Sukabumi Update

Tjiboenar Sukabumi, Kenapa Banyak yang Prewed di Reruntuhan Pabrik Tekstil Ini?

Sisa tembok bangunan pabrik tekstil Tjiboenar di Kadudampit Sukabumi yang sering dijadikan spot prewed (Sumber: sukabumiupdate/restu)

SUKABUMIUPDATE.com - Tembok bekas pabrik tekstil Tjiboenar di Kadudampit Kabupaten Sukabumi menjadi saksi sejarah bangsa Indonesia. Tembok bangunan yang tinggal sekeping ini adalah aset sejarah sekaligus spot dokumentasi yang menarik terutama untuk calon pengantin alias foto prewed (prewedding atau pra nikah).

Karena terkait sejarah, warga lebih banyak yang mengenal sepotong tembok bangunan tua ini dengan benteng belanda. Reruntuhan itu kini berada di tengah kebun, menyisakan tembok berupa fasad pabrik yang membentang dengan jendela-jendela ukuran besar.

Tak hanya itu, menara bekas cerobong asap pabrik setinggi kurang lebih 30 meter juga masih menjulang tinggi. Jika menuju objek wisata Situ Gunung tentu akan melihat bangunan sisah sejarah industri tekstil Indonesia jaman pra kemerdekaan.

Baca Juga: Lomba Melamun 2023 Digelar di Indonesia, Panitia: Jangan Takut Kesurupan

Walaupun belum berstatus cagar budata, reruntuhan sejarah dipelihara dengan baik oleh warga sekitar, tepatnya Kampung Cibunar Desa Gede Pangrango Kecamatan Kadudampit. Bagi warga, sisa tembok pabrik dan bangunan lainnya yang masih berdiri adalah penggalan kisah leluhur mereka.

Walaupun tidak ada narasi cerita sejarah dituliskan di lokasi tersebut sebagaimana aset cagar budaya, bentuk arsitektur sisah reruntuhan menggambarkan jika bangunan ini punya nilai. Buktinya banyak orang yang sengaja datang hanya untuk berfoto di lokasi tersebut, termasuk untuk momen penting seperti sesi pemotretan pra nikah atau pre wedding (prewed).

Menurut warga sekitar, dalam sebulan ada saja yang datang untuk sesi foto prewed. Baik dari Sukabumi bahkan dari luar kota. “Bisa sampai 4-5 kali dalam sebulan, calon manten (calon pengantin) yang datang ke sini untuk foto nikah,” jelas Uwi (44 tahun) warga Cibunar yang rutin menjaga reruntuhan bekas pabrik tekstil tersebut kepada sukabumiupdate.com, Kamis, 24 Februari 2023.

Baca Juga: 5 Manfaat Wijaya Kusuma yang Kerap Disebut Bunga Pembawa Keberuntungan

Uwi yang sehari-hari bercocok tanam sayuran di lahan tersebut mengungkapkan bahwa tidak ada tarif yang dikenakan untuk calon pengantin yang mau prewedding di kawasan eks pabrik Tjiboenar.

“Kalo ada yang foto prewedding silahkan saja gratis gak usah bayar, kalo mau bayar kebersihan silahkan seikhlasnya. Saya tidak pernah meminta sepeser pun, mau ngasih mangga, nggak juga nggak apa-apa," ucap Uwi,

"Kebanyakan sih yang foto nikah disini orang dari luar kota seperti Jakarta Bogor, orang sukabumi juga ada tapi tak sesering yang dari luar kota,” lanjutnya.

Baca Juga: 7 Mitos Bunga Sedap Malam, Tanda Mahluk Halus hingga Kesukaan Nyi Roro Kidul

Ia cukup senang jika masih banyak yang datang untuk berfoto dan mengabadikan kisah sejarah industri tekstil Indonesia di Kadudampit Sukabumi ini. Uwi geram jika yang datang gerombolan anak muda yang nongkrong kemudian merusak, seperti mencoret atau pemasang iklan produk bahkan spanduk politik.

“Pengennya sih iklan-iklan itu jangan dipasang di tembok Tjiboenar. Itu kan sejarah. Tapi susah karena memang tidak dijaga khusus atau di pagar jadi siapa saja bisa masuk,” bebernya.

Seorang fotografer yang sering melayani jasa prewedding di Sukabumi, Aldi Julian mengakui jika reruntuhan pabrik Tjiboenar adalah salah satu spot menarik untuk yang ingin mengangkat tema jadul, sejarah dan perjuangan.

Baca Juga: Viral Pendaki Menyalakan Bom Asap di Gunung Gede, Berikut Pernyataan BBTNGGP

Reruntuhan pusat tekstil nusantara era hindia belanda di Kadudampit SukabumiReruntuhan pusat tekstil nusantara era hindia belanda di Kadudampit Sukabumi

“Itukan bangunan jaman belanda jadi kesan arsitek tempo dulunya dapet. Yang pengen tema jadul ini lokasi cocok banget,” jelasnya kepada sukabumiupdate.com.

Selain gaya arsitek, lokasi reruntuhan tembok di tengah kebun dan sawah membuat spot ini kaya cahaya, sehingga memudahkan pengaturan sesi pemotretan oleh para fotografer.

“Lebih bagus jika talent atau calon pengantinnya pakai kostum jadul. Temanya lebih dapet,” sambung Aldi Julian yang juga menayangkan banyaknya coretan vandalisme dan spanduk produk atau iklan yang ditempel di reruntuhan bangunan tersebut.

Baca Juga: Huni Rumah Reyot, Janda di Tegalbuleud Sukabumi Tunggu Bantuan Pemerintah

“Jadinya kan harus milik spot yang bersih, biar kesan tempo dulunya lebih dapat,” tegasnya.

Sepenggal Kisah Tjiboenar

Pabrik Tekstil Tjiboenar dibangun tahun 1935 merupakan aset industri tekstil nusantara yang cukup besar, dengan perkiraan pekerja saat itu mencapai 1000 orang. Setelah beberapa kali berganti kepemilikan, terakhir pabrik ini merupakan aset Tan Tiong Gie dan Tjong Boen Hok dengan manajemen Handel Mij fabriek Tjiboenar.

Baca Juga: Kumpulan Soal CPNS 2023 Terbaru, Latihan Tes Karakteristik Pribadi

Melansir sukabumixyz, Tjong Boen Hok tak hanya punya satu pabrik di Kadudampit ini saja, ada juga di Tjiboenar II di Kota Sukabumi (Jalan Pelabuhan 2), dan di Jakarta (daerah Jembatan Lima).

Keberadaan Pabrik Tekstil Tjiboenar, membuat nama Sukabumi menjadi sentra tekstil pada masa Hindia Belanda. Bahkan Pada tahun 1943, Boen Hok Tjiong ditunjuk menjadi Ketua Tekstil Nusantara, dan Pabrik Tekstil Tjiboenar menjadi pusat tekstil nasional.

Menjelang keruntuhan Hindia Belanda, sentimen etnis dan ideologi yang menggelora saat itu juga menyasa Pabrik Tekstil Tjiboenar. Pada Februari 1940, dipicu keributan antara pekerja pabrik yaitu dua pemuda Tionghoa dan warga sekitar menjadi pemantik kemarahan.

Baca Juga: 5 Pilihan Makanan Sehat Untuk Sarapan Penuh Dengan Nutrisi

Pabrik Tekstil Tjiboenar juga dicap sebagai pendukung aksi penjajahan Jepang. Saat perang mempertahankan kemerdekaan, Juli 1947, pabrik Tjiboenar bersama pabrik lain, toko dan gudang dibakar oleh rakyat sesuai imbauan bumi hangus dari para pejuang Indonesia.

Taktik bumi hangus saat itu adalah mencegah fasilitas yang ada tidak dipergunakan oleh pasukan Belanda. Total kerugian diperkirakan saat itu diperkirakan 20.000.000 NLG, termasuk hilangnya mata pencaharian para pekerja.

Reporter: Restu (Kontributor)

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERKAIT