Sukabumi Update

Upaya Keras Perajin Batok Kalapa Kabupaten Sukabumi Belum Buahkan Hasil

SUKABUMIUPDATE.COM – Anda pernah mendengar kabar tentang tempurung atau batok kelapa menjadi miniatur vespa keren yang diproduksi pengrajin batok kelapa di Jawa Tengah yang diekspor ke Jamaika? Di tangan orang kreatif, sesuatu yang dianggap biasa menjadi luar biasa dan bernilai.

Kelapa, adalah pohon ajaib! Mengapa demikian? Pohon yang tunasnya dijadikan lambang gerakan Pramuka Indonesia ini, nyaris semua bagiannya berguna bagi kehidupan manusia, mulai dari akar, daun, batang, sintung, sabut, buah, air, hingga batok atau tempurungnya.

Adalah Agus Sholehudin (38), Warga Kampung Cinagen, Jampang Kulon, Kabupaten Sukabumi, yang menyulap batok kelapa menjadi lampion, lampu hias, asbak, cangkir, teko, pas bunga, pigura dan bentuk kerajinan tangan lainnya, bahkan dalam bentuk paling kecil sekalipun seperti bros dan kancing baju.

Ternyata, batok kelapa bisa menjadi komoditi kerajinan bernilai jual tinggi, namun hal ini bukanlah perkara mudah, proses yang dilakukan cukup memakan waktu lama, ribet dan membutuhkan ketelatenan ekstra.

“Jadi, kalau ingin melatih kesabaran, cobalah membuat sesuatu yang butuh proses panjang,” ungkap Agus, sang pengrajin batok kepada sukabumiupdate.com, Minggu (4/12).

Agus memulai usahanya membuat miniatur perahu layar berbahan dasar bambu dan kayu. Namun ketika temannya setahun lalu menyarankan membuat kerajinan batok, maka hal tersebut ia coba dengan memproduksi berbagai macam kerajinan dari mulai asbak dan pas bunga, dengan bantuan lima orang warga Cinagen lainnya, dengan sistem borongan.

“Sekarang baru bisa menyerap sedikit tenaga kerja, karena permintaan belum banyak,” ucap bapak empat anak ini.

Sebuah ungkapan dalam Bahasa Arab aljadidu ladzid, berlaku dalam proses penjualan produksi kerajinan batok kelapa yang Agus buat, terjemahan bebas ungkapan itu adalah yang baru itu mengasyikan, menyenangkan, seksi atau menarik perhatian.

“Awalnya saya produksi, pendapatan bisa sampai tiga juta rupiah sebulan, sekarang turun drastis sampai 50%,” keluh Agus.

Agus tidak diam dengan kondisi tersebut, ia berusaha menjual produksi kerajinannya di sosial media dan memperkenalkannya lewat batokohok.blogspot.co.id, “Saya juga pernah menemui Diskoperindag (Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan-red) Kabupaten Sukabumi. Responnya sih bagus, tapi belum ada follow up,” terang Agus.

Agus yang membuka gerai di Gang Adireja, Kota Sukabumi, secara berkala memasarkan hasil kerajinannya di lokasi Geopark Ciletuh, dengan membuka lapak dadakan sekira dua kali dalam sebulan. Ia juga metitip jualnya di gerai para pedagang Cibuaya dan Ujunggenteng.

“Target saya ingin menunjang sektor pariwisata di Geopark Ciletuh, utamanya industri pariwisata di wilayah Selatan Sukabumi, agar ada cinderamata lokal buat wisatawan, jadi biar ada perhatian,” pungkas Agus.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI