Sukabumi Update

Kelompok HAM Desak Bangladesh Berhenti Menembak Kaki Tahanan

SUKABUMIUPDATE.COM - Pasukan keamanan di Bangladesh dengan sengaja menembak kaki anggota dan pendukung partai-partai oposisi, kata Human Rights Watch dalam laporannya, Kamis dan membandingkannya dengan aksi "penembakan lutut" yang pernah dilakukan oleh Tentara Republik Irlandia.

Dalam laporannya, kelompok advokasi tersebut mengutip para korban yang mengatakan mereka ditembak saat dalam penahanan, oleh personel keamanan yang kemudian berbohong bahwa mereka terpaksa melakukan itu untuk membela diri, dalam baku tembak dengan penjahat bersenjata, atau dalam unjuk rasa dengan kekerasan.

"Pasukan keamanan di Bangladesh sejak lama membunuh tahanan dalam "baku tembak" palsu, berpura-pura bahwa korban tewas ketika pihak berwajib membawanya kembali ke lokasi kejadian dan diserang oleh salah satu komplotannya," kata direktur Asia HRW, Brad Adams dalam sebuah pernyataan.

Batalion Tindak Cepat, pasukan keamanan khusus di tubuh kepolisian Bangladesh, membantah temuan utama laporan itu yang diberikan oleh Thomson Reuters Fundation sebelum dipublikasikan.

"Kami belum melihat laporan itu, tetapi jika benar klaimnya seperti itu, pasti salah, direkayasa dan tidak berdasar," kata Mufti Mahmud Khan, direktur dan jurubicara unit tersebut.

Penggunaan kekerasan Kelompok-kelompok HAM menuding pihak berwajib Bangladesh melakukan pembunuhan tanpa pengadilan, penghilangan orang dan penahanan tersangka tanpa dakwaan dan menutup akses mereka kepada pengacara.

Khan menolak tuduhan tersebut, dan mengatakan bahwa pasukan khususnya menangkap atau menahan orang hanya atas dasar tuduhan dan bukti spesifik.

"Kami menyelidiki tuduhan tersebut dengan proses hukum dan juga mengikuti norma-norma hukum serta menindaklanjuti langkah-langkah sesuai hukum negara," kata Khan.

Bangladesh, negara Asia Selatan berpenduduk 160 juta, berhadapan dengan gelombang serangan terhadap warga asing, pemikir bebas, dan anggota kelompok-kelompok relijius minoritas yang dilakukan kelompok militan setempat.

Pakar keamanan dan pemerintah Barat melihat kaitan langsung antara beberapa serangan terakhir -termasuk di sebuah kafe di Dhaka pada 1 Juli yang menewaskan 22 sandera dan polisi - serta kelompok jihad global seperti IS.

Laporan HRW setebal 45 halaman itu menyerukan kepada Bangladesh untuk memerintahkan penyelidikan yang cepat, independen, dan tidak memihak terkait tuduhan penembakan lutut dan cidera serius lain yang disengaja oleh pasukan keamanan.

Kelompok HAM juga menyerukan Komisioner Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia dan pelapor khusus PBB untuk penyiksaan dan penghukuman tanpa pengadilan, agar diizinkan menyelidiki dugaan tindak penyiksaan.

Adams juga menyerukan kepada Perdana Menteri Sheikh Hasina "untuk memperjelas bahwa pasukan keamanan Bangladesh tidak bisa bebas begitu saja atas pembunuhan dan membuat cacat warga hanya karena mereka mendukung partai politik yang salah." Laporan tersebut memasukkan bukti-bukti dari 25 individu, sebagian besar anggota dan pendukung partai oposisi Partai Nasinalis Bangladesh (BNP) dan Jamaat el-Islami, yang mengatakan bahwa polisi menembak mereka di kaki tanpa adanya provokasi.

Beberapa korban menjadi cacat permanen termasuk beberapa korban yang harus diamputasi setelah ditembak. Sebagian besar korban tidak bersedia disebutkan identitasnya, karena takut ditangkap, dihilangkan, disisksa, atau dibunuh tanpa pengadilan.

Salah seorang korban mengutip perkataan seorang petugas polisi yang mengatakan kepadanya: "Saya sudah menembak kamu di kaki. Jika kamu bicara, lain kali saya akan tembak kamu di mata."

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI