Sukabumi Update

Pembeli Turun Setelah 8 Tahun Produksi, Cerita Perajin Kolang Kaling Jampang Tengah Sukabumi

SUKABUMIUPDATE.com - Pandemi Covid-19 berimbas terhadap jalannya usaha kolang kaling di Kampung Cirawa RT 017/03, Desa Nangerang, Kecamatan Jampang Tengah, Kabupaten Sukabumi. Corona membuat jalannya usaha tersebut tak mulus.

Salah satu perajin, Memen (50 tahun) mengatakan, tahun ini merupakan tahun yang berat baginya. Sebab selama delapan tahun memproduksi kolang kaling, baru tahun ini merasakan turunnya pembeli. 

Menurut Memen, kolang kaling yang diproduksi di kampung tersebut, dibeli secara langsung oleh pembeli atau diecer lalu ada juga yang dijual oleh pedagang. Sedangkan untuk saat ini, baik eceran dan dijual oleh pedagang pembelinya sama-sama turun. 

BACA JUGA: Pepes Jamur Kolang Kaling Cikarang Jampang Kulon, Pernah Nyoba Belum?

"Baru tahun ini dirasakan pembeli baik untuk eceran atau dijual lagi, (pembeli) turun hampir 50 persen. Banyak pedagang juga yang mengeluh. Jauh dibandingkan dengan tahun kemarin. (tahun kemarin) lumayan ramai baik diecer ataupun untuk dijual kembali," kata Memen kepada sukabumiupdate.com, Minggu (10/5/2020).

Menurut Memen, pada tahun ini ada kenaikan harga kolang kaling dibanding tahun sebelumnya. Untuk saat ini harga eceran Rp 9.000 per kilogram dan untuk dijual kembali Rp 8.000. "Beda Rp 1.000 dibandingkan tahun kemarin," jelasnya.

BACA JUGA: Jamur Cangkang Kolang Kaling, Potensi Bisnis Menggiurkan Dari Cikarang Jampang Kulon

Kendati ada kenaikan harga jual namun pembelinya menurun. Saat ini pehari hanya bisa menjual 25 kilogram sedangkan tahun kemarin bisa mencapai 50 kilogram. Tak hanya pembeli, jumlah kolang kaling yang diproduksi juga ikut turun karena musim hujan membuat produksi tak dilakukan setiap hari.

Cuaca buruk menghambat perajin untuk mengambil bahan baku, hujan juga menyebabkan tungku untuk merebus buah kolang kaling tidak bisa digunakan. Pasalnya tungku pada umumnya ada diluar dan ketika hujan maka apinya akan padam.

"Tahun kemarin itu hampir setiap hari produksi, sekarang banyak bolongnya, karena faktor cuaca yang menghambat jalan menuju lokasi pengambilan bahan mentah dan tungku terkena hujan," jelasnya.

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI