SUKABUMIUPDATE.com - Negara Swedia kembali ke hal-hal mendasar dalam hal pendidikan. Para ahli mengatakan pendekatan hiperdigital di negara ini terhadap pendidikan kemungkinan telah menghambat keterampilan dasar siswa.
Oleh karena itu, para pendidik kini lebih menekankan buku cetak dan latihan menulis tangan daripada laptop dan waktu bermain gawai (gadget).
Sekolah-sekolah di Swedia beroperasi berdasarkan Undang-Undang Pendidikan Swedia. Pedoman Pendidikan di Swedia ini menekankan "akses ke pendidikan yang setara" untuk semua orang.
Baca Juga: MCU CPNS dan PPPK, Mengenal Tes Medical Check Up untuk Calon ASN
Para pendidik Swedia menganggap komputer dapat membantu menyeimbangkan persaingan, jadi mereka memperkenalkan teknologi kepada anak-anak usia dini. Perangkat digital menjadi hal yang wajib bahkan di prasekolah di Swedia.
Namun kekinian, dilansir dari WORLDTeen, Menteri Sekolah Swedia Lotta Edholm ingin mencabut larangan tersebut. Menteri Swedia mengkritik negara yang terlalu mengandalkan teknologi.
“Siswa Swedia membutuhkan lebih banyak buku pelajaran,” kata Edholm, dikutip dari laman teen.gwnews.com, Jumat (17/1/2025).
Ia mengatakan ingin mengakhiri pembelajaran digital untuk anak-anak di bawah usia enam tahun. “Buku fisik penting untuk pembelajaran siswa.”
Baca Juga: Berapa Gaji Pegawai Badan Gizi Nasional yang Lolos Rekrutmen SPPI Batch 3?
Diketahui, siswa Swedia memperoleh skor di atas rata-rata Eropa untuk tingkat membaca kelas empat. Namun, satu studi menunjukkan keterampilan membaca anak sekolah di Swedia menurun.
Penurunan keterampilan membaca ini, kemungkinan disebabkan oleh absennya siswa dari sekolah selama pandemi virus corona dan meningkatnya jumlah siswa imigran yang tidak menggunakan bahasa Swedia sebagai bahasa pertama mereka.
Namun, para ahli pendidikan berpendapat bahwa penggunaan layar yang berlebihan (Hiperdigital) selama pelajaran di sekolah juga mungkin menjadi penyebab menurunnya keterampilan baca siswa di Swedia.
"Ada bukti ilmiah yang jelas bahwa perangkat digital justru merusak alih-alih meningkatkan pembelajaran siswa," kata Karolinska Institute di Swedia.
"Kami percaya fokusnya harus kembali pada perolehan pengetahuan melalui buku teks cetak dan keahlian guru, alih-alih memperoleh pengetahuan terutama dari sumber digital yang tersedia secara bebas," lanjutnya.
Baca Juga: 12 Ciri Orang yang Menyalahgunakan Kekuasaan, 'Asa Ieu Aing' Toxic Banget!
Untuk mengatasi penurunan keterampilan membaca siswa, pemerintah Swedia mengumumkan pembelian buku cetak senilai jutaan dolar untuk sekolah. Adapun belanja pemerintah berlanjut pada tahun 2024 hingga 2025 ini.
Di Stockholm, seorang guru kelas tiga, Catarina Branelius, mengatakan dirinya berhati-hati dalam meminta siswa untuk menggunakan tablet.
“Saya menggunakan tablet dalam matematika dan kami membuat beberapa aplikasi, tetapi saya tidak menggunakan tablet untuk menulis teks,” katanya.
Sebab, kata dia, siswa di bawah usia 10 tahun “membutuhkan waktu dan latihan serta praktik menulis tangan" sebelum mereka diperkenalkan untuk menulis di tablet.
Tak hanya dari sudut pandang pendidik, salah satu murid Branelius, Liveon Palmer (9 tahun), mengatakan ingin menghabiskan lebih banyak waktu di sekolah tanpa harus belajar.
“Saya lebih suka menulis di sekolah, seperti di atas kertas,” katanya.
Sumber: teen.gwnews.co
Editor : Nida Salma