Sukabumi Update

Hutan Damar Kadudampit Sukabumi, Lepas Penat Sekaligus Mengenal Elang

SUKABUMIUPDATE.com - Wilayah Resort PTN Situgunung Cimungkad, Seksi PTN Wilayah IV Situgunung, Bidang PTN Wilayah II Sukabumi, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) ternyata memiliki tempat yang cocok untuk mengisi waktu liburan.

Namanya tempatnya hutan damar di Kampung Sayangkaak, Desa Cikahuripan, Kecamatan Kadudampit, Kabupaten Sukabumi. Lokasinya tidak jauh dari perkebunan di Desa Pasir Datar Indah.

Pohon damar tumbuh berhimpitan sekitar 2 sampai 3 meter. Udaranya segar dan sejuk bikin nyaman, membuat betah tinggal berlama-lama di sana.

Untuk bisa menuju kesana, jika anda dari arah Kota Sukabumi melalui jalur Cisaat masuk ke Jalan Kadudampit sekitar 15 kilometer. Sedangkan jika dari jalur Cibadak melalui jalur Caringin tidak jauh dari perkebunan Pasir Datar.

"Biasanya Sabtu dan Minggu banyak yang datang kesini jalan-jalan. Kadang ada juga warga di luar Kecamatan Kadudampit sengaja datang," ujar Dadun Rohendi (44 tahun) Masyarakat sekitar dari Mitra Polhut.

BACA JUGA: Serunya River Tubing Bersama Komunitas Paguris di Sungai Cimaja Sukabumi, Gratis Lho

Pusat Konservasi Elang Jawad i resort PTN Situgunung Cimungkad juga terdapat museum elang jawa dan pusat konservasi elang jawa. Bahkan ditempat ini terdapat makam penemu elang jawa Max Edward Gottlibe Bartels atau M.E.G Bartels, seorang berkebangsaan Jerman yang bekerja pada perkebunan teh "Pangrango" dengan lokasi Pasir Datar.

Ia gemar berburu serta mengoleksi seluruh binatang hasil buruannya dan digunakan untuk ilmu pengetahuan, yang membuat M.E.G Bartels menjadi peneliti yang lebih memfokuskan kepada ilmu burung atau Ornitologi dan menjadi ahli burung terkenal.

Nama barthel diabadikan dalam nama 13 jenis satwa temuannya, salah satunya yakni elang jawa, Japan Hawk Eagle (Spizaetus Bartelsi, steresemann, 1924) yang ditemukan di hutan Cumungkat.

Di resort PTN Situgunung Cimungkad juga terdapat museum elang jawa dan pusat konservasi elang Jawa. (Foto: Garus Nurbogadullah).

M.E.G Bartels lahir pada 24 Januari dan meninggal pada 7 April 1936. Sesuai surat wasiat yang disampaikan kepada anak sulungnya Max Bartels, ia dimakamkan dekat dengan museum dan pegunungan.

Penelitian M.E.G Bartel diteruskan oleh anaknya Max Bartels, yang lebih memfokuskan pada hewan mamalia terutama Rodentila. Hasil penelitiannya tercatat banyak menorehkan pada Rodentia, juga memberi nama spesies yang hidup di Gunung Gede Pangrango, antara lain tikus Rattus Canus Sodyi, tupai terbang bartels dan lainya.

"Kalau museum ini berdiri sekitar empat tahu lalu. Disini tempat elang jawa pertama kali ditemukan," katanya.

BACA JUGA: Curug Ciminyak, 'Obat' Pelepas Penat Rutinitas di Cidadap Sukabumi

Menurut Dadun, elang jawa saat ini masih ada, namun tidak mengetahui berapa jumlahnya. Karena hanya bisa terlihat pada waktu-waktu tertentu. Sekitar pukul 08.00 WIB hingga 11.00 WIB.

"Itu juga lewat saja, tapi kadang ada juga yang bertengger di pepohonan. Selain elang jawa juga masih banyak binatang lainnya seperti babi hutan dan macan tutul," jelasnya.

Yang berkunjung ke tempat ini rata-rata pelajar. Tapi untuk ke tempat ini cukup sulit karena kondisi jalannya.

Pengunjung, Alif Fatullaila (23 tahun) warga Kampung Selamanjah, RT 03/03  Batununggal, Cibadak mengataku baru pertama kalinya ke Hutan Damar, dan baru mengetahui ada museum elang jawa.

"Disini suasananya sejuk. Kedepannya ini di buka untuk pariwisata, sehingga menjadi tempat usaha warga sekitar. Selain itu buat pengunjung bisa ikut menjaga lingkungan, terutama sampah, karena setiap maen itu sampah suka berserakan," singkatnya.

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI