SUKABUMIUPDATE.com - Belasan WNI yang menjadi korban penyekapan dan penyiksaan di Myanmar menunggu bantuan untuk segera dipulangkan ke tanah air.
"Anak saya bersama belasan WNI lainnya sudah tidak kuat berada di sana. Kata mereka, mungkin kalau ada ponsel mereka bisa kasih bukti kejamnya atau kekerasan yang mereka alami di sana," kata RD, ayah salah satu korban berinisial I pada 22 Januari 2025.
Mengutip tempo.co, RD menceritakan pada 3 Januari 2025, anaknya dan 12 WNI lain kabur dari perusahaan yang lama, tetapi upaya mereka gagal. Mereka —12 laki-laki dan satu perempuan— kemudian disekap di sebuah ruangan selama satu hari-dua malam, seorang di antaranya ditampar oleh bos perusahaan tersebut. Setelah penyekapan itu, mereka dibawa ke pos gerbang pada 5 Januari.
Baca Juga: Berharap Memperbaiki Nasib: Warga Ciemas Sukabumi Tewas, Korban TPPO Di Kamboja
"Anak saya berpikir akan dipulangkan, sebab setelah insiden penamparan, mereka dijanjikan akan dipulangkan oleh tentara khusus dalam waktu 1-2 hari," kata RD.
Namun ternyata mereka dijual ke perusahaan lain yang melakukan penyiksaan lebih berat. Para penjaga keamanan di perusahaan itu dilengkapi alat penyetrum.
"Anak saya dan yang lainnya benar-benar sudah menyerah dengan kondisi tersebut," kata RD. "Sudah tiga orang yang menjadi korban pemukulan sadis. Mereka semua dipukul, bahkan disetrum."
RD mengatakan anaknya mendapat ancaman dan intimidasi di tempat kerja yang baru. Mereka yang tidak bekerja dengan serius, personel akan membuat para WNI itu (mengalami hal yang) lebih buruk dari kematian.
Menurut RD, terakhir kali dia berkomunikasi dengan anaknya pada 21 Januari 2025 sore, secara diam-diam, ketika I mengabarinya mendapat ancaman akan dibunuh jika tidak bekerja dengan baik. RD berharap pemerintah Indonesia segera memulangkan para WNI yang diduga menjadi korban tindak pidana perdagangan orang (TPPO) itu.
"Anak saya berharap pemerintah secepatnya mengevakuasi mereka dari Myanmar. Itulah jeritan hati mereka," ucap RD.
Sejak kasus tersebut diberitakan pada November lalu, RD telah berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri RI dan Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI) untuk berupaya membebaskan anaknya dan WNI lain. Kementerian Luar Negeri menjanjikan pertemuan pada pekan ke-3 Februari 2025.
Sebelumnya dilaporkan, ndonesia masih berupaya memulangkan para pekerja migran Indonesia yang saat ini masih tertahan di Myanmar, termasuk melalui diplomasi dengan Thailand.
"Yang di Myanmar kami usahakan terus mencoba membebaskan yang tersisa. Tentu, saya tidak bisa menyampaikan caranya karena itu akan berpengaruh kepada mereka nanti,” kata Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI) Abdul Kadir Karding pada 22 Januari 2025.
Sumber: Tempo.co
Editor : Oksa Bachtiar Camsyah