Sukabumi Update

139 Orang Mendarat di Sabang Aceh, Siapa itu Muslim Rohingya?

Kapal yang membawa 110 dan 119 orang pengungsi Rohingya berlabuh di Aceh Utara, pada 15-16 Nov 2022. | Terbaru 139 Orang Mendarat di Sabang Aceh, Siapa itu Muslim Rohingya? (Sumber : UNHCR/A. Jufrian)

SUKABUMIUPDATE.com - Muslim Rohingya ramai diberitakan di berbagai media, baik skala internasional maupun nasional.

Terbaru, sebanyak 139 orang imigran etnis Rohingya, Myanmar mendarat di pantai Desa Ie Meulee, Kecamatan Sukajaya, Pulau Sabang, Aceh pada Sabtu (2/12/2023) kemarin. Kini, total jumlah imigran di Aceh mencapai 1.223 orang, sebagaimana merujuk Tempo.co.

Lantas, siapa itu Muslim Rohingya yang populer di kalangan masyarakat dunia? Simak ulasannya sebagaimana dirangkum dari berbagai sumber.

Tentang Muslim Rohingya

Muslim Rohingya, nama sekelompok orang yang dikenal luas oleh masyarakat dunia. Salah satu peristiwa yang membuat berita soal Rohingya, mendominasi media internasional adalah Tragedi Rakhine 2012.

Baca Juga: 11 Ciri Anak Memiliki Masalah Kepribadian, Bunda Perhatikan Sikapnya!

Merujuk laman dw.com, di Tragedi Rakhine 2012, serangkaian kerusuhan komunal antara sejumlah kelompok Buddha Rakhine dan Muslim Rohingya meletus dimana-mana di seantero negara bagian Rakhine di Myanmar yang dulu, di masa klasik, bernama Kerajaan Arakan.

Rohingya sendiri adalah warga "pribumi” (native) Arakan, dan karena itu mereka sering disebut "Muslim Arakan” atau "India Arakan”.

Akan tetapi, eksistensi Rohingya mendapat penolakan di Myanmar sehingga menyebabkan mereka menjadi salah satu kelompok etnis yang tidak memiliki negara (kerap disebut "bangsa tanpa negara”), sama seperti etnik Kurdi atau Berber di Timur Tengah.

Sementara merujuk laman resmi pssat.ugm.ac.id, Rohingya adalah satu kelompok etnis minoritas Muslim yang sebagian besar tinggal di barat Myanmar, wilayah Rakhine.

Baca Juga: 10 Ciri Anak Mengalami Masalah Kepribadian, Perhatikan Sikapnya Bund!

Etnis Rohingya diperkirakan berjumlah sekitar 1 juta jiwa dan menganut ajaran Islam Sunni. Hal ini menjadikan etnis Rohingya berbeda dengan kelompok dominan yang menganut agama Budha di Myanmar,baik secara etika, lingualistik, dan agama.

Asal-usul etnis Rohingya, menurut laman UGM, dapat dilacak dari abad kelima belas ketika ribuan umat islam datang ke kerajaan Arakan. Kemudian, pada abad kesembilan belas dan awal abad kedua puluh ketika Bengal dan Rakhine diperintah oleh pemerintahan kolonial sebagai bagian dari British India, banyak orang yang datang ke daerah tersebut.

Setelah mendapatkan kemerdekaan pada tahun 1948, pemerintah Burma mengganti nama negaranya menjadi Myanmar pada tahun 1989. Semenjak itu pula, ada klaim yang membantah historis etnis Rohingya dan membantah pengakuan sebagai salah satu dari 135 kelompok etnis di Myanmar.

Baca Juga: 13 Bahasa Tubuh Anak dengan Masalah Kepribadian yang Perlu Orang Tua Perhatikan

Rohingya secara resmi diidentifikasi oleh pemerintah Myanmar sebagai imigran Bengali ilegal, meskipun banyak etnis Rohingya yang telah tinggal di Myanmar selama berabad-abad.

Pemerintah Myanmar menolak untuk memberikan status kewarganegaraan kepada etnis Rohingya. Dampaknya adalah sebagian besar anggota kelompok tidak memiliki dokumentasi hukum dan secara efektif membuat mereka tidak memiliki negara atau stateless.

Walaupun pada tahun 1990an terdapat “kartu putih” sebagai kartu identitas sementara bagi masyarakat muslim di Myanmar (sebagian besar etnis Rohingya), namun di tahun 2015 kartu identitas sementara itu dihapuskan Presiden Thein Sein atas desakan dari pihak Budha Nasionalis.

Parlemen untuk Hak Asasi Manusia ASEAN mencatat, pada bulan April 2015 “penganiayaan lama terhadap Rohingya telah menyebabkan arus keluar tertinggi pencari suaka laut (di wilayah tersebut) sejak perang AS di Vietnam.”.

Penganiayaan Muslim Rohingya yang dimaksud adalah kebijakan pemerintah Myanmar, termasuk pembatasan perkawinan, keluarga berencana, pekerjaan, pendidikan, pilihan agama, dan kebebasan bergerak telah melembagakan diskriminasi sistemik terhadap kelompok etnis Rohingya.

Baca Juga: 10 Ciri Anak Stres Akibat Kepribadian Bermasalah, Sikapnya Berubah Bund!

Lalu, mengapa Muslim Rohingya bisa mendarat di Aceh? Jawabannya masih merujuk laman UGM, yakni Indonesia merupakan salah satu dari sedikit negara yang dapat berkomunikasi langsung dengan Myanmar mengenai eskalasi konflik yang terjadi.

Menteri Luar Negeri Indonesia yang pernah menjabat, Retno Marsudi mengatakan “Once again I conveyed Indonesia’s concerns to State Counsellor Daw Aung San Suu Kyi regarding the situation in Rakhine state,”. Ia menyampaikan hal itu setelah diundang oleh Suu Kyi dalam acara makan malam dirumahnya sekaligus membahas secara terbuka situasi yang terjadi di Rakhine.

Selain Indonesia, Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak memimpin sebuah demonstrasi pada 4 Desember 2016 silam, mengenai sebuah “genosida”, kata Najib, dari umat minoritas muslim Rohingya di Myanmar.

Najib Razak juga mengajak negara-negara tetangga dan dunia internasional untuk maju dalam menekan kekerasan yang terjadi.

Sumber: Berbagai Sumber.

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT