Sukabumi Update

Tiada Kerja, Ayam Rica-Rica a la Sukabumi pun Jadi

SUKABUMIUPDATE.COM - Akulturasi budaya terjadi dalam banyak hal, termasuk makanan. Di Indonesia, banyak varian makanan merupakan hasil akulturasi budaya Indonesia dengan bangsa lain, contohnya tahu, sate, atau roti yang merupakan pengaruh budaya Barat dan bangsa Tiongkok.

Antara Sukabumi dan Manado, jelas memiliki budaya makan dan masakan yang berbeda, bagi perempuan Sunda Asti Indriyani (28) warga Cigunung, Desa Kadudampit, Kecamatan Cisaat, Kabupaten Sukabumi, yang dinikahi Ferryawan Soeyatno (30), asal Manado dan telah dikaruniai satu orang putra. Dalam berumah tangga tentu ada kesamaan yang mempersatukan, tetapi perkara selera makanan, keduanya memiliki selera dan budaya makan berbeda.

“Saya mempelajari masakan Manado yang lebih banyak menggunakan rempah-rempah, gurunya ibu mertua, demi suami yang kurang suka dengan olahan bergula. Saya berusaha keras untuk mahir. Orang bilang, cara membuat suami selalu ingat rumah dan istrinya, perhatikan makannya dong,” terang Asti kepada sukabumiupdate.com, Sabtu, (26/11).

Tujuh tahun bekerja di perusahaan penyedia produk elektronik, Asti memutuskan berhenti, dengan alasan harus mengurus anak semata wayangnya. Namun begitu, ia masih berpikir memanfaatkan waktu luangnya tetap bisa membantu pendapatan rumah tangga. “Akhirnya, saya coba-coba jualan ayam rica-rica melalui akun media sosial (medsos) facebook saya. Alhamdulillah penggemarnya banyak, sekarang orang Sukabumi terbiasa juga selera pedas, mungkin semenjak booming seblak,” terangnya.

Rica-rica adalah makanan khas Manado yang sarat daun rempah, membuat rasa dan aromanya lain dari yang lain, seperti sereh, daun jeruk, cabe rawit, dan lain-lain, proses pembuatannya pun tidak sulit, dengan bahan utama bisa dipilih sesuai selera Anda. Bisa menggunakan sea food seperti udang atau ikan air tawar, sebagai bahan utama. Aroma bumbu yang berpadu dengan daun jeruk dan kemangi, meresap ke dalam bahan utama, menjadikannya memiliki aroma khas.

Rica-rica juga dikenal rasa pedasnya yang nyeletit, karena karakter utama makanan ini adalah tumbukan cabe rawit atau cengek dalam bahasa Sunda. “Rica-rica kan artinya rawit,” ungkap Asti yang mengaku tidak terlalu mahir berbahasa Manado.

”Kalau masakan, insha Allah saya bisa memasak yang lain juga, tapi sekarang fokus satu ini dulu, khawatir nggak kegarap,” terang Asti yang mengaku menghabiskan lima kilogram ayam potong dalam sehari hanya dengan jualan melalui medsos dan teman-temannya di Blackberry messenger dan Whatsapp.

Dengan sistem order by medsos and cash on delivery, omsetnya dalam sehari bisa mencapai tiga hingga empat ratus ribu rupiah. “Awalnya saya cuma berpikir, jualan apa yang beda dari orang lain ya? Alhamdulillah, sekarang setiap hari kami produksi terus.”

Untuk usahanya tersebut, Asti membuat halaman khusus atau fanpage. ”Saya menghargai pertemanan, meski sebatas dunia maya, karena dari sana usaha saya awalnya berjalan. Biar teman-teman efbi tetap nyaman. Walapun sesekali saya selingi upload foto-foto menarik,” aku Asti yang dibantu ibu mertua dan saudara dalam menjalankan usahanya tersebut.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI