Sukabumi Update

Trump Ingin Ambil Alih Gaza dan Bangun Pemukiman Baru, Negara Arab Mengecam!

Presiden AS, Donald Trump memiliki ide gila untuk mengambil alih Gaza dan membangunnya kembali. (Sumber : Instagram/@realdonaldtrump).

SUKABUMIUPDATE.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menyatakan bahwa Amerika Serikta berencana mengambil alih Jalur Gaza, tidak lama setelah mengusulkan pemukiman permanen bagi warga Palestina di luar wilayah tersebut.

Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump menegaskan bahwa AS akan menguasai Jalur Gaza serta melakukan pembangunan di sana.

"Kami akan memilikinya dan bertanggung jawab untuk membersihkan bahan peledak yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut, meratakan lokasi tersebut dan membuang bangunan yang hancur, meratakannya, (dan) menciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan pekerjaan dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi masyarakat di area tersebut," kata Trump, dikutip dari laman Anadolu Ajansi.

Ketika ditanya apakah AS berencana mengirim pasukan ke Jalur Gaza, Trump menjawab bahwa hal tersebut akan dilakukan jika diperlukan.

"Kami akan mengambil alih bagian itu. Kami akan mengembangkannya, menciptakan ribuan lapangan kerja, dan itu akan menjadi sesuatu yang bisa dibanggakan oleh seluruh masyarakat Timur Tengah," ujar dia.

Lebih lanjut, Trump mengungkapkan bahwa ia melihat AS memiliki kepemilikan jangka panjang atas Jalur Gaza.

"Saya melihat posisi kepemilikan jangka panjang, dan saya melihatnya membawa stabilitas besar ke bagian Timur Tengah itu, dan mungkin seluruh Timur Tengah dan ini bukan keputusan yang dibuat dengan mudah. ​​Semua orang yang saya ajak bicara menyukai gagasan Amerika Serikat memiliki sebidang tanah itu," imbuh dia.

Trump mengklaim bahwa setelah mempelajari situasi di Gaza dari berbagai perspektif selama berbulan-bulan, ia menyimpulkan bahwa kondisi di sana sangat berbahaya dan cenderung memburuk. Ia menambahkan bahwa rencana AS untuk mengambil alih wilayah tersebut telah mendapat apresiasi dari para pemimpin dunia, dan jika AS dapat berkontribusi dalam menciptakan stabilitas dan perdamaian di Timur Tengah, mereka akan melakukannya.

Warga Gaza laksanakan salat Idul Adha di tengah reruntuhan rumah mereka : Foto : Capture Youtube FRANCE 24 EnglishWarga Gaza laksanakan salat Idul Adha di tengah reruntuhan rumah mereka : Foto : Capture Youtube FRANCE 24 English.

Ketika ditanya apakah hal ini berarti ia tidak lagi mendukung solusi dua negara dalam konflik Israel-Palestina, Trump menegaskan bahwa pernyataannya tidak berkaitan dengan konsep dua negara atau satu negara, melainkan semata-mata bertujuan untuk memberikan kesempatan hidup yang lebih baik bagi masyarakat di Gaza.

"Mereka tidak pernah memiliki kesempatan hidup karena Jalur Gaza telah menjadi neraka bagi orang-orang yang tinggal di sana," tambah Trump.

Menanggapi pertanyaan mengenai siapa yang akan tinggal di Gaza jika warga Palestina dipindahkan, Trump menjawab bahwa wilayah tersebut bisa dihuni oleh siapa saja dari berbagai belahan dunia.

"Saya pikir Anda akan menjadikannya tempat yang luar biasa dan bertaraf internasional. Saya pikir potensi di Jalur Gaza luar biasa," ujar dia.

"Saya kira seluruh dunia, perwakilan dari seluruh dunia akan hadir di sana, dan mereka akan tinggal di sana, Orang Palestina akan tinggal di sana. Banyak orang akan tinggal di sana."

Trump mengatakan bahwa Jalur Gaza akan menjadi "Riviera Timur Tengah," dan menambahkan: "Kita memiliki kesempatan untuk melakukan sesuatu yang bisa jadi fenomenal."

Kecaman dari Negara Arab

Namun, usulan Trump menuai kecaman luas di tingkat internasional termasuk negara Arab. Banyak pihak menyebut rencana tersebut sebagai bentuk "pembersihan etnis" dan "kejahatan perang."

Sejumlah negara, termasuk Yordania, Mesir, Inggris, Prancis, dan Jerman, dengan tegas menolak gagasan relokasi warga Palestina yang diajukan Trump.

Mengutip Suara.com, Arab Saudi dan beberapa negara lain di Timur Tengah juga mengecam rencana Trump. Raja Yordania Abdullah, yang dijadwalkan bertemu dengan Trump di Washington pada 11 Februari, dikabarkan akan menegaskan bahwa usulan tersebut hanya akan memperburuk radikalisme dan menyebabkan ketidakstabilan lebih lanjut di kawasan.

Pernyataan Trump juga memicu reaksi keras, terutama dari Hamas. Anggota biro politik Hamas, Ezzat El Rashq, mengecam pernyataan tersebut dan menegaskan bahwa Gaza bukanlah properti yang dapat dibeli atau dijual.

“Gaza bukanlah properti yang bisa dijual dan dibeli. Itu adalah bagian integral dari tanah Palestina yang kami duduki,” kata Rashq dalam sebuah pernyataan. Ia juga menegaskan bahwa rakyat Palestina akan menggagalkan setiap rencana pemindahan paksa.

Editor : Ikbal Juliansyah

Tags :
BERITA TERKAIT