasional sebagai kebijakan asuransi untuk kru komersial.”

"Jika semuanya berjalan sesuai rencana, kami mungkin tidak membutuhkan kursi Soyuz tambahan. Tapi ada hal lain yang kita tahu: biasanya hal-hal tidak berjalan sesuai rencana ketika menyangkut kemampuan pengembangan baru ini."

NASA awalnya menargetkan tahun 2017 ketika penerbangan komersial akan dimulai, tetapi SpaceX dan Boeing, yang juga mengembangkan roket untuk NASA, mengalami banyak penundaan produksi.

Bridenstine, pada pengarahan itu, mengatakan NASA belum memutuskan apakah akan membutuhkan kursi Soyuz lagi, untuk peluncuran pada musim semi 2021. "Kami ingin melihat tingkat risiko yang perlu kami terima," katanya merujuk pada kendaraan komersial seperti Falcon 9.

"Ketika Demo-2 pulang dan kami mengevaluasi bagaimana dia melakukannya, dan kami sedang mengamati Crew-1, kami akan melihat di mana kami berada dan kemudian membuat keputusan apakah kami mungkin membutuhkan kursi Soyuz kedua, dan kemudian memulai negosiasi pada saat itu," jelasnya.

Rubins akan meluncur 14 Oktober di pesawat luar angkasa Soyuz MS-17 dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan.

Dia akan melakukan penelitian menggunakan Cold Atom Lab untuk mempelajari penggunaan atom berpendingin laser untuk sensor kuantum masa depan, dan akan bekerja pada eksperimen kardiovaskular yang dibangun berdasarkan penyelidikan yang dia selesaikan selama misi sebelumnya pada 2016.

Selama tinggal pertamanya di stasiun luar angkasa, Rubins menjadi orang pertama yang mengurutkan DNA di luar angkasa.

sumber: tempo.co

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI