Sukabumi Update

Mahasiswa ITB Bikin Alat Deteksi Stres Melalui Urine

SUKABUMIUPDATE.com - Stres adalah perubahan reaksi tubuh ketika menghadapi ancaman, tekanan, atau situasi yang baru. Ketika menghadapi stres, tubuh akan melepaskan hormon adrenalin dan kortisol. Kondisi ini membuat detak jantung dan tekanan darah akan meningkat, pernapasan menjadi lebih cepat, serta otot menjadi tegang.

Melihat permasalahan stres yang dapat dialami setiap orang, mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam kelompok pekan kreativitas mahasiswa Karsa Cipta membuat sebuah alat deteksi dini sederhana gejala stres. Deteksi dini dilakukan melalui pemeriksaan urine yang disebut, Depression Test. Kelompok ini diketuai oleh Maha Yudha Samawi (Biologi, 2019) dan beranggotakan Alifia Zahratul Ilmi (Teknik Biomedis, 2019) dan Gardin Muhammad Andika Saputra (Teknik Material, 2019).

Gardin menjelaskan bahwa orang yang mengalami stres akan mengalami perubahan konsentrasi pada beberapa zat dalam urine mereka. “Jadi kami memanfaatkan fase ini. Karena senyawa-senyawanya mengalami perubahan karakter spesifik kalau sudah dikasih sinyal. Dari sana, kami bisa mendeteksi orang yang mengikuti percobaan ini sudah sampai tahap depresi atau belum,” jelas Gardin seperti dikutip di laman resmi ITB pada Kamis, 21 April 2022.

Inovasi ini bermula dari pengembangan tugas yang dikerjakan Yudha saat menjalani tahap persiapan bersama di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati ITB. Proses pembuatan alat ini dimulai saat masa pandemi. Karena terdapat berbagai kendala pada masa pandemi, progres dari pembuatan alat ini tergolong lambat dan belum 100 persen selesai.

Masa pandemi membuat kegiatan ini tak bisa dilakukan di laboratorium hingga akhirnya menghambat proses pengambilan data dan analisis. Namun, mereka berhasil berjuang dan berkoordinasi untuk mengatasi permasalahan ini di tengah kesibukan kuliah.

Selain itu, pembagian tugas yang efisien juga menjadi kunci sukses dari pengembangan alat ini. Pembagian tugas yang diterapkan di kelompok ini berdasarkan dari jurusan kuliah setiap anggotanya. Yudha bertugas untuk membuat planning dan mengatur urusan sumber daya. Gardin bertugas untuk urusan administrasi dan pembuatan laporan. Sementara Alifia dari Teknik Biomedis bertugas untuk membuat desain arduino, desain grafis, dan presentasi.

Hasilnya, alat yang mereka rancang ini memiliki akurasi di angka 90 persen. Hasil alat ini dikalibrasi dengan tes BDI (Beck Depression Inventory) yang saat ini umum digunakan di kedokteran jiwa. Sehingga terdapat 3 level penderita depresi, yakni rendah, sedang, dan berat.

Inovasi diharapkan mereka bisa bermanfaat bagi banyak orang di masa depan. “Kami berharap alat ini akan ada di fasilitas kesehatan indonesia. Jadi orang yang memiliki gangguan mental jadi lebih mudah untuk mengatasi dan menanggulanginya,” kata Gardin.

SUMBER: TEMPO.CO

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI