Sukabumi Update

Tak Ada Food Truck, Angkot Tua Cibadak-Cisaat pun Jadi

SUKABUMIUPDATE.COM - Anda tentu mengenal istilah food truck, kendaraan roda empat yang difungsikan sebagai tempat berjualan makanan dan minuman. Di Indonesia sendiri, awalnya marak karena mengikuti tren kota-kota besar dunia.

Di banyak kota besar di Indonesia banyak ditemui food truck, menjual berbagai macam makanan dan minuman, dari sekadar kudapan, desert, juice, kopi, hingga makanan berat dengan menu warung nasi atau restauran. Kendaraan besar yang dipakai tidak  hanya berfungsi sebagai etalase, tetapi juga dapur tempat memasak, sekaligus bertransaksi.

Pemanfaatan kendaraan sebagai lahan bisnis makanan di Kabupaten Sukabumi, ragam modelnya, para penjaja makanan kagetan alias pebisnis temporer, mereka berdagang menggunakan mobil pribadi berjenis passenger car karena alasan trend dan kesenangan.

“Untuk aktualisisai diri aja kang, seru juga kalau pas Minggu pagi kita jualan, masak sendiri, sambil nongkrong di pusat keramaian banyak pembeli, ramai dan untungnya lumayan,” tutur Neni Handayani (39), warga Cirumput, Kecamatan Sukaraja kepada sukabumiupdate.com, Sabtu (31/12).

Lain hal dengan Rahmat Hidayat (60), pedagang berbagai jenis keripik, seperti keripik pisang, talas, ubi, ketela pohon, sukun, nangka, dan lainnya yang mangkal di pinggir Jalan Raya Karang Tengah, Kecamatan Cibadak. Ia menjajakan produksi makanan rumahan yang diolah adik-adiknya, dengan memanfaatkan angkot tua yang terparkir begitu saja di pinggir jalan.

 Selain trayek angkot tersebut telah dijual pemiliknya, Rahmat mengatakan, ia hanya memanfaatkan besi-besi tua tersebut, agar tetap berguna. “Surat-suratnya masih ada kok. Mobilnya juga masih bisa jalan, kalau untuk nanjak-nanjak mah masih kuat ieu teh,” terang Rahmat ihwal angkotnya.

Walaupun demikian, warga Kampung Selaawi RT 03/04, Desa Karang Tengah ini mengaku, sejak dirinya berhenti sebagai tukang bangunan, memilih berjualan keripik di angkot keluaran tahun 90-an milik ibunya tersebut.

“Idenya pakai angkot ini, ah kitu we, karena ngajogrog di sisi jalan, kita pakai jualan. Ada juga imbasnya sih, orang tertarik untuk beli, kendaraan lewat seringkali berhenti. Awalnya cuma ngeliat, tapi akhirnya beli,” terang Rahmat, yang mengaku bisa mendapatkan Rp600 ribu setiap harinya dari berjualan keripik. “Pendapatan kotor lah itu. Kalau bersih mah beunghar saya,” pungkas Rahmat. 

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI