Sukabumi Update

Mengenal Batik Lokatmala Sukabumi Masagi, Makna Edelweiss hingga Mendunia

Batik Lokatmala Sukabumi (Sumber : Instagram/@batiklokatmala_)

SUKABUMIUPDATE.com - Seni batik telah melekat dengan budaya di Indonesia, bahkan pada abad ke-20, kegiatan membatik telah berkembang di beberapa daerah di indonesia termasuk Jawa Barat seperti di Cirebon (Trusmi), Indramayu (Paoman), Ciamis, Tasikmalaya, Garut dan lain-lain, menurut Kebudayaan Kemdikbud.

Sukabumi, termasuk wilayah di Jawa Barat yang memiliki Motif Batik khas daerah. Ya, motif batik ini adalah Batik Lokatmala Masagi.

Batik Lokatmala Sukabumi tak jarang disebut juga Batik Sukabumi Masagi. Salah satu motif batik Lokatmala ini terinspirasi oleh ungkapan yang ada pada masyarakat Sukabumi dan memiliki makna dan nilai filosofis berbunyi “hirup mah kudu masagi”, sebagaimana dirangkum dari catatan redaksi sukabumiupdate.com.

Baca Juga: Inilah 5 Tips Cari Kerja Lewat LinkedIn, Jobseeker Yuk Simak!

“Masagi” berasal dari kata “pasagi” artinya segi empat sama sisi yang mengisyaratkan bahwa manusia memiliki kewajiban untuk menuntut ilmu pengetahuan yang seimbang antara kehidupan dunia dan kehidupan nanti setelah kematian, di samping menjadi teladan dan berguna bagi masyarakat di sekitarnya.

Artinya, Batik Sukabumi juga tak kalah dengan Pekalongan, Jawa Tengah, yang memang dikenal sebagai pusat kerajinan batik di Indonesia. Maka dari itu, anak muda Sukabumi harus mengenal Batik Lokatmala Sukabumi dari Kota Mochi ini.

Mengenal Batik Lokatmala Sukabumi Masagi

Batik Lokatmala Sukabumi bermula dari Fonna Melania (41 tahun), wanita kelahiran Sukabumi, 21 Mei 1975 yang aktif menyajikan batik khas Kota Mochi.

Batik Sukabumi Fonna berawal dari pengaruh sang nenek dalam proses ketertarikannya terhadap batik. Betapa tinggi nilainya, sehingga membius Fonna untuk tidak sekadar membuat motif, melainkan menghadirkan filosofi dari motif itu sendiri.

Batik adalah proses, bukan motif semata menurut wanita yang sering dipanggil Ceu Popon ini. Proses dimaksud adalah mengkaji makna yang divisualisasikan pada sehelai kain. Apalagi berhubungan dengan simbol, kekhasan, dan nilai-nilai kearifan lokal suatu daerah, membutuhkan kajian mendalam.

Ketika Fonna memilih kendi untuk motif batik, hal ini didasarkan pada kendi sebagai representasi Kota Sukabumi dan harus memahami asal muasalnya. Selain itu, dalam batik juga terdapat motif tambahan, Fonna juga secara tidak langsung dituntut harus paham simbol yang sesuai bila disandingkan dengan kendi dan prosesnya tidak lah mudah.

Baca Juga: Rumah Panggung di Cimanggu Sukabumi Kebakaran, Motor Beat Ikut Hangus

Alhasil, karya batik Sukabumi Fonna selama ini, hadir dengan segudang cerita dalam setiap goresan malam (lilin-red). Tengoklah Leungli, bercerita mengenai seekor ikan mas sahabat Putri Rangrang. Sedangkan Candramawat, adalah seekor kucing peliharaan Nini Anteh.

Kejelian Fonna mengkreasikan motif batik, bukan suatu kebetulan. Walaupun membatik belum membudaya di Kota Sukabumi, namun tekad kuat untuk mempelajarinya, membuat ia pergi ke Desa Bakaran, Kecamatan Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah.

Memang tidak seterkenal Solo, Jogjakarta, Pekalongan, Cirebon, namun teknik tertua membatik disana yaitu teknik Majapahit ada di sana,” jelas warga Jalan Kenari, Kelurahan Selabatu, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi ini dengan mimik serius.

Fonna menambahkan, dirinya tidak berhenti belajar ketika proses menimba ilmu di Juwana selesai karena banyak hal yang harus dipelajari dalam membatik. Tidak sebatas menuangkan malam, melainkan bagaimana mengedukasi masyarakat mengenai batik itu sendiri.

Baca Juga: Hari Besar Nasional dan Internasional Februari 2023, Valentine's Day hingga Pramuka

Senada dengan kandungan makna dari setiap batik kreasinya, Lokatmala memiliki arti yang dalam. Lokatmala dalam bahasa Sunda artinya bunga Edelweis (Anaphalis Javanica), dengan harapan karya yang dihasilkannya akan seabadi bunga Edelweis. Edelweis juga merupakan bunga yang tumbuh di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Kabupaten Sukabumi.

Menurutnya apresiasi pemerintah daerah cukup positif seperti penggunaan batik Lokatmala di lingkungan pemerintahan, didapuk sebagai mitra pagelaran Mojang Jajaka Kota Sukabumi, hingga hadir dalam pameran.

Namun tetap ironis! Tidak hanya di Sukabumi saja, respon terhadap batik kerap masih disebut sebagai industri tekstil murahan. Padahal untuk menghasilkan satu lembar batik perlu melibatkan banyak orang. Karena batik adalah sebuah proses, maka Fonna menyebut seharusnya jangan heran ketika harga batik sungguhan lebih mahal dibanding "batik-batikan". Alasannya jelas, membeli batik itu membeli proses bukan membeli motif.

Catatan lain menyebut tentang kebanggaan Batik Lokatmala Sukabumi ini. Diketahui, D'Kawung Lokatmala Sukabumi (gula semut aren alami) beserta Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Islamabad Pakistan, dan University of Agriculture Faisalabad pernah menyelenggarakan pameran, di Faisalabad Agriculture University Pakistan, pada 12-13 Februari 2020 lalu.

Tak hanya Batik Lokatmala Sukabumi, acara juga dimeriahkan dengan berbagai acara, mulai dari pameran, kompetisi membuat kue dan Chai atau minuman khas Negara Pakistan hingga penampilan budaya.

Editor : Nida Salma Mardiyyah

Tags :
BERITA TERKAIT