Sukabumi Update

Sejarah Perang Shiffin, Pertempuran Umat Muslim di Tahun 657 M

SUKABUMIUPDATE.com - Di zaman sekarang ini mungkin masih banyak umat muslim yang belum mengetahui sejarah perang Shiffin.

Perang ini memang tidak sebesar Perang Khandaq dan Perang Badar, tapi perang ini memiliki peran penting dalam peletakan sejarah perkembangan Islam saat ini.

Perang Shiffin terjadi pada tanggal sekarang, tepatnya 26 - 28 Juli di tahun 657. Perang ini melibatkan Ali bin Abi Thalib yang merupakan Khulafaur Rasyidin keempat dan Muawiyah I, pendiri Bani Umayyah. 

photoLokasi Perang Shiffin - (via: wikishia.net)</span

Melansir dari suara.com, penyebabnya pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan oleh pemberontak Mesir.

Baca Juga :

Setelah itu, perang terjadi di Desa Shiffin Suriah yang kemudian berakhir dengan peristiwa tahkim atau arbitrase, yakni perundingan untuk mendamaikan dua pihak yang bersengketa dengan bantuan pihak ketiga.

Kubu Muawiyah I dalam perang tersebut dipimpin oleh Amr bin Al-Ash. Muawiyah I menggerakkan 120.000 pasukan untuk menggempur lawannya yakni Ali bin Abi Thalib.

Namun, Muawiyah I tidak terjun langsung ke medan perang. Seluruh kepemimpinan dia serahkan kepada Amr bin Al-Ash, tapi sayangnya strategi ini tidak berhasil.

Amr bin Al-Ash menderita kekalahan hanya sesaat setelah dia unggul terhadap lawannya. Keadaan berbalik sehingga Amr bin Al-Ash berhasil dipukul mundur dan kehilangan 45.000 pasukan tempur. 

Di lain pihak, Ali bin Abi Thalib ikut terlibat dalam perang yang dipimpin oleh Malik bin Al-Harith. Padahal saat datang ke Shiffin, jumlah pasukan Malik bin Al-Harith hanya sekitar 90.000 prajurit atau separuh pasukan Muawiyah I.

Berkat strategi matang serta kegigihan pasukan, keadaan berbalik. Puluhan ribu pasukan itu unggul dari lawan mereka, walaupun di dalam pertempuran Malik bin Al-Harith kehilangan 25.000 pasukan. 

Dengan jumlah korban perang yang tidak sedikit itulah kedua belah pihak bersepakat mengakhiri peperangan dengan jalur tahkim atau arbitrase.  Ali mengirim Abu Musa Al-Asy’ari sebagai perwakilan perundingan.

Sementara itu, Muawiyah I mengutus Amr bin Al-Ash. Hasilnya, pembunuhan Utsman dinyatakan tidak adil sehingga Ali menerima semua persyaratan dari Muawiyah untuk mengakhiri perang.

Masalah tak selesai sampai di situ, keputusan damai ini membuat sebagian pengikut Ali bin Abi Thalib kecewa karena menganggap upaya mereka selama ini sia-sia.

Akhirnya kelompok yang tidak sepakat memisahkan diri dan membentuk kelompok baru yang dikenal dengan Khawarij. 

Khawarij memusuhi kubu Ali dan Kubu Muawiyah I, tapi beberapa tahun kemudian Muawiyah I menyatukan kekhalifahan Islam dengan mendirikan Bani Umayyah. 

Baca Juga :

SOURCE: SUARA.COM |  NADIA LUTFIANA MAWARNI

Editor : Reza Nurfadillah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI