Sukabumi Update

Selain Diisi Ranginang, Ini Alasan Kenapa Tak Ada Ayah di Kaleng Khong Guan

Merk Biskuit Lebaran Idul Fitri | Alasan Kenapa Tak Ada Ayah di Kaleng Khong Guan (Sumber: Instagram/@gnfi) (Sumber : Instagram/@a2freshfruit)

SUKABUMIUPDATE.com - Brand Biskuit Khong Guan sejak dulu, saat lebaran, selalu ada di deretan sajian Lebaran Idul Fitri. Meskipun bukan suatu keharusan tapi kehadiran kaleng besar berwarna merah terasa sangat bersahabat untuk menyambut orang-orang yang hadir bersilaturahmi di hari Lebaran.

Ya, meskipun isi Kue kaleng ini kerap menipu para penikmatnya. Masyarakat biasanya mengisi kaleng Khong Guan dengan aneka kerupuk tradisional, seperti Kerupuk Gendar atau si kembar rangining dan ranginang.

Sejarah Khong Guan, Kue Khas Lebaran yang Kalengnya Biasa Diisi RanginangKhong Guan, Kue Khas Lebaran yang Kalengnya Biasa Diisi Ranginang

Selain diisi ranginang, netizen budiman juga selalu memperhatikan gambar dari produk tertentu seperti Kaleng Khong Guan yang popularitasnya sudah jadi ikon Lebaran Idul Fitri. Setiap tahunnya, masyarakat selalu penasaran tentang alasan "kenapa tak ada ayah di kaleng Khong Guan?"

Baca Juga: Link Live Streaming CCTV Jalan Tol, Pantauan Realtime Arus Mudik Lebaran 2023

Biskuit legendaris yang disebut-sebut sebagai makanan khas lebaran tersebut tidak hanya menawarkan kudapan manis dan enak. Ya, misteri terkait sosok ayah di desain kemasan Khong Guan Red Assorted atau lebih dikenal dengan nama Khong Guan Merah juga turut heboh dipertanyakan.

Yuk, simak Fun Fact Kaleng Khong Guan sebagaimana dikutip via Tempo.co!

Alasan "kenapa tak ada ayah di kaleng Khong Guan"

Diketahui kreator gambar keluarga yang sedang bersantap biskuit di kaleng Khong Guan adalah Bernardus Prasodjo. Hal itu seperti yang diungkapkan oleh politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Bambang Elf melalui cuitan (tweet) di Twitter.

Bernardus Prasodjo | Alasan Kenapa Tak Ada Ayah di Kaleng Khong Guan (Sumber: Instagram/@gnfi)Bernardus Prasodjo | Alasan Kenapa Tak Ada Ayah di Kaleng Khong Guan (Sumber: Instagram/@gnfi)

“Mendekati lebaran, semua akan teringat dengan karya fenomenal Pak Bernardus Prasodjo, pelukis kaleng Khong Guan. Beliau adalah ayahanda dari dokter @prasadja. Salam hormat untuk sang legenda. Tolong tanyakan beliau, itu Bapak Khong Guan (di gambar) lagi kemana?”, tulis akun @bambangelf dikutip Senin (17/4/2023).

Sebelumnya, kebenaran informasi tersebut dikonfirmasi oleh sang anak, yakni Andreas Prasadja melalui media sosial yang sama. Ia juga turut melampirkan foto Bernardus Prasodjo yang sedang menenteng sebotol sirup.

“Ini ayah saya, pelukis gambar keluarga pada kaleng biskuit Khong Guan dengan karya lainnya, (yaitu) logo sirup Marjan”, kata @prasadja pada, Jumat (16/06/2017) silam.

Baca Juga: 15 April - 1 Mei, Jadwal Fungsional Tol Bocimi Seksi 2 untuk Lebaran Idul Fitri

Sontak saja, cuitan tersebut dibanjiri oleh beberapa komentar, 1.947 suka, dan 2.597 dibagikan ulang (retweets) per Jumat (14/04/2023). Salah satu warganet juga sempat menanyakan kenapa tak ada gambar ayah di kaleng Khong Guan.

“Kenapa bapak gak ada? Karena yang di gambar adalah keluarga janda, gak ada masalah kan sama janda?”, tanya @tigaatmojo.

“Bapaknya yang motret”, balas @prasadja.

Artinya, alasan tak ada gambar ayah di kaleng Khong Guan adalah karena sang ayah yang mengambil foto keluarga itu. Andreas Prasadja juga menjelaskan bahwa ilustrasi yang dibuat ayahnya terinspirasi dari karya-karya Norman Rockwell, seniman yang dikenal menciptakan Empat Kebebasan.

Siapa Pemilik Biskuit Lebaran Idul Fitri Merk Khong Guan?

Dihimpun dari situs khongguan.com.sg, Khong Guan Biscuit Company dibangun oleh kakak adik asal Fujian, Cina, yaitu Chew Choo Keng dan Chew Choo Han pada 1987. Keduanya berpindah dan menetap sejak 1935 di Singapura yang nantinya menjadi lokasi pembangunan pertama kali pabrik biskuit tersebut.

Baca Juga: Tol Bocimi Seksi 2 Fungsional Mulai 15 April, Lebaran Bisa Mudik via Jalur Pansela

Pada mulanya, mereka bekerja di sebuah pabrik biskuit lokal. Akibat serangan Jepang ke Negeri Singa, mereka terpaksa mengungsi ke Perak, Malaysia pada 1940. Setelah tak lagi bekerja, dua bersaudara itu memutar otak dengan membuat biskuit, garam, hingga sabun demi bisa bertahan hidup. Sayangnya, stok bahan baku hampir menepis.

Untungnya, Jepang akhirnya mundur dan mereka kembali ke Singapura pada 1945. Perang telah meluluhlantakkan pabrik tempat mereka bekerja. Alhasil, usaha untuk membuat biskuit mulai dilakukan lagi. Berbekal pengalaman serta mesin tua dan rusak bekas pabrik lokal, mereka merintis bisnis pembuatan biskuit.

Chew Choo Han berupaya memperbaiki mesin itu dan memanfaatkan rantai sepeda sebagai sistem konveyor. Alat semi-otomatis tersebut berfungsi untuk mengatur jalur perpindahan biskuit dari oven batu bata ke proses selanjutnya. Pada 1947, Khong Guan Biscuit Factory (Singapore) Limited dibuka di 18 Howard Road dan kini tersebar ke 40 negara.

SUMBER: TEMPO.CO | NIA HEPPY | MELYNDA DWI PUSPITA

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT