Sukabumi Update

Meraup Pundi Sejak Dini Hari di Halaman PT L&B Parungkuda

SUKABUMIUPDATE.COM - Sejak jam tiga dini hari, Eti (63) mulai menyalakan kompor gas di dapur rumahnya di kawasan Cibadak. Ia mulai menggoreng bumbu, ayam, tempe dan tahu, kentang bumbu rendang, telur ceplok dan dadar,  menumis sayuran yang telah ia siangi dan dibersihkannya sejak malam, hingga semua siap dikemas untuk dijual.

Di depan gerbang pabrik PT L&B (Lee & Bech), Desa Sundawenang, Kecamatan Parungkuda, selepas sholat Shubuh, Eti menggelar dagangannya.

“Saya menyiapkan sarapan untuk buruh pabrik, hasilnya lumayan untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sudah banyak pelanggan tetap,” ungkapnya kepada sukabumiupdate.com, Jumat (30/12) pagi.

Makanan yang ia jual, ramah bagi kantong pekerja pabrik. Satu kantong berisi orek tempe, tumis buncis, dan sambal goreng kentang, ia jual seharga Rp2 ribu. "Paling ayam yang saya jual goceng (Rp5 ribu),” Eti menjelaskan.

Eti enggan menyebutkan rata-rata penghasilan setiap harinya. Namun, ditaksir bisa meraup empat hingga limaratus ribu rupiah dalam sekali jualan.

Lain halnya dengan wanita bercucu tiga asal Surakarta, Jawa Tengah, Maesaroh (58). Sehari-hari ia berjualan alat-alat kecantikan, kosmetik berbagai merek, aksesoris, hingga tas pinggang dan dompet.

Ia mengaku bisa meraup untung ratusan ribu rupiah dalam sekali jualan di kawasan pabrik. ”Hari ini saya dapat hampir 600 ribu rupiah. Ini hari sepi belum pada gajian, tapi alhamdulillah. Saya ingin tetap aktif dan punya penghasilan,” ungkapnya yang membutuhkan sekira satu jam saja untuk melapak dagangannya di pinggir jalan menuju kawasan berikat.

Untuk urusan modal, Maesaroh menyebut angka Rp30 juta untuk usahanya tersebut. Ia juga mengaku setiap harinya dipungut Rp2.500 untuk biaya kebersihan lingkungan pabrik, karena dilakukan oleh orang lain.

Tidak hanya Eti dan Maesaroh yang menggantungkan hidup dari pergerakan buruh pabrik di pagi hari. Berpuluh pedagang lainyya berusaha meraih pundi-pundi dari tidak sempatnya karyawati membuat sarapan, membeli alat kecantikan selepas jam pabrik. Di sana ada tukang ojek langganan, penjual pakaian dalam, buku-buku, poster, hingga kalender.

Kehadiran para pedagang dadakan ini sangat membantu para buruh pabrik memenuhi kebutuhan harian. “Saya kan perempuan, kadang lupa bawa sesuatu. Ada yang jual, kan nolongin kita juga, maklum perempuan maunya cantik terus, sarapan juga nggak sempat masak,” tutur Permatasari (20), karyawati asal Gekbrong, Kabupaten Sukabumi.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI