Sukabumi Update

Menjelang Ramadan, Seruan Boikot Kurma dari Israel Semakin Menggema

Menjelang bulan Ramadan, seruan untuk memboikot kurma asal Israel semakin menggema di berbagai negara, termasuk Indonesia. | (Sumber : Freepik.com/@ azerbaijan_stockers)

SUKABUMIUPDATE.com - Kurma merupakan salah satu makanan khas yang selalu hadir di bulan Ramadan. Buah ini identik dengan tradisi buka puasa dan sahur, dan telah menjadi bagian dari budaya umat Islam di seluruh dunia.

Kurma mengandung berbagai nutrisi penting, seperti protein, serat, vitamin B kompleks, dan mineral seperti kalium, magnesium, dan zat besi. Nutrisi ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh selama berpuasa.

Kurma merupakan tanaman yang tahan kekeringan dan dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah. Hal ini membuat kurma cocok ditanam di wilayah Timur Tengah yang terkenal dengan iklimnya yang panas dan kering.

Baca Juga: Daftar 21 Merek Kurma Produk Israel, Banyak Beredar saat Ramadan

Mengutip Tempo.co, kurma banyak dibudidayakan di negara Timur Tengah termasuk salah satunya Israel. Negara zionis itu dikenal sebagai produsen kurma Medjool terbesar di dunia. 50 persen kurma asal Israel diekspor ke Eropa, Nilai ekspor kurma Israel bahkan mencapai hampir Rp 5 triliun kata FOA dalam sebuah pernyataan. Kurma ini kemudian dijual di supermarket besar serta toko-toko.

Namun, hampir setiap Ramadan, kerap diikuti dengan kampanye boikot produk Israel. Hal itu tak lepas dari kekejaman Israel kepada rakyat Palestina. Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah serangan terhadap warga Palestina yang meninggal tembus 29.000 orang per 24 Februari 2024, pasukan Israel secara brutal menyerang warga Palestina, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua. Sejak Israel melakukan invasi ke Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023, Israel melukai lebih dari 69.737 warga Palestina.

Akibatnya, sentimen negatif kerap terjadi kepada produk-produk yang disinyalir terafiliasi dengan Israel, termasuk kurma.

Baca Juga: Innalillahi, Korban Meninggal Akibat Serangan Israel di Gaza Tembus 30 Ribu Jiwa

Dalam kebanyakan kasus, perusahaan-perusahaan besar Israel mengeksploitasi tenaga kerja Palestina serta tanah Palestina untuk memasarkan kurma tersebut secara internasional. Sementara orang-orang Palestina yang menanam kurma-kurma tersebut dan yang tanahnya ditanami oleh kurma-kurma tersebut tidak diberi akses, kendali atas dan hasil dari kurma tersebut. Sumber daya mereka akibat adanya pendudukan kolonial.

American Muslim for Palestine atau AMP menjelaskan bahwa 12 produk kurma Israel yang perlu diboikot sebagai bentuk dukungan terhadap pembebasan Palestina. Menurut AMP, industri kurma Israel dibangun atas dasar pencurian. Setidaknya 40 persen produk kurma Israel ditanam di permukiman ilegal, wilayah yang dicuri dari tanah milik warga Palestina. Selain itu, produksi kurma Israel bergantung pada sumber daya alam yang dicuri pula, seperti air yang seringkali dialihkan dari komunitas Palestina ke perkebunan kurma Israel.

Palestina juga diklaim bahwa para pekerja yang terpaksa bekerja di pemukiman ilegal karena kebutuhan ekonomi, dengan menjalani segala kerja fisik yang sangat melelahkan dengan upah yang sangat kecil. Kondisi kerja yang kejam juga dialami oleh anak-anak, yang diketahui dipekerjakan secara ilegal di pemukiman Israel.

Baca Juga: Tentara AS Bakar Diri di Depan Kedutaan Israel, Teriak Bebaskan Palestina

Hal ini menjadikan beberapa produk yang mendukung Israel mendapatkan seruan boikot dari berbagai negara, salah satunya negara yang bermayoritas Muslim. Dengan cara boikot dapat merugikan perusahaan-perusahaan yang secara langsung terlibat dalam produksi dan distribusi produk pro-Israel, mengancam lapangan pekerjaan yang terkait dengan kegiatan ini. Selain itu, dampaknya bisa meluas ke sektor-sektor terkait, termasuk pemasok bahan baku lokal dan jaringan distribusi.

Dilansir dari Aljazeera, AMP juga mengimbau masyarakat muslim untuk tidak membeli produk kurma yang memiliki label seperti ‘Made in Israel’, ‘Made in the West Bank’, atau “Made in the Jordan Valley”. Menurut AMP, kurma dengan label-label tersebut hampir selalu dibuat dari tanah rampasan Israel. Industri kurma Israel sering menggunakan label selain “Made in Israel” untuk menyembunyikan asal muasalnya.

FOA mengimbau umat Muslim memperhatikan apa yang mereka makan di bulan Ramadan ini. "Dengan memilih untuk tidak membeli kurma Israel pada Ramadhan ini, komunitas Muslim dapat mengirimkan pesan yang jelas dan kuat untuk mengutuk pendudukan ilegal Israel dan apartheid di Palestina," kata Shamiul Joarder aktivis pro Palestina dari Friends of Al-Aqsa (FOA) di Inggris.

Sumber: Tempo.co (Myesha Fatina Rachman/Dewi Rina Cahyani)



Editor : Ikbal Juliansyah

Tags :
BERITA TERKAIT