Sukabumi Update

Idap Penyakit Empty Sella Syndrome, Ruben Onsu Terlihat Semakin Kurus

Idap Penyakit Empty Sella Syndrome, Ruben Onsu Terlihat Semakin Kurus (Sumber : Instagram @ruben_onsu)

SUKABUMIUPDATE.com - Foto baru yang diunggah oleh Ruben Onsu di akun Instagramnya pada Jumat, 7 April 2023 lalu membuat banyak warganet terkejut.

Pasalnya dalam foto tersebut, tubuh Ruben Onsu terlihat semakin kurus sehingga membuat warganet khawatir dengan kondisi kesehatannya.

Dalam lima foto yang diunggah oleh Ruben Onsu, tiga foto dari suami Sarwendah itu mengenakan kemeja berwarna biru muda dengan garis putih. Ruben juga mengenakan kacamata. 

Baca Juga: Rilis 10 April 2023, Simak Sinopsis Demon Slayer: Kimetsu No Yaiba season 3

Sementara dua foto lainnya, ayah tiga anak ini mengenakan kemeja warna-warni, yang juga mengenakan kacamata.

"Sekali kali upload foto sendiri ahh, hahaha," tulis Ruben Onsu sebagai keterangan untuk foto tersebut.

Di foto itu Ruben Onsu memang terlihat lebih muda. Bahkan penampilan lelaki 39 tahun itu sekilas mirip putra angkatnya, Bertrand Peto.

Baca Juga: Link Nonton Demon Slayer: Kimetsu No Yaiba season 3, Kualitas HD

Namun warganet justru salah fokus dengan penampilan Ruben Onsu yang terlihat sangat kurus. Sampai ada yang mengkhawatirkan apakah Ruben sedang sakit.

Seperti diketahui, Ruben Onsu sempat menderita yang cukup langka, Empty Sella Syndrome. Namun belakangan ini, Ruben sendiri tak pernah lagi cerita soal penyakitnya itu.

"Kok agak kurusan Nak? Tuhan memberkati sehat selalu," komentar @eko***. 

"Kok ayah Ruben kelihatan kurusan," kata @mul*** menimpali.

"Koh Ruben lagi ga enak badan ya kurus amat," ujar akun @hum***. 

"Kelihatan kurus Ruben," celetuk lainnya.

Sementara itu diketahui beberapa waktu lalu Ruben Onsu sempat mengidap penyakit yaitu Empty Sella Syndrome yang merupakan kondisi langka dimana kelenjar pituitari menjadi rata atau menyusut karena ada masalah di dalam sella tursika. 

Sella tursika adalah struktur tulang di dasar otak  yang mengelilingi dan melindungi kelenjar pituitari.

Sella turcica adalah kompartemen seperti pelana. Dalam bahasa Latin, itu berarti "kursi Turki". Empty Sella Syndrome menyebabkan gejala tertentu, termasuk ketidakseimbangan hormon, sering sakit kepala, dan perubahan penglihatan.

Sementara kelenjar pituitari adalah kelenjar kecil yang terletak di dasar otak manusia di bawah hipotalamus. 

Ini adalah bagian dari sistem endokrin dan bertanggung jawab untuk membuat banyak hormon penting yang berbeda.

Hormon-hormon ini mempengaruhi dan mengendalikan kelenjar lain dalam sistem endokrin. Meskipun langka, baik anak-anak maupun orang dewasa dapat mengembangkan Empty Sella Syndrome (ESS).

Orang yang lahir sebagai perempuan saat lahir (AFAB) empat kali lebih mungkin memiliki primary kosong sella (PES).

PES paling sering terjadi antara usia 30 dan 40 tahun. Kadang-kadang berkembang lebih awal pada orang AFAB daripada orang AMAB.

Orang-orang AFAB bahkan lebih mungkin mengalami PES jika mereka pernah hamil cukup bulan.

PES lebih jarang terjadi pada anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Dalam kasus ini, sering dikaitkan dengan kondisi lain, termasuk:

  • Sindrom Turner.
  • penyakit Moyamoya.
  • sindrom Bartter.
  • Sindrom karsinoma sel basal nevoid.
  • Sindrom pemburu.
  • Sindrom Prader-Willi.
  • Sindrom Alstrom.
  • Penyakit Meniere.
  • Penyakit Erdheim-Chester.

Empty Sella Syndrome (ESS) tidak mengancam jiwa. Ini dapat diobati dengan obat hormon dan terkadang operasi.

Memiliki sella kosong yang muncul pada pemindaian pencitraan otak juga tidak mengancam jiwa. Sebagian besar kasus sella kosong tidak menyebabkan sindrom sella kosong atau gejala apa pun.

Namun sampai saat ini tidak diketahui apakah Ruben Onsu telah sembuh dari kondisi langka tersebut atau belum.

Sumber: Suara.com (Tinwarotul Fatonah)

Editor : Reza

Tags :
BERITA TERKAIT