Sukabumi Update

Tradisi Pabrik Petasan di Lemburhuma Sukabumi, Suplai Bahan Peledak Langsung dari Cina

SUKABUMIUPDATE.com - Peristiwa hancurnya sebuah rumah akibat ledakan petasan di Kampung Lemburhuma RT 03/12 Desa Bojongsawah Kecamatan Kebonpedes Kabupaten Sukabumi, Jumat (25/10/2019) membuat tim sukabumiupdate.com kembali menelusuri jejak pembuatan petasan di wilayah tersebut.

BACA JUGA: Pabrik Petasan di Kebonpedes Sukabumi Meledak, Korban Menghilang

Sabtu (26/10/2019) tim sukabumiupdate.com mencoba mendatangi rumah Ketua RT 03/12 Desa Bojongsawah, Cecep Solehudin. Cecep menuturkan, ada sekitar 15 orang warga di Lemburhuma yang berprofesi sebagai pembuat petasan. Petasan dibuat bila ada pesanan dari pasar, termasuk pesanan hajatan atau khitanan.

"Dari Bandung, Jampang, Palabuhanratu, Cicurug, Parungkuda dan wilayah lainnya. Sekarang sedang sepi. Biasanya ramai itu bulan Idul Adha karena banyak yang menikah, atau bulan Syawal. Tapi kadang juga untuk petasan korek itu di bulan ramadan suka ramai," tutur Cecep kepada sukabumiupdate.com.

BACA JUGA: Judul: Kena Sundut Rokok Pabrik Petasan Meledak

Bahan baku petasan seperti potasium dan bron, biasanya didapatkan dari Cina melalui bea cukai pengiriman via Bandung. Sedangkan untuk bahan baku borerang, biasa warga peroleh dari Surabaya.

"Potasium harganya Rp 30.000 per kilogram, borerang Rp 10.000 per kilogram, bron Rp 60.000 per kilogram, dan kertas atau koran paling Rp 10.000 per kilogram," tambah Cecep.

BACA JUGA: Buntut Ledakan Petasan di Jalan Stasiun Timur Sukabumi, Pemkot Cek Izin Distributor

Ia menambahkan, untuk pembuatan petasannya sendiri dilakukan dengan cara mencampur potasium, borerang dan bron menjadi satu. Setelah itu, bahan-bahan tersebut dimasukkan ke dalam koran yang telah dicetak menggunakan pipa paralon yang biasanya berukuran setengah inchi.

"Ukuran satu meter rangkaian petasan harganya Rp 50.000. Ukuran 1,5 meter Rp 75.000, dan ukuran dua meter Rp 100.000. Warga di sini pekerjaan sehari-harinya sebagai petani. Karena membuat petasan itu musiman, tapi memang sudah turun-temurun. Tidak bisa dihilangkan," pungkas Cecep.

Editor : Herlan Heryadie

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI