Sukabumi Update

Sebut Dunia Berakhir 15 April, Sekte Sesat Ini Melaparkan Diri agar Masuk Surga

(Foto Ilustrasi) Pemimpin sekte sesat Kenya memberi tahu para pengikutnya dunia akan berakhir pada 15 April 2023. | Foto: istockphoto.com

SUKABUMIUPDATE.com - Pemimpin sekte sesat Kenya memberi tahu para pengikutnya dunia akan berakhir pada 15 April 2023 dan menginstruksikan mereka untuk melaparkan diri agar menjadi yang pertama masuk surga. Ini disampaikan kerabat anggota sekte dan staf rumah sakit kepada Reuters, Rabu, 26 April 2023.

Mengutip tempo.co, 89 pengikut Gereja Internasional Kabar Baik, yang berpusat di hutan Shakahola di Kenya timur, diketahui telah meninggal dunia. Pihak berwenang menemukan 81 jasad dari kuburan-kuburan dangkal sejak Jumat, sedangkan delapan anggota kultus ditemukan hidup tetapi tak lama kemudian meninggal dunia.

Jumlah kematian tersebut menjadi salah satu tragedi terburuk terkait sekte dalam sejarah baru-baru ini dan jumlah korban diperkirakan akan terus meningkat, dengan Palang Merah Kenya mengatakan lebih dari 300 orang telah dilaporkan hilang.

Pemimpin sekte Paul Mackenzie telah ditahan polisi sejak 14 April 2023 bersama 14 anggotanya. Media Kenya melaporkan bahwa dia menolak makanan dan minuman.

"Dia mengatakan kepada mereka untuk melaparkan diri menjelang akhir dunia pada 15 April. Mengatakan dia akan menjadi yang terakhir dan dia akan mengunci pintu," kata Stephen Mwiti, yang istri dan enam anaknya bergabung dengan sekte tersebut dan dikhawatirkan tewas.

Baca Juga: Kasus Keluarga di Kalideres Dikaitkan dengan Sekte Sesat Apokaliptik, Apa Itu?

Mwiti mengatakan dia mendengar kabar ini dari bekas anggota sekte yang diusir karena kedapatan minum dalam puasa massal. Staf rumah sakit di kota pesisir Malindi, di mana jasad-jasad dan para penyintas ditemukan, mengatakan mereka mendengar cerita yang sama dari para penyintas.

"Dia (Mackenzie) memiliki rencana yang rumit untuk membunuh anak-anak, remaja dan kemudian orang dewasa. Mengatakan kepada mereka dia akan menjadi orang terakhir yang kelaparan sampai mati," kata salah satu staf rumah sakit, yang berbicara tanpa menyebut nama.

Mwiti mengatakan dia telah memberi peringatan kepada polisi, tetapi merasa diabaikan. Seorang juru bicara polisi mengatakan dia akan menanggapi permintaan berkomentar nanti. Sementara upaya Reuters untuk menghubungi pengacara Mackenzie untuk berkomentar atas tuduhan terhadapnya belum berhasil.

Dibebaskan dengan Jaminan

Inspektur Jenderal Polisi Japhet Koome mengatakan kepada media, Senin, bahwa Mackenzie telah ditangkap dan diadili di pengadilan pada 23 Maret, kemudian dibebaskan dengan jaminan sebesar 10.000 shilling (sekitar Rp 1,1 juta).

Mackenzie mempercepat rencana kelaparannya setelah dibebaskan, menurut laporan-laporan yang didengar Reuters. Di kamar mayat rumah sakit Malindi, puluhan orang mencari kabar tentang kerabat yang mereka khawatirkan ada di antara yang tewas.

"Hati saya sangat sakit," kata Mwachai Jombo (48 tahun), warga Malindi saat mencari istri, putra, dan dua putrinya yang hilang dan telah bergabung dengan sekte itu tiga tahun lalu.

Palang Merah telah menyumbangkan kontainer berpendingin di atas truk untuk membantu mengawetkan beberapa jasad karena kamar mayat sudah terlalu penuh.

Dua wanita kurus ditemukan hidup pada Rabu pagi dan sedang dievakuasi ke rumah sakit Malindi, menurut staf Palang Merah di Malindi. Temuan ini membuat jumlah total korban penyintas yang diketahui menjadi 36.

Wartawan Reuters diberikan akses ke bangsal di mana empat korban perempuan dirawat. Keempatnya lemah dan kurus, dan mereka menghindari kontak mata dengan orang lain. Mereka semua memiliki rambut yang sangat pendek--sesuai dengan aturan kultus untuk wanita, menurut kerabat.

Salah satu dari mereka, Shamim Salim (26 tahun), sedang disuapi sup oleh seorang pendoa. Dia mengatakan telah membeli tiga hektare tanah di hutan Shakahola, tempat dia tinggal bersama suami dan tiga anaknya. Mereka masih di hutan, katanya. Dia menolak untuk berbicara tentang ajaran gereja atau pengalamannya.

Sumber: Reuters via Tempo.co

Editor : Oksa Bachtiar Camsyah

Tags :
BERITA TERKAIT