Sukabumi Update

Demi Hidup, Pengungsi Afganistan Jadi Pelacur di Yunani

SUKABUMIUPDATE.com - Mahmoud, pengungsi Afganistan di Yunani, memandang langit pagi itu, menengadah ke atas. Sorot matanya tajam menyisir sebuah taman yang diakui sebagai rumahnya. Dia mau mengungkap tabir hitam hidupnya sebagai pelacur demi bertahan hidup. 

Pria Afganistan ini  tampak gagah mengenakan kaos lengan panjang dengan tudung kepala warna merah, bercelana jin biru, dan bertopi hitam. Semua yang dikenakan tipikal dipakai remaja usia 20-an.

"Saya malu bercerita mengenai apa yang saya lakukan demi mendapatkan uang, tetapi akan tetap saya ceritakan kepada Anda," ucapnya membuka pembicaraan dengan Al Jazeera.

Pemuda pencari suaka asal Afganistan ini berbicara, "Aku tidak kenal siapa-siapa ketika tiba di Athena." Menurutnya, hidup di Atena sangat sulit. "Saya tidak punya tempat tinggal, sehingga saban malam tidur di taman."

"Saya hanya punya dua opsi, menjadi seorang pencuri atau penjaja obat bius," Mahmoud berucap. "Tetapi saya bukanlah manusia tipe semacam itu."

Opsi yang lain, Mahmoud menjelaskan, adalah tetap tinggal di taman dan menjadi budak seks bagi sejumlah pria hidung belang atau siapapun.

"Semua itu saya lakukan agar bisa mendapatkan uang lima sampai 10 euro atau sekitar Rp 71 ribu hingga Rp 142 ribu," ujar Mahmoud. 

Mahmoud memilih hidup di taman Pedion Areos karena sewa tenda untuk tempat tinggal harganya mahal, tanpa menyebutkan angka. Dia berbagi bersama pencari suaka dari Iran. 

Dia berterus terang, seluruh kegiatan menjual diri sebagai budak nafsu semata-mata demi mendapatkan uang. Uang yang yang diperoleh itu, jelas Mahmoud, hanya cukup untuk makan sehar-hari tanpa bisa menabung.

Meskipun menyesal dengan apa yang dilakukan, namun Mahmoud mengaku tidak punya jalan keluar untuk mengatasi kesulitan hidup sebagai pencari suaka di Yunani.

"Ini satu-satunya sumber penghasilan saya," tutur pria Afganistan ini. "Saya memang telah membuat kesalahan dan sekarang aku terpersosok ke jurang ini."

Di Yunani, regulasi prostitusi sangat ketat. Para pekerja seks komersial harus mendaftar di otoritas setempat, berusia di atas 18 tahun, warga Yunani, dan berada di rumah bordil berlisensi.

Meskipun demikian, prostitusi ilegal di jalanan yang melibatkan pendatang dan pengungsi tetap ada di Yunani, jumlahnya lebih dari 20 orang. 

Para pelacur yang berlisensi mendapatkan pemeriksaan kesehatan secara rutin, tetapi tidak demikian dengan pelacur jalanan seperti Mahmoud.

Sebagian besar pelacur di Atena adalah perempuan, tetapi taman Pedion Areos dikenal sebagai hot spot bagi para pelacur laki-laki. 

Mahmoud tidak sendiri menjadi pelacur laki-laki. Di taman Pedion Areos, terdapat pelacur dari Albania, Bulgaria, dan Rumania.

Salah satu pemuda yang menjajakan diri itu bernama Neno, lelaki campuran Bulgaria-Rumania. Dia tiba di Atena delapan tahun lalu. Sejak itu, dia menjadi pelacur di taman.

"Banyak orang membenci pekerjaan ini. mereka tidak suka orang semacam aku berada di sini," ungkapnya. "Baiklah, bagiku tak masalah. Tapi saya melakukan ini demi mendapatkan uang."

Apa yang disampaikan Neno, menurut Mahmoud ada benarnya. Warga masyarakat membenci profesi yang mereka lakoni.

"Pelanggan kami tidak datang setiap hari ke sini sebab mereka takut ditangkap petugas," Mahmoud menjelaskan. "Mereka datang ketika hari mulai gelap agar lebih aman."

Mahmoud dan rekan-rekannya mulai praktek pelacuran dari petang hari hingga menjelang matahari terbit, di saat warga lari pagi atau menggelandang anjingnya di taman.

"Sebagian besar pelanggan datang pada senja hari atau tengah malam. Saat itulah jam paling ramai pelanggan," tuturnya.

Meskipun demikian, Mahmoud melanjutkan, tidak semua yang datang ke taman semata-mata menjadi pelacur. Ada juga yang ingin sekedar melampiaskan nafsu seks saja.

"Mereka ke sini tidak semata-mata melacur demi uang, tapi untuk melampiaskan nafus seks."

Salah seorang laki-laki muda mengatakan kepada Al Jazeera, dia pernah melakukan hubungan seks dengan dua pria dibayar 5 euro atau setara dengan Rp 71 ribu. Uang sebesar itu hanya cukup untuk membeli sebungkus rokok.

"Selain dengan laki-laki, remaja itu bisa juga melayani perempuan."

Para pelanggannya, jelas Mahmoud, selalu warga Yunani. Hampir seluruhnya berusia 60-an, tetapi ada juga yang lebih muda berumur 30 tahunan, sedangkan yang paling tua berusia 90 tahun.

"Anda harus melayani semua usia, baik yang muda atau yang sudah berbau tanah," kata Mahmoud.

Beberapa pekerja seks komersial biasanya tampak akrab dengan pelanggannya di taman. Mereka ketawa ketiwi ngobrol dan tertawa secara terbuka untuk saling memperhatikan. Sedangkan bagi pelacur muda, mereka tampak canggung, duduk berdiam diri.

"Biasanya mereka melihatku di taman, mereka mendekatiku seklanjutnya bertanya padaku, darimana asal usulmu?" kata Mamoud.

"Saya sedikit belajar bahasa Yunani agar supaya saya mengerti dan kami berbicara sedikit. Selanjutnya, mereka duduk di sebalahku dan mulai terjadi transaksi."

Bila disepakati, mereka menuju ke sebuah tempat yang lebih privasi, tetapi biasanya mereka pergi ke semak-semak tak jauh dari taman.

Editor : Administrator

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI