Sukabumi Update

Kisah Adom dan Icih di Cibeureum Sukabumi, Sewa Lahan Pemerintah Rp 250 Ribu per Bulan

SUKABUMIUPDATE.com - Adom (85 tahun) dan Icih (78 tahun), pasangan usia senja yang tinggal di gubuk reyod dikelilingi sawah. Alamat mereka ada di Kampung Selakaso, RT 01/02, Kelurahan Babakan, Kecamatan Cibereum Hilir, Kota Sukabumi. Pasangan yang dikaruniai empat orang anak itu kini diurus oleh putra kedua, Gagan (51 tahun) dan istrinya Ros (35 tahun).

Saat disambangi, Ros menjelaskan, Adom dan Icih sudah jarang ke mana-mana, anaknya yang lain sulit dikabari dan dijangkau, tinggal ia dan suaminya yang mengurus kedua orang tua mereka ini.

“Kebetulan rumahnya hadap-hadapan. Saya tinggal sama suami dan empat orang anak," terang Ros.

BACA JUGA: Balada Pasangan Manula, Tinggal di Sebuah Gubuk Pinggiran Kota Sukabumi

Ros melanjutkan, kedua mertuanya juga sering mengeluh sakit dan itu sudah terjadi sejak lama. Tak jarang, Adom dan Icih muntah-muntah setiap sehabis makan, lantaran disinyalir menderita penyakit maag kronis. Menurut Ros, memang sempat berobat, bahkan dibawa ke puskesmas terdekat. Namun lantaran keduanya sudah tak kuat berjalan jauh, keduanya lebih memilih berdiam diri di rumah.

"Ngurusnya sudah lama, enggak tahu sudah berapa tahun. Kadang-kadang kesulitan juga, soalnya suami saya kerjanya hanya buruh harian, ngolah ikan basah. Tapi yang penting bisa makan," papar Ros.

Sebulan sekali, Ros mengaku sering membantu mengambilkan bantuan sembako dari pemerintah untuk Adom dan Icih. Selebihnya, tak ada bantuan lebih lanjut.

"Kalau kita mah inginnya emak sama abah bisa sehat terus dan gak sakit-sakit an lagi,” tutup Ros.

Tak lama berbincang dengan Ros, Adom dan Icih. Datanglah Gagan, suami Ros dan juga anak kandung dari Adom dan Icih ini. Gagan mengungkapkan, dirinya harus membayar uang Rp 250 per bulan untuk membayar kedua rumah miliknya dan orangtuanya tersebut.

BACA JUGA: Balada Difabel Asal Waluran Sukabumi, Punya Sepatu Beda Warna

“Jadi sebenarnya ini tanah milik pemerintah. Saya sewa per bulannya,” ungkap Gagan.

Gagan bekerja sebagai buruh harian yakni bekerja sebagai pembuat ikan asin, upah yang ia dapatkan dari hasil kerjanya terkadang tidak dapat memenuhi kebutuhan istri, anaknya dan juga kedua orangtua nya tersebut.

“Saya suka sedih kalau lihat istri, anak, orangtua sakit, gak bisa makan, kedinginan. Tapi saya harus sabar dan kuat, ini semua karena kewajiban sebagai tulang punggung keluarga,” pungkasnya.

Editor : Ardi Yakub

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI