SUKABUMIUPDATE.com - Tim relawan medis Seribu Senyum bersama komunitas dari Bandung serta Pemuda Peduli Grup, yang turut mendistribusikan bantuan untuk warga terdampak di bencana Aceh-Sumatera.
Dimana Dokter Jabal, relawan medis asal Sukabumi yang terjun langsung ke lokasi, mengungkapkan bahwa akses menuju daerah tersebut baru terbuka saat tim tiba di lapangan.
Imelaporkan perkembangan terbaru dari proses mapping wilayah terdampak banjir yang sebelumnya sempat terisolasi hampir satu minggu, khususnya di kawasan Bukit Suling dan sekitarnya.
“Alhamdulillah setelah berbincang dengan warga sekitar, kami mendapatkan informasi bahwa daerah seperti Bukit Suling sempat terisolasi cukup lama, hampir seminggu. Saat kami berada di sana, akses baru saja terbuka sehingga kami langsung mencari titik-titik mana saja yang aman untuk menyalurkan logistik,” ujar Jabal, kepada Sukabumiupdate.com.
Baca Juga: Misi Kemanusiaan, Dokter Muda Asal Sukabumi Ini Bantu Penyintas Bencana Aceh-Sumatera
Ia juga menuturkan jika proses mapping dilakukan sejak pukul 11 malam hingga sekitar pukul 01.30 WIB. Menurutnya, sebagian wilayah masih terendam meski air mulai surut. Selain banjir, tanah longsor ikut melumpuhkan akses jalan. Banyak warga terpaksa tidur di pinggir jalan dengan tenda darurat buatan sendiri. Beberapa menggunakan bak truk yang diberi atap sebagai tempat tidur sementara, sementara lainnya bertahan di atap rumah dan bahkan di area pemakaman.
Tugas Medis Hari Ini
Jabal menyampaikan bahwa hari ini Jumat (06/12/2025) ia akan bertugas sendiri di bagian medis. Rencananya, ia akan menyusuri jalur dari Kota Aceh Tamiang menuju Bukit Suling hingga Opak untuk memberikan layanan kesehatan.
Kondisi Terkini Lokasi Tujuan
Kondisi di wilayah yang akan didatangi masih sangat memprihatinkan. Jalanan berlumpur ketika hujan dan berdebu saat panas. Beberapa akses harus dilalui secara bergiliran karena banyak sampah besar hasil banjir serta rumah-rumah yang terseret arus hingga berpindah ke badan jalan. Banyak kendaraan rusak terparkir di pinggir jalan, sementara bau bangkai hewan tercium di berbagai titik.
Sementara itu, kondisi para penyintas juga mengkhawatirkan. “Mereka sangat marah kemarin karena penanganan dinilai sangat lama baru sampai. Kebutuhan utama mereka adalah air bersih. Banyak yang terpaksa minum air banjir yang bercampur lumpur berwarna coklat,” ungkapnya. Situasi ini menyebabkan banyak warga mengalami diare. Selain itu, debu yang pekat juga memicu meningkatnya kasus ISPA.
Di lapangan, tim juga menemukan warga dengan luka-luka akibat proses pembersihan rumah. “Kami menemukan penyintas dengan 17 jahitan yang sudah bernanah karena hampir empat hari tidak ganti perban hingga menyebabkan demam. Artinya infeksi sudah meluas,” kata Jabal.
Ia juga menyebut masih ada beberapa wilayah yang kemungkinan masih terisolasi, namun tim belum mendapatkan informasi lengkap terkait lokasi pasti.
Keluhan Kesehatan Dominan
Keluhan kesehatan yang paling banyak ditemukan meliputi:
- Diare
- Demam
- ISPA seperti batuk, pilek, dan sakit tenggorokan
Prioritas Layanan Medis
Bertugas seorang diri, Jabal memprioritaskan pemeriksaan dan penanganan medis sesuai kebutuhan, serta edukasi P3K kepada warga. Ia menyebutkan bahwa paket-paket P3K sudah disiapkan untuk tiap posko.
Jabal menegaskan bahwa rencana tim untuk berpencar akhirnya dibatalkan karena alasan keamanan. “Sudah kayak kota zombie. Penjarahan masif di mana-mana. Makanya kami hanya berani bergerak di malam hari,” ujarnya.
Dukungan paling mendesak saat ini adalah:
- Obat-obatan
- Masker
- Perlengkapan P3K
- Hadirnya petugas khusus dari pemerintah untuk menangani kondisi di lokasi bencana
Ia berharap agar penanganan kesehatan bagi penyintas dapat lebih maksimal dalam beberapa hari ke depan. “Air bersih sangat penting untuk kesehatan, begitu juga dengan ketersediaan sumber pangan yang layak,” tegasnya.
Editor : Ikbal Juliansyah