Sukabumi Update

Petani Kapulaga Bangbayang Tuntut Pemkab Sukabumi Bantu Pemasaran

SUKABUMIUPDATE.COM - Tanaman kapulaga (Kapol), rempah-rempah yang namanya mendunia sejak zaman kolonial hingga saat ini, masih dibudidayakan sejumlah petani di Desa Bangbayang, Kecamatan Tegalbuled, Kabupaten Sukabumi.

Sebagai rempah bahan baku utama jamu untuk pengobatan, tanaman herbal ini masih memiliki nilai ekonomi, walaupun jaringan pasarnya dikuasi tengkulak.

Idim (52), petani kapulaga di Kampung Ciburuy, mengakui bahwa harga komoditas ini masih cukup baik, walaupun tidak memiliki jaringan pasar yang pasti. “Harga kumaha tengkulak we, dah teu apal kudu masarkeun ka mana,” ungkapnya kepada sukabumiupdate.com, Senin (21/10).

Menurut Idim, harga kapol basah Rp8 ribu hingga Rp15 ribu per kilogram. “Nu kering mah bisa Rp140 rebu per kilogram, eta harga ti pengepul (tangkulak),” tambahnya.

Harga ini relatif stabil, Kapol adalah “tabungan” bagi mereka yang sehari-hari bercocok tanam padi. Seperti singkong, kapol bisa bertahan di sela tanaman kayu keras. “Mun di batur singkong, di die mah ciri khasnya kapol tumpang sari di handapeun kayu,” lanjut Idim.

Kapol menjadi sumber penghasilan tambahan bagi warga Desa Bangbayang, sambil menunggu hutan produksi kayu panen. “Teu hese meliharana, dicicingkeun we di handapan kayu, paling ge mupuk pas awal bibit jeung bersihan ti rumput liar,” ujarnya.

Tanaman ini bisa dipanen secara berkelanjutan mulai di usia dua hingga tiga tahun. Kapol biasa hidup di dataran tinggi antara 200-1.000 mdpl (meter di atas permukaan laut) dengan kelembaban antara 40-70 persen dan suhu 20-30 derajat Celcius.

“Mun bisa mah Pemda (pemerintah daerah-red) bantu pasarna jadi harga kapol bisa lewih tinggi, dan kapol lobana asup ka pabrik jamu jeung diekspor. Mun urang-urangna teu apal jadi kumaha tengkulak we,” pungkasnya. 

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI