Sukabumi Update

Museum dan Arboretum Ciletuh Kabupaten Sukabumi, Instrumen Penting Sebuah Geopark

SUKABUMIUPDATE.com – Tak semua mengetahui keberadaan dan fungsi museum serta aboretum yang ada di Kampung Panenjoan, Desa Tamanjaya, Kecamatan Ciemas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Padahal, tempat yang didirikan serta dikelola Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi (PAPSI) ini merupakan syarat untuk bisa ditetapkannya kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu masuk kedalam jaringan Geopark Global Network.

Di tempat ini hampir seluruh informasi yang berkaitan dengan Geopark dapat dengan mudah kita pelajari, bahkan hanya berkunjung ke dua tempat ini kita sudah seakan-akan menjelajahi seluruh kawasan Geopark Ciletuh-Palabuhanratu.

BACA JUGA: Ingin Tahu Sejarah Sukabumi, Datang Saja ke Museum Kipahare Kota Sukabumi

Museum dan arboretum Ciletuh yang berada tepat diseberang sky deck Panenjoan ini terbuka untuk umum dan buka selama tujuh hari dalam seminggunya. Selalu ada orang yang mau menjelaskan secara Cuma-cuma koleksi yang ada ditempat ini, pengunjung bisa bertanya, apa saja tentang Geopark atau koleksi yang ada di tempat tersebut.

Meskipun baru didrikan setahun lalu, namun koleksi yang dimiliki museum maupun arboretum sangat lengkap dan mewakili semua potensi yang ada di Geopark, mulai dari kekayaan keanekaragaman hayati (Biodiversity), kekayaan Geologi (Geodiversity), hingga keragaman budaya (Culturediversity), yang ada di Geopark.

BACA JUGA: Kabupaten Sukabumi Miliki Museum, Syarat Gamelan Sari Oneng Parakansalak Bisa Kembali

Khusus untuk keanekaragaman hayati, pengunjung bisa melihatnya secara langsung di arboretum yang berlokasi tepat di belakang museum. Secara mudahnya arboretum merupakan tempat dibudidayakannya ragam spesis tanaman untuk tujuan konservasi, di lahan seluas kurang lebih tiga hektare ini pengunjung bisa melihat koleksi tanaman yang tumbuh di kawasan Geopark, termasuk koleksi tanaman Bambu gereng, salah satu spesis Bambu yang hanya tumbuh di kawasan Geopark Ciletuh, tepatnya di suaka margasatwa Cikepuh.

Penanggungjawab museum, Asep Supriatna menjelaskan, sekalipun dikelola oleh masyarakat lokal, namun tampilan dan penyajian yang dimiliki oleh museum tidak sembarangan.

"Museum dan arboretum digarap secara profesional karena harus mampu memuaskan keingintahuan masyarakat, serta wisatawan, baik domestik maupun internasional. Informasi kita sajikan dalam multi bahasa, dan informasinya kita paparkan sejelas mungkin. Untuk hal ini kita bekerjasama dengan Universitas Gajah Mada (UGM), dan Universitas Padjajaran (Unpad), sesuai dengan bidang dan keilmuan yang dibutuhkan," jelasnya kepada sukabumiupdate.com panjang lebar, sewaktu ditemui baru-baru ini di sela-sela kesibukannya.

Asep menambahkan, jika hingga kini mereka masih terus berupaya melengkapi koleksi museum dan arboretum tersebut.

"Masih banyak benda-benda budaya yang ada di masyarakat, belum bisa kita dapatkan. Museum tidak memiliki uang operasional. Sementara, masyarakat berfikir, jika museum ini bertujuan untuk bisnis hingga mereka tidak mau secara sukarela menitipkan benda-benda bernilai budaya ataupun sejarah ke pihak museum. Padahal, jika dititipkan tentu benda-benda tersebut dapat lebih terpelihara dan juga memiliki manfaat, karena masyarakat lain jadi bisa turut menikmati," ujarnya.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI