Sukabumi Update

Sukabumi Musim Samen, Sejarah dan Tarif Gema Suara Opa Oma

SUKABUMIUPDATE.com - Samen atau tradisi pawai kelulusan sekolah di Sukabumi Jawa Barat, sulit dipisahkan dari atraksi drumband dan marching band. Bantar Karet di Cicantayan menjadi salah satu 'sentra' komunitas musik yang selalu jadi langganan lembaga pendidikan yang ingin menggelar samen, salah satunya Gema Suara Opa Oma atau GSO.

Sesuai nama, grup musik yang satu ini memang super unik karena pemainnya adalah bapak bapak dan ibu-ibu alias lansia. Tapi jangan ragu, soal atraksi dan kemampuan mereka dalam menghibur, banyak sudah prestasi yang ditorehkan oleh GSO yang berdiri sejak tahun 2015 ini.

Redaksi sukabumiupdate.com, beberapa hari lalu sempat ngobrol santai dengan Endin Ruswandi (56 tahun), pimpinan GSO. Berawal dari acara samen di salah satu yayasan pendidikan di Kampung Bantar Karet Desa Lembur Sawah Kecamatan Cicantayan.

"Keinginan untuk menampilkan acara hiburan musik seperti drumband dan marching band. Saat itu kami tidak menyewa grup tapi berusaha tampil dari warga untuk memeriahkan acara tersebut," jelas Ndin.

photoPendiri Gema Suara Opa Oma Endin Ruswandi. GSO menjadi salah satu grup marching band yang banyak mengisi acara samen di Sukabumi - (istimewa)</span

Saat itu terpikir yang tampil bukan anak muda seperti grup drumband umumnya, melainkan para lansia, opa oma, lanjut Ndin. "Saat itu terkumpul ada 12 orang, bermodal alat musik bekas milik yayasan. Kami dilatih oleh anak saya yang kebetulan pernah menjadi mayoret semasa sekolah."

Dari sana Opa Oma terbentuk dan saat ini sudah punya lebih dari 50 personel, berusia 40 hingga 60 tahun. Selalu tampil unik dan khas dengan karena seragam baju keseharian adat sunda.

Baca Juga :

"Alhamdulilah oma opa jadi kebanggaan dan icon. Meraih banyak prestasi, seperti, juara 2 wakil Kabupaten Sukabumi di lomba MTQ se Jawa Barat, dan juara 1 di tahun berikutnya," sambung Ndin.

Tak hanya untuk acara samen, Omah Opah juga tampil di acara hiburan yang digelar pemerintah dan swasta. GSO jadi salah satu atraksi wisata di Kecamatan Cicantayan, saat menyambut Menteri Pariwisata Sandiaga Uno, dan tim penilai desa wisata beberapa waktu lalu.

Saking larisnya, hingga sebelum pandemi covid-19 terjadi, GSO mengantongi penghasilan hingga Rp 150 juta dalam lima tahun. "Selama pandemi kami benar-benar tiarap. Tidak ada panggilan mengisi acara, baik samen ataupun lainnya," beber Ndin.

Tahun ini, saat pembatasan kegiatan masyarakat mulai dilonggarkan, Oma Opa kembali menjadi salah satu jasa hiburan yang dinanti warga. Menurut Ndin, tahun ini (2022) ada 21 panggilan untuk mengisi acara adat maupun kelulusan.

"Untuk tarif Gema Suara Opa Omah,Rp 4 juta sekali tampil di acara samen atau lainnya," pungkas Ndin.

REPORTER: PKL (Sultan dan Hari)

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI