Sukabumi Update

Mengulik Bayaran Aktris dan Aktor K-Drama

SUKABUMIUPDATE.com - K-Drama adalah bisnis besar, dengan mesin uang mereka adalah para aktris dan aktornya. Namun muncul sebuah fenomena dimana ketika K-Drama semakin populer di dunia, gaji para bintang tersebut menjadi kacau balau.

Melansir dari South China Morning Post, di Korea Selatan, K-Drama adalah sebuah 'zeitgeist' atau jiwa dari suatu masa. Seiring berjalannya waktu, popularitas K-Drama meluas ke banyak negara dan populer di berbagai belahan dunia.

Sebagai industri yang tak lagi bertumpu pada pasar dalam negeri, K-Drama kini menambang uang dari 'sekujur' Asia, Eropa dan Amerika Serikat. 

Dalam situasi pandemi yang berdampak pada industri perfilman, tidak berlebihan jika aktor atau aktris terkenal meminta bayaran tinggi kepada produser mereka.

Namun, persoalan baru muncul ketika K-Drama menjadi lebih populer di pangsa pasar streaming serta konflik antara produser dengan para bintang kerap terjadi.

Baca Juga :

Era 100 Juta Won

photoAktor Bae Yong-joon dalam serial drama The Legend - (Pinterest)</span

Dua dekade lalu, ketika K-Drama kali pertama menarik imajinasi pemirsa asing, bayaran para bintang sekira 20 sampai 30 juta won per episode. Jika dikonversi ke dalam rupiah saat itu, gaji para bintang K-Drama mungkin sama dengan aktris atau aktor sinetron papan atas di Indonesia, yaitu antara Rp 20 juta sampai 30 juta per episode.

Tahun 2007, Bae Yong-joon mengawali era bayaran bintang 100 juta won, saat membintangi serial drama 'The Legend'. Setelah itu Bae Yong-joon pensiun. Namun, perlu sebelas tahun bagi Lee Byung-hun untuk bisa menaikan patokan baru tarif jasa aktingnya hingga 150 juta won per episode saat dia membintangi 'Mr Sunshine'.

Ketika pasar streaming membengkak dan meningkatkan nilai K-Drama di seluruh dunia, Kim Soo-yun membuat tonggak sejarah dengan torehan 200 juta won per episode untuk perannya dalam drama 'It's Okay to Not Be Okay'. Jika dikonversi ke dalam rupiah, 200 juta won yang diperoleh Kim Soo-yun setara dengan Rp 2,2 miliar lebih. Artinya, terjadi kelipatan puluhan kali lipat dibanding bayaran aktris atau aktor K-Drama generasi awal.

Namun, penghasilan besar aktris atau aktor terkenal K-Drama bukan dari honor berperan. Kim Soo-hyun, misalnya, akan mengantongi 500 juta won atau sekira Rp 6,4 miliar, per episode untuk acara 'One Ordinary Day'. Bayaran itu mencakup bayaran penampilan dan pendapatan dari bisnis tambahan.

Acara One Ordinary Day diproduksi bersama oleh Gold Medalist, perusahaan manajemen Kim dan kemungkinan ikut sertanya Coupang Play, cabang streaming lokal pemula dari mall online Coupang. Terdengar kabar bahwa Coupang berani membayar lebih untuk menjamin Kim Soo-hyun tampil di pertunjukan itu.

Di bawah Kim Soo-hyun, terdapat aktor Hyun Bin yang memperoleh antara 150 juta sampai 180 juta won per episode untuk perannya dalam 'Crash Landing on You'. 

Song Joong-ki memperoleh 180 juta won per episode dalam 'The Arthdal Chronicles' dan memperoleh kenaikan bayaran menjadi 200 juta won per episode untuk 'Vincenzo'.

Lee Min ho, yang punya banyak penggemar di Indonesia, relatif masih di kelas 100 juta won per episode untuk perannya dalam 'The King Eternal Monarch.

Lee Jong-suk, Lee Seung-gi dan Park Bo-gum, juga menerima jumlah yang sama per episode.

Ji Chang-wook, yang memiliki basis penggemar besar di Tiongkok, memasuki kelompok 100 juta won saat membintangi 'The K2'. Ketika negara China melarang segala konten dari Korea Selatan, Ji Chang-wook harus menerima kenyataan bayarannya anjlok luar biasa.

Terjadi Ketidakseimbangan di Industri

photoSalah satu tempat lokasi syuting K-Drama - ( frenchviaskype.com)</span

Bintang-bintang ini sangat berharga, namun kenaikan bayaran mereka menciptakan ketidak-seimbangan dalam industri. Biasanya setiap bintang ditangani sebuah perusahaan agensi yang juga mencari pendapatan diluar mengambil peran untuk menambah penghasilan.

Di sisi lain, anggaran produksi K-Drama mengalami peningkatan yang signifikan. Setiap kali para bintang meminta kenaikan honor, produser K-Drama pasti mengalami tekanan hebat.

Suguhan kesempatan pendapatan lain yang ditawarkan agensi lebih banyak menarik para bintang ketimbang mengambil peran di K-Drama. Sehingga beberapa tahun kebelakang, para bintang mulai lebih fokus pada model bisnis baru yang berbeda, namun menghasilkan uang yang lebih besar.

Menurut Korean Broadcasting Actors Union (KBAU), rata-rata honor aktris dan aktor sebenarnya mengalami penurunan 30 persen antara periode tahun 2015 sampai 2019.  

Rincinya, 79,4 persen anggota KBAU berpenghasilan di bawah 10 juta won per tahun, 4,8 juta persen menikmati penghasilan 100 juta won dan sisanya adalah para bintang yang mengantongi bayaran per episode.

Para bintang menikmati bayaran tinggi tanpa mengasumsikan risiko apa pun. Mereka tidak peduli film seri yang mereka bintangi gagal atau berhasil.

Produser akan dimintai pertanggungjawaban atas anggaran yang dikeluarkan. Mereka kerap dilanda kecemasan film yang diproduksi dengan membayar bintang sedemikian tinggi ternyata gagal di pasaran.

Muncul gagasan menggunakan 'jaminan berjalan', sebuah sistem yang memberi para aktor biaya di muka, yang jumlahnya lebih kecil dan mendapatkan keuntungan di kemudian hari. Sistem ini mirip dengan yang diterapkan di Hollywood saat ini.

Ketidakadilan juga terjadi antara aktris dan aktor. Sejauh ini hanya ada dua aktris atau bintang wanita yang menikmati bayaran hingga 100 juta won per episode, yaitu Jun Ji-hyun dalam 'Legend of the Blue Sea' dan Lee Young-ae dalam 'Saimdang Memoir of Colours'.

Aktris lainnya menerima bayaran jauh lebih rendah dari lawan main pria. Pengalaman atau basis penggemar tidak benar-benar mengubah banyak hal.

Tahun 2020 ada pembicaraan aktor baru menuntut bayaran 70 juta won per episode untuk peran utama pertama. Jumlah yang sama diterima aktris veteran Kim Hae-ae untuk perannya dalam 'The World of the Married'.

Kenaikan tajam bayaran para bintang diperkirakan akan terus berlanjut, karena raksasa streaming global seperti Netflix sedang fokus menginvasi industri film dan drama ke Korea Selatan. 

Tujuannya tidak lain untuk meningkatkan persaingan mendapatkan hasil terbesar di industri.

Editor : Muhammad Gumilang Gumilang

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI