Sukabumi Update

Empan Supandi, Guru Sukabumi Bergaji Rp 200 Ribu Jalan Kaki Belasan Kilometer untuk Mengajar

Empan Supandi (51 tahun), guru honorer asal Kampung Ciguha, Desa Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. | Foto: Dokumentasi Dian Agustian

SUKABUMIUPDATE.com - Di tengah majunya dunia, masih ada kisah-kisah yang menggugah hati dari pelosok negeri. Salah satunya adalah perjuangan Empan Supandi, guru honorer berusia 51 tahun asal Kampung Ciguha, Desa Jampangtengah, Kabupaten Sukabumi. Pria ini dikenal tulus mengabdi untuk pendidikan.

Dian Agustian, rekan Empan di MTs Thoriqul Hidayah, bercerita bahwa sejak 2011 Empan setiap hari berjalan kaki sejauh 12 kilometer untuk mengajar di madrasah yang berlokasi di Desa Bojongtipar, Kecamatan Jampangtengah. Tanpa kendaraan, dia melewati jalan berbatu dan menembus cuaca panas maupun hujan, demi memberikan ilmu kepada murid-muridnya.

Gaji yang diterima Empan sangat minim, hanya kurang lebih Rp 200 ribu per bulan. Meski kondisinya sulit, semangatnya tidak pernah padam.

"Pak Empan tinggal di rumah panggung sederhana berbahan bilik kayu bersama anak keduanya yang masih SMP. Sebagai duda, dia mengurus sendiri kebutuhan keluarga. Anak pertamanya, perempuan berusia 26 tahun, telah menikah. Sementara anak keduanya berusia 13 tahun," kata Dian kepada sukabumiupdate.com pada Rabu (15/1/2025).

Baca Juga: Harapan Guru Honorer Sukabumi untuk Prabowo di Tengah Rencana Kenaikan Tunjangan

Menurut Dian, kehidupan Empan penuh perjuangan. Tetapi dia tidak pernah mengeluh dan selalu mengatakan pendidikan adalah hal penting. Empan juga sosok inspiratif bagi pelajarnya dan masyarakat sekitar. Dengan ketekunan dan kesederhanaannya, dia tidak hanya mengajar pelajaran formal, tetapi juga menanamkan nilai-nilai moral. Bagi Empan, menjadi guru adalah panggilan hati, bukan semata-mata pekerjaan.

"Kisah Pak Empan menjadi pengingat bahwa di balik keterbatasan, masih ada orang-orang yang rela berkorban demi generasi penerus. Semoga pemerintah dan masyarakat lebih memerhatikan kesejahteraan para guru honorer di daerah terpencil seperti beliau, sehingga perjuangan mereka tidak lagi dipenuhi dengan kesulitan hidup," ungkapnya.

Empan adalah contoh nyata bahwa semangat dan dedikasi tidak bisa diukur dengan materi. Sosoknya menginspirasi banyak orang untuk terus peduli terhadap dunia pendidikan, terutama di wilayah yang sering terlupakan. "Harapannya cukup sederhana, agar anak-anak di sini punya masa depan lebih baik. Kalau mereka bisa menggapai mimpi, Pak Empan merasa perjuangannya tidak sia-sia," kata Dian.

Lewat rekaman video, Empan mengatakan sering menerima tumpangan ketika berangkat atau pulang mengajar. Dia berterima kasih kepada para pengendara yang membantunya. Terkait pendapatannya sebagai guru honorer, Empan tak punya banyak pilihan, selain bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT.

"Itu rezeki dari Allah. Saya selalu memberikan prinsip kepada anak, kalau punya ilmu dikembangkan. Jangan dulu mencari finansial, tapi pengalaman. Rezeki itu ada dari mana saja. Contoh saya dari 2011 sampai sekarang, kalau yang mengaturnya Tuhan, ada saja. Kadang berkebun di sawah, peninggalan orang tua (jika libur)," katanya.

Empan sendiri tidak menutup diri jika ada bantuan yang dapat mempermudah dirinya dalam perjalanan ke sekolah, supaya tidak terlalu lama karena berjalan kaki.

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT