Sukabumi Update

Kisah Dibalik Perang Ahzab, Tanah Keras Jadi Lunak dan Hidangan Makan Tak Habis-habis

Kisah Tentang Tanah Keras Jadi Lunak dan Hidangan Makanan Tak Habis-habis

SUKABUMIUPDATE.com - Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthy atau lebih dikenal dengan panggilan DR. Al-Buthy dalam bukunya The Great Episode of Muhammad Saw (menghayati Islam dari Fragmen Kehidupan Rasulullah Saw) menuliskan kisah menarik pada saat menjelang peristiwa perang Khandaq atau perang Ahzab.

Dr Al Buthy menyebutkan, Awalnya, ketika mendengar kabar pasukan sekutu dari Mekah, Rasulullah segera mengumumkannya kepada kaum Muslim. Lalu, beliau berdiskusi dan meminta masukan dari kaum muslimin.

Diktehaui dalam diskusi tersebut, Salman Alfarisi mengusulkan penggalian parit disekitar kota, usulan Salman ini membuat takjub semua yang hadir dan mereka semua langsung menyetujuinya.

Pada waktu itu, bangsa Arab belum mengenal seni perang menggunakan parit, kaum muslim kemudian bergegas bersama Rasulullah pergi meninggalkan Madinah dan membangun markas di lereng Gunung Sila, dengan posisi membelakangi gunung, kaum muslim mulai menggali parit.

Baca Juga: Mati Suri 30 Menit, Ibu Muda di Baros Sukabumi Cerita Amalnya Hilang Gegara Ghibah

Menurut Albuthy, Al Bukhari meriwayatkan dari Al-Barra yang berkata, Menjelang Perang Ahzab, Rasulullah Saw. ikut menggali; Aku melihatnya memindahkan tanah hasil galian hingga aku tidak bisa melihat dada berbulu lebatnya karena saking tebalnya tanah yang melumurinya,”

Diriwayatkan dari Anas bahwa kaum Muhajirin dan Anshar menggali parit dan mengusung tanahnya sembari menyenandungkan Syair, Kamilah orang-orang yang berbaiat kepada Muhammad untuk selamanya membela Islam, selama kami masih hidup.” Syair mereka ini kemudian dijawab Rasulullah Saw., “Ya Allah, tiada kebaikan selain kebaikan akhirat. Berkatilah kaum Anshar dan Muhajirin.”

Al—Bukhari juga meriwayatkan sebuah hadis dari Jabir yang menceritakan proses penggalian parit ini. Berikut ini penuturan Jabir.

Ketika kami menggali parit di Perang Khandaq, kami terhambat oleh gundukan tanah yang sangat keras. Kami mengadu kepada Nabi Saw., “Gundukan tanah ini menghambat kami dalam menggali.” Beliau menyahut, “Aku akan turun ke parit.” Nabi Saw. bangkit, sementara perutnya diganjal sebuah batu. Kami sendiri sudah tiga hari tidak merasakan makanan apa pun. Nabi Saw. lalu mengambil cangkul dan memukulkannya ke tanah keras itu. Tanah keras itu tiba-tiba menjadi lunak bagaikan pasir biasa.”

Baca Juga: Misteri Bulan Jatuh di Langit Cicantayan Sukabumi 125 Tahun Silam

Aku (Jabir) berkata, “Izinkanlah aku pulang ke rumah, Ya Rasulullah Saw.”

Setiba di rumah, aku berkata kepada istriku, “Aku melihat sesuatu pada diri Nabi Saw. yang tidak bisa aku biarkan. Apakah engkau mempunyai sesuatu yang bisa dimakan?” “Ada gandum dan seekor domba betina,” Jawab istriku.

Aku langsung menyembelih domba dan menumbuk gandum itu, dan kami meletakan daging domba di kuali. Setelah itu, aku menemui Nabi Saw, sementara adonan tepung gandum telah jadi dan daging domba telah diletakkan diatas tungku dan hampir matang.

"Aku ada sedikit makanan, datanglah bersama satu atau dua orang saja, Ya Rasulullah," kataku kepada Nabi SAW.

Nabi menjawab "Berapa banyak makananmu?" Aku pun memberitahu makanan yang aku punya.

Baca Juga: Mengenal Anjak Priatama Sukma, Wakil Rakyat Sukabumi dengan DNA Politik yang Kuat

"Banyak dan baik, Namun katakan pada istrimu, untuk tidak mengangkat kuali atau mengangkat roti dari pembakarannya sebelum aku datang," Setelah berkata demikian Nabi SAW berseru kepada semua sahabat Muhajirin dan Anshar "Bangkitlah kalian semua,...." (dalam riwayat lain: Nabi SAW berteriak, "Hai penggali parit, Jabir telah membuat hidangan untuk kita, mari semuanya kesana,").

Aku bergegas menemui istriku dan berkata, “Celaka! Nabi Saw datang bersama semua Muhajirin dan Anshar!” Istriku bertanya "sudahkah beliau menanyakan berapa banyak makanan yang engkau miliki?," Sudah Jawabku. Istriku hanya menyahut “Allah dan Rasul—Nya lebih mengetahui.”

Tak lama berselang, Nabi Saw. datang dan berkata kepada semua orang yang bersamanya, “Masuklah kalian semua dan jangan ber-desak-desakan.” Nabi Saw. kemudian mulai menyobek roti dan meletakkan daging di atasnya. Setiap kali melakukan itu, beliau selalu menutup kuali dan periuk setelahnya.

Beliau mendekati para sahabat dan kemudian membagikan makanan tersebut. Beliau terus membagikannya hingga semua yang hadir merasa kenyang. Bahkan, masih ada makanan tersisa untuk kami.

Baca Juga: 13 Fakta Goa Kutamaneuh Sukabumi, Peristirahatan Prabu Siliwangi Sampai Johny Indo

“Makanlah ini dan bagikan sisanya kepada orang-orang karena mereka tengah kelaparan,” kata Nabi Saw kepada istriku. (dalam riwayat lain: Jabir bersumpah atas nama Allah lalu berkata, “Sungguh, sebelum pergi, mereka semua telah makan dan kenyang).

Sementara itu, kuali berisi daging milik kami masih tetap utuh seperti semula, begitu juga adonan tepung gandum kami yang masih tetap bisa dijadlkan roti seperti biasanya.

Perang khandaq adalah salah satu peristiwa perang yang terjadi dalam cerita perjuangan umat Islam. Perang ini terjadi pada bulan Syawal tahun ke-5 Rasulullah pindah ke Madinah.

Penyebab terjadinya Perang Khandaq adalah dendam orang-orang Yahudi yang diusir oleh Rasulullah SAW dari Madinah. Mereka diusir karena melanggar perjanjian yang telah disepakati.

Perang ini melibatkan strategi yang unik dalam melawan kafir Quraisy yang berkomplot dengan Bani Sualim, Kinanah, penduduk Tihamah, dan Al-Ahabisy.

Baca Juga: Kisah Seorang Pemuda yang Masuk Surga Lantaran Menjumpai Ramadhan

Mereka berencana melakukan serangan secara brutal dan menghancurkan umat Muslim. Mereka mempersiapkan bala tentara yang mencapai 10 ribu orang, sedangkan saat itu kaum Muslimin hanya memiliki 3.000 pasukan tentara.

Rencana tersebut terdengar oleh kaum Muslimin di Madinah. Rasulullah SAW kemudian mengajak para sahabat untuk bermusyawarah.

Panjang parit diperkirakan mencapai 5.544 meter, lebar 4,62 meter, dan kedalaman 3,2 meter. Disebutkan pula bahwa panjang parit itu sekitar 5.000 hasta dan lebarnya sembilan hasta. Maka, setiap 10 orang mendapat jatah untuk menggali sekitar 40 hasta.

Proses penggalian tersebut tidaklah mudah. Saat itu, suhu di Madinah sangat dingin dan umat Muslim kekurangan bahan makanan sehingga dilanda kelaparan. Meski begitu, prosesnya hanya membutuhkan enam hari saja.

Saat terjadinya perang, pasukan sekutu dibuat terkejut dengan parit yang mengelilingi Kota Madinah. Mereka yang mengandalkan pasukan berkuda tidak bisa berbuat banyak menghadapi parit buatan pasukan Muslim.

Baca Juga: Lagu Dear Diary Els Warouw dan Fakta Menyedihkan di Balik Maknanya

Hanya beberapa kaum Quraisy yang berhasil menerjang parit tersebut, salah satunya adalah Amr Bin Wadd. Dikisahkan bahwa Amr Bin Wadd merupakan pejuang dari sekutu yang kekuatannya disetarakan dengan 100 orang.

Setelah melewati parit, Amr Bin Wadd berperang melawan Ali bin Abi Thalib. Duel antara keduanya dimenangkan oleh Ali bin Abi Thalib. Kekalahannya pun membuat pihak sekutu menyerah dan memutuskan untuk kembali ke Mekkah.

Editor : Syamsul Hidayat

Tags :
BERITA TERKAIT