Sukabumi Update

Kaleng Bekas dan Bambu, Alarm Pendeteksi Pergerakan Tanah di Ciherang Sukabumi

SUKABUMIUPDATE.com - Relawan dan warga memasang alat deteksi pergerakan tanah di lokasi bencana Kampung Ciherang, Desa Cijangkar, Kecamatan Nyalindung, Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Alatnya sangat sederhana, kaleng bekas, benang, tali karet dan batang bambu.

Alat tersebut dipasang di lokasi retakan tanah dan akan berbunyi jika terjadi pergerakan tanah, untuk memberikan peringatan kepada warga untuk segera menjauhi lokasi tersebut. Bunyi dari alarm kaleng ini bisa didengar hingga jarak 50 meter, sehingga kesiapsiagaan warga di lokasi bencana Ciherang makin baik.

Di ujung bambu yang ditancapkan disambung dengan seutas tali. Salah satu bambu terikat ke kaleng bekas sebagai sumber bebunyian yang diatasnya terpasang batang kayu kecil yang dililit dengan karet.

Relawan Probumi Nyalindung, Asep Has menjelaskan proses kerja dalam kaleng alarm tersebut kepada sukabumiupdate.com. "Cara kerjanya sederhana, kaleng dan kayu penabuh akan berbunyi jika pengakit yang disambung dengan tali terlepas," jelas Asep Has melalui sambungan telepon, Sabtu (6/2/2021).

Tiang bambu pengukur pergerakan tanah yang dipasang di Kampung Ciherang Nyalindung Sukabumi

Alat ini dipasang di sejumlah lokasi pergerakan tanah di Kampung Ciherang. "Ini berdasarkan pengalaman dari relawan di lokasi-lokasi bencana pergerakan tanah dan ancaman longsor," lanjut Asep Has. 

Selain kaleng deteksi bencana, mereka juga memasang alat pengukur pergerakan tanah tradisional, yaitu dengan gawang bilah bambu. Yaitu tiang bambu leter L terbalik yang dipasang berhadapan berhadapan. 

BACA JUGA: Suara Gemuruh Terdengar Lagi di Ciherang Sukabumi, Warga Panik Dapur Ambruk

"Bambu itu berfungsi mendeteksi seberapa panjang dalam dan lebar dari pergerakan tanah yang dihitung selama 24 jam. Itu bisa diukur anjlokan berapa sentimeter dan melebar berapa sentimeter nantinya," pungkasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, proses pergerakan tanah di kampung yang berada di punggung perbukitan ini selalu bergerak, terutama saat kawasan tersebut dilanda hujan deras. Data terkini, 123 rumah di dua RT di Kampung Ciherang di laporan terdampak dan terancam, terdiri dari 139 kepala keluarga 432 jiwa. 

Warga terdampak sudah diungsikan ke bangunan sekolah SDN Ciherang. Warga terancam pun saat ini diminta mengungsi atau meninggal rumah saat kawasan tersebut dilanda hujan deras atau malam hari.

Ingat Pesan Ibu: Wajib 5M (memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan dan membatasi mobilitas serta aktivitas di luar rumah). Redaksi sukabumiupdate.com mengajak seluruh pembaca untuk menerapkan protokol kesehatan Covid-19 di setiap kegiatan.

 

 

 

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI