Sukabumi Update

Langka Tapi Ada di Sukabumi, Kenapa Ikan Dewa Mahal?

Potret ikan langka di Sungai Cibuni | Langka Tapi Ada di Sukabumi, Kenapa Ikan Dewa Mahal? (Sumber : Ragil Gilang)

SUKABUMIUPDATE.com - Ikan Dewa menjadi salah satu harta berharga yang langka di Indonesia, namun ditemukan di Sungai Cibuni Sukabumi. Hal ini tentu menjadi sebuah kebanggaan tersendiri bagi masyarakat Sukabumi, Jawa Barat.

Berdasarkan penelusuran sukabumiupdate.com, ikan soro atau ikan dewa berhasil dipancing oleh warga dibeberapa desa Kecamatan Cidadap yang berada sepanjang Sungai Cibuni yaitu Desa Mekartani, Desa Tenjolaut, Desa Hegarmulya, Desa Cidadap dan Desa Padasenang, Sukabumi. Warga kemudian menjual ikan soro itu seharga Rp 120.000 per Kg.

Menurut catatan, beberapa masyarakat meyakini bahwa ikan soro adalah jelmaan prajurit petinggi tanah pasundan (baca: Prabu Siliwangi) yang membelot. Prajurit itu kemudian dikutuk menjadi seekor ikan.

Namun tak hanya dikaitkan dengan Prabu Siliwangi, masih banyak masyarakat yang bertanya "kenapa ikan dewa mahal". Salah satu alasan yang cukup mungkin menjawab hal tersebut adalah soal nutrisinya.

Baca Juga: Wisata Curug di Sukabumi, Cikaso Jadi Tempat Bersemayam Prabu Siliwangi?

Mengutip ksdae.menlhk.go.id, ikan dewa memiliki beragam manfaat berkat nutrisi yang melimpah. Manfaat ikan dewa yang tergolong cukup potensial, antara lain karena kandungan gizi albumin yang tinggi.

Ikan dewa kerap dimanfaatkan untuk pengobatan pasca operasi, sarana pendidikan dan edukasi, serta nilai ekonomis yang tinggi.

Catatan Kementerian menyebut, ikan dewa telah menjadi komoditas ekspor dari Jawa dan Sumatera untuk dikirim ke Malaysia. Kuota ekspor ikan dewa yakni mencapai 30.000 ton/tahun.

Sebelumnya diketahui, Ikan dewa masih satu keluarga dengan ikan mas (Family Cyprinidae), dan di wilayah Sumatera konon merupakan makanan para raja.

Adapun di Sungai Cibuni Sukabumi, ikan dewa berkembang biak pada kedalaman 10-20 meter. Ada ciri khas ikan dewa di Sungai Cibuni, yakni warnanya hijau perak dan ada kemerah-merahan.

Sumber: KemenLHK

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT