Sukabumi Update

Beratnya Hidup sebagai Penderita Depresi, Hidup Penuh Pura-pura

SUKABUMIUPDATE.com - Banyak orang yang terlihat baik-baik saja dalam aktivitas sehari-hari namun ternyata menderita depresi tingkat tinggi. Dr. Carol A. Bernstein, profesor psikologi dan neurologi di NYU Langone Health, Amerika Serikat, mengatakan depresi dan kecemasan sangat berbeda bagi setiap orang.

Depresi tingkat tinggi juga umumnya tak masuk kategori secara medis. Orang dapat mengalami depresi, tetapi tak paham soal lama depresi dan bagaimana mempengaruhi kehidupan, sehingga tak ada bedanya antara depresi dengan depresi tingkat tinggi.

Cara penyintas depresi melalui hari demi hari sesungguhnya tidak mudah. Berikut beberapa hal yang ingin dikatakan penyintas depresi untuk hidup dan bekerja ketika mengalami depresi tingkat tinggi, dikutip dari healthline.com.

1. Selalu berpura-pura
Kita mengenal soal imposter syndrome, seseorang merasa berpura-pura dan tidak bersama dalam keadaan baik seperti orang pikirkan. Anda jadi seseorang yang seolah memainkan diri sendiri, bersandiwara di tengah banyak orang untuk melihat baik-baik saja.

2. Perlu membuktikan diri dan berjuang 
Hidup dengan depresi tingkat tinggi itu sulit. Meskipun penderita bisa pergi ke kantor dan menyelesaikan tugas dengan baik, menjalankan hidup, namun tidak bisa mengeluarkan potensi seluruhnya. Sebenarnya, tidak semua orang akan percaya mereka berjuang karena kehidupan tidak runtuh seluruhnya. Umumnya, orang yang menderita kesehatan mental membutuhkan dukungan yang tepat sesuai kebutuhan.

3. Hari yang baik sesungguhnya relatif
Seorang pria bernama Christian, yang bekerja sebagai pengajar perangkat lunak mengatakan hari yang baik adalah bisa bangun sesuai alarm, mandi, dan berdandan. Dia bisa menjaga diri di tengah orang-orang, terutama sebagai pengajar. Dia harus bisa menutupi kecemasan. Hari yang baik menurutnya adalah kondisi mental yang jelas dan produktif.

4. Hari buruk juga tak terhindarkan
Untuk hari yang buruk, seseorang juga akan melalui hal yang sama, dari mulai bangun pagi dan pergi mandi. Namun, seseorang akan berpura-pura lebih keras untuk bisa mengelabui orang dari hal buruk yang dialami. Ketika selesai beraktivitas pada hari yang buruk, seseorang akan memanjakan diri dengan bermain media sosial atau makan di restoran.

5. Menyerap energi berlebih
Hari yang buruk menyerap energi yang sangat tinggi. Umumnya di tengah hari buruk pekerjaan yang diselesaikan juga tak optimal. Seseorang membutuhkan lebih banyak ruang bebas untuk mengontrol kembali pikirannya. Seorang penderita depresi mudah frustasi dengan rekan kerjanya. Sekalipun tidak ada jalan keluar dari masalah itu saat menghadapi hari buruk, seseorang akan lebih kritis terhadap dirinya sendiri. Oleh sebab itu, pada situasi buruk, seseorang yang mengalami depresi di tengah hari buruk akan lebih memprioritaskan tugasnya dan menekan dirinya sendiri.

6. Berjuang untuk fokus
Kadangkala ada beberapa hal yang tidak bisa diselesaikan. Ada yang membutuhkan waktu seharian untuk mengerjakan beberapa hal kecil. Pekerjaan bisa mengantarkan seseorang terserang depresi karena perusahaan yang menuntut kompetisi menjadi terdepan. Seorang penulis bisa saja menulis sambil bersedih dan berteriak keras dalam hati. Namun, terkadang kondisi ini malah menunjang penulisan yang diinginkan pembaca karena emosi yang mendalam meski cukup menyeramkan.

7. Sangat melelahkan
Hidup dengan depresi menghabiskan hari-hari yang seharusnya dijalani dengan tersenyum dan tertawa. Hidup dengan depresi dan pikiran bahwa diri tidak berguna sebenarnya membuang-buang waktu. Maka, lakukanlah semua kekuatan untuk membuktikan pikiran itu salah. Jadilah yang terbaik sebagai anak, sebagai karyawan, dan lainnya. Dalam kondisi itu, kerjakanlah sesuatu yang membuat seseorang lain merasa lebih baik juga.

8. Meminta bantuan
Seorang agen perjalanan bernama Kate mengatakan meminta bantuan orang bukan pertanda lemah. Ketika mengalami depresi, dia banyak menghabiskan waktu minum minuman keras dan menghabiskan waktu enam minggu untuk rehabilitasi. Mintalah bantuan saat mengalami gangguan kesehatan mental. Pengobatan medis juga bisa membantu mengelola tingkat stres supaya bisa lebih baik.

Sumber: Tempo

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI