Sukabumi Update

Polisi Sebut Korban Pembunuhan Berantai Aki Wowon Cs Capai 9 Orang

Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyebut ada sekitar 9 korban pembunuhan berantai yang dilakukan Wowon Erawan alias Aki, Solihin alias Duloh serta M. Dede Solehuddin. |Foto: Instagram@Poldametrojaya.

SUKABUMIUPDATE.com - Fakta terungkap dari hasil pendalaman kasus seorang ibu dan kedua anaknya yang tewas akibat keracunan di rumah kontrakannya di Bantargebang, Kota Bekasi pada Kamis, 12 Januari 2023. Kasus tersebut ternyata merupakan bagian dari pembunuhan berantai.

Pelaku pembunuhan berantai dilakukan oleh Wowon Erawan alias Aki (60 tahun), Solihin alias Duloh dan M. Dede Solehuddin.

Dilansir dari suara.com, Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran menyebut ada sekitar 9 korban pembunuhan berantai atau serial killer yang dilakukan Wowon Cs. 

Baca Juga: Kisah Masjid di Cibadak Sukabumi, Berdiri di Area Proyek Jembatan Pamuruyan Baru

"Mudah-mudahan cuma 9 korban ini tidak ada korban lain," kata Fadil di Polda Metro Jaya, Jakarta, Kamis (19/1/2023).

Dalam keracunan satu keluarga di Bekasi, 3 korban meninggal dunia atas nama Ai Maimunah (40 tahun) yang merupakan istri siri Aki Wowon. Lalu dua orang yang tewas lainnya Ridwan Abdul Muiz (20 tahun) dan M Riswandi (16 tahun), keduanya merupakan anak Ai.

Selain tiga orang tewas, ada 2 orang lagi yang juga keracunan yaitu Neng Ayu Solihin (5 tahun), anak Ai Maemunah. Lalu Adik ipar Ai Maemunah, M. Dede Solehuddin.

Neng Ayu selamat dan dirawat di rumah sakit. Adapun Dede, minum racun juga tapi tidak banyak dan ternyata terlibat dalam kasus tersebut. 

Baca Juga: Persib Kehilangan 1 Pemain, Daftar Perpindahan Pemain Bursa Transfer Liga 1 hingga 17/1

Fadil menyebut alasan Aki Wowon Cs membunuh Ai Maimunah, Ridwan, dan Riswandi dengan cara diracun karena mengetahui praktik kejahatan sebelumnya yang telah mereka lakukan.

"Korban meninggal dunia di Bekasi ini dibunuh karena para tersangka ini diketahui melakukan tindak pidana lain. Apa tindak pidana lain itu, mereka melakukan serangkaian pembunuhan atau biasa disebut serial killer dengan motif janji-janji yang dikemas dengan kemampuan supranatural untuk membuat orang menjadi sukses atau kaya," ungkap Fadil.

Baca Juga: Jadwal Tayang Preman Pensiun 8, Simak Info Terbarunya Langsung dari Sang Sutradara

"Jadi keluarga dekatnya ini dianggap berbahaya karena mengetahui bahwa dia[pelaku] melakukan tindak pidana lain dalam bentuk pembunuhan dan penipuan terhadap korban-korban lainnya," ujarnya.

Dalam kasus ini, Aki Wowon dan Duloh merupakan partner in crime. Dalam menjalankan aksinya, Duloh menarasikan dirinya memiliki kemampuan untuk meningkatkan kekayaan dan menyuruh Aki Wowon untuk mencari korban.

Fadil menyatakan, pelaku memberikan janji dan motivasi palsu kepada korban, setelah ditagih para korban yang sudah tertipu dihilangkan nyawanya. 

Baca Juga: Peserta Seleksi PPS Pemilu 2024 di Kabupaten Sukabumi Wafat saat Tes Wawancara

"Setelah Aki mendapatkan korban atau target yang ingin sukses kemudian diambil uangnya. Namun ketika kesuksesan itu tidak kunjung diraih [korban] maka tentunya dia [Korban] akan menagih, maka Aki akan melaporkannya kepada Duloh dan Duloh yang kemudian mengeksekusi," ujarnya.

Berdasarkan hasil penyelidikan, ada potensi para pelaku sudah pernah melakukan kejahatan sebelumnya dengan modus operandi yang sama. "Dari situlah penyidik melakukan pendalaman dan hasil pemeriksaan para tersangka mengakui pernah melakukan kejahatan sebelumnya," ujarnya.

Menurut dia, tim kolaborasi interprofesi Polda Metro Jaya langsung menindaklanjuti fakta baru kemudian berangkat ke Cianjur. Di Cianjur, tim menemukan 3 lubang. 

Baca Juga: Lirik dan Terjemahan Lagu You & I Oleh Diego Gonzales

"Lubang pertama berisi kerangka anak kecil diduga atas nama Bayu umur 2 tahun. [lubang] berada di samping rumah pelaku Duloh. Lubang kedua berisi dua kerangka tulang yang ditemukan dalam satu lubang diduga atas nama Noneng dan Wiwin. Lubang ketiga berisi kerangka tulang yang diduga bernama Farida," ujarnya.

Selain pengakuan para pelaku, Fadil menyatakan dibutuhkan proses identifikasi primer, pemeriksaan DNA dan sebagainya. "Karena ada yang sudah meninggal 2 tahun lebih, ada yang baru 2 bulan. Tentu proses-proses memastikan identitaskan perlu dilakukan tidak hanya pada pengakuan para tersangka," katanya.

Untuk korban tewas pembunuhan berantai, kata Fadil, 3 orang di Bekasi, di Cianjur ada 4 kerangka kemudian ada pengakuan dari tersangka 1 kerangka lain belum ditemukan lalu di Garut 1 orang dikuburkan.

Untuk yang di Garut, sebelumnya korban dibuang ke laut dan ditemukan oleh warga lalu dikuburkan.

Fadil menyatakan kasus ini harus terungkap. Sebab apabila tak terungkap akan ada korban-korban lain. "Kalau tidak terungkap atau dibiarkan bisa saja ada korban-korban selanjutnya," ujarnya.

Sumber: Suara.com

Editor : Andri Somantri

Tags :
BERITA TERKAIT