Sukabumi Update

Inspirasi Mode Syari dari Hati Wanita Sukabumi, Bukan Latah Mode Terkini

SUKABUMIUPDATE.COM - Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading, dan manusia mati meninggalkan nama. Peribahasa ini mengingatkan kita, perbuatan baik seseorang akan terus dikenang, meski orang tersebut telah tiada di dunia.

Seperti halnya Sutirah, yang menyajikan sebuah trend berbusana dengan konsep syari, berharap karnyanya selalu menyebarkan manfaat, meski kelak dirinya sudah tiada.

Sutirah atau biasa dipanggil dengan nama Tirah, wanita berusia 49 tahun ini telah malang melintang di dunia fesyen Indonesia, selama kurun 20 tahun lebih. Mengawali karir sejak masih duduk di bangku kuliah, Sutirah muda mencoba menguji ilmu dan kemampuan di salah satu merek fesyen branded di Indonesia, sebagai designer.

Kesuksesan awal karirnya, harus dibayar setimpal dengan kelulusan kuliahnya yang tertunda. Setelah tujuh tahun menjadi mahasiswa, barulah Tirah dapat merasakan memakai toga dan euforia wisuda.

Kerasnya kehidupan dan persaingan, setelah wisuda, nyaris tak berlaku baginya. Keberuntungan berpihak pada Tirah, ia melenggang di dunia kerja dengan mulus. Karirnya kembali dengan bekerja di Executive 99, sebuah merk fesyen ternama.

Dunia Tirah memang tidak pernah lepas dari dunia fesyen, berbagai perusahaan busana ternama di negeri ini, telah dijajaki olehnya. “Saya itu pernah bekerja di beberapa perusahaan, biasanya nggak jauh-jauh dari produk development, fashion designer dan merchandiser,” ungkapnya.

Selain itu, Tirah juga memiliki hobi me-recycle pakaian lama, warnannya belel, ukuran yang sudah tidak sesuai, serta modelnya sudah usang. Pakaian tersebut kemudian ia modifikasi menjadi kembali layak pakai.

Hobinya mendaur ulang pakaian ini, sering ia lakukan untuk baju miliki putrinya, Ayu Deswanti Rd (20). "Saya biasanya me-recycle pakaian buat putri saya, dan saya pribadi, seperti ini (Tirah menunjuk pakaian yang dikenakannya), gamis warna tosca ini, dulunya blouse, cuman saya recycle. Saya membeli bahan buat roknya, jenis polyster warna hitam, kemudian ditambahkan aksen potongan bahan blouse di roknya."

Menurut wanita yang juga gemar berenang dan yoga ini, memodifikasi pakaian adalah iseng-iseng bermanfaat. Artinya, tidak membuat pakaian mubadzir.

"Nah kalau yang ini, contoh beberapa pakaian saya dulu, yang didaur ulang, dan sekarang dipakai anak saya. Semuanya pasti gamis, sebab anak saya gak terlalu suka dengan pakaian yang memperlihatkan panggul, dan pastinya syari," tambahnya antusias sembari menunjukkan berbagai koleksi foto pakaian recycle di telepon genggamnya.

Saat ini, dirinya tidak hanya memodifikasi pakaian, melainkan siap untuk mendisain model baru. Sayangnya, hasil karya Tirah yang new concept ini masih terbatas kalangan orang-orang terdekat, antara relasi, atau sahabat dari putrinya yang masih kuliah di Universitas Indonesia, Kota Depok, Jawa Barat.

"Biasanya hasil jadi, di-endorse oleh putri saya sendiri atau keponakan. Jadi pesanan datang dari teman-temannya. Ya promosi dari mulut ke mulut lah. Istilahnya by order, karena masih keterbatasan modal," terangnya.

Meskipun terkendala modal, bukan berarti aktivitas berkaryanya terhenti. Tirah selalu merasa tertantang untuk berkreasi apabila melihat bahan kain. Inspirasi pun seperti mengalir liar dibenaknya.

Ketertarikan Tirah untuk mulai menekuni mode syari ini juga dimaknai sebagai bagian proses alami hidup. Di usianya sekarang, naluri untuk selalu menghadirkan kebermanfaatan bagi sesama kian bertambah. Sehingga, syari menjadi tema utama disain pakaiannya.

"Aurat perempuan harus ditutup, nggak boleh ketat, dan memperlihatkan siluet. Selain itu, ketika menyebarkan yang bagus, seperti halnya menutup aurat, melalui pakaian yang sopan. Bayangkan, jika saya menyebarkan rok mini, sleevless, atau pakaian lekmong (kelek katemong: Ketiak terlihat-red), nilai syiarnya nggak ada. Saya gak mau kalau begitu, tidak akan membawa berkah,” ungkapnya.

Dengan demikian, karya-karyanya saat ini memang didedikasikan khusus untuk pakaian muslimah seperti gamis, rok dan blouse panjang, serta celana longgar. “Sebetulnya tidak terbatas pada beberapa jenis pakaian tersebut, yang tidak berhijab pun masih saya terima, tapi yang santun, kalau harus mendisain rok mini misalnya, dan dipakai oleh remaja di sini, aduh sorry-nya istilahnya,” ungkap warga Desa Sekarwangi, Kecamatan Cibadak ini mengaku, mengidolakan Itang Yunaz dan Jenahara itu.

Tirah kembali menekankan gaya busana yang diusungnya, tidak tanggung-tanggung, bagi konsumen yang mempercayakan konsep pakaian kepada alumnus Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 Cibadak ini, akan diolah secara maksimal. Dari mulai konsultasi mode pakaian, bahan, hingga harga yang sesuai.

“Untuk kisaran harga si sekitar Rp200 ribu - Rp. 250 ribuan. Harga bisa berubah tergantung kebutuhan, intinya ibu itu lebih mengutamakan kenyamanan dan model yang menutup aurat pemakainya,” pungkasnya.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI