SUKABUMIUPDATE.com - Kapolda Jawa Barat (Jabar) Irjen Pol Rudi Setiawan menegaskan komitmennya untuk menindak tegas para pelaku pembalakan liar di wilayah Jabar. Hal ini disampaikannya saat meninjau jalur wisata pantai selatan, tepatnya di kawasan Karanghawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Senin (8/12/2025).
Dalam agenda menjelang pelaksanaan Operasi Lilin Lodaya 2025 dan menyambut Tahun Baru 2026 itu, Rudi menyebut penegakan hukum terhadap kegiatan pembalakan liar menjadi prioritas Polda Jabar. Meski begitu, lanjut dia, saat ini kepolisian tetap fokus pada pencegahan bencana longsor dan banjir bandang, termasuk banjir rob di wilayah utara.
"Setiap ada potensi gangguan kamtibmas (keamanan dan ketertiban masyarakat) lainnya, ada bukti pembalakan dan sebagainya, pasti kita tindak," kata dia kepada wartawan.
Rudi juga menyebut sejumlah bencana baru-baru ini harus menjadi perhatian bersama. Ia telah berkoordinasi dengan Bupati Sukabumi Asep Japar dan Wakil Bupati Sukabumi Andreas untuk memperkuat kolaborasi dalam melindungi masyarakat dari ancaman itu. "Beberapa waktu lalu terjadi longsor dan banjir bandang. Ini perlu diantisipasi," ujarnya.
Diketahui, banjir bandang dan tanah longsor yang dipicu cuaca ekstrem dan hujan deras pada 27 Oktober 2025 lalu telah mengakibatkan kerusakan signifikan di dua kecamatan yaitu Cisolok dan Cikakak, Kabupaten Sukabumi. Pemerintah Kabupaten Sukabumi pun saat itu menetapkan status Tanggap Darurat Bencana di kedua wilayah tersebut.
Baca Juga: Warga Sebut Pembalakan Liar di Gunung Salak Sukabumi Ancam Ketersediaan Air Bersih
Menurut data per 30 Oktober 2025, bencana ini meliputi 43 lokasi banjir di 15 desa dan 18 titik tanah longsor di total 18 desa. Daeng Sutisna selaku Manajer Pusdalops BPBD Kabupaten Sukabumi merinci total dampak kerusakan rumah mencapai 141 unit yang dikategorikan dari ringan hingga berat. Berikut datanya:
Rusak Berat: 50 unit (40 di Cisolok, 10 di Cikakak)
Rusak Sedang: 52 unit (25 di Cisolok, 27 di Cikakak)
Rusak Ringan: 39 unit (32 di Cisolok, 7 di Cikakak)
Terancam: 4 unit (di Cikakak)
Selain itu, tercatat 577 rumah sempat terendam banjir sebelum air surut. Secara keseluruhan, dampak bencana menimpa 1.091 Kepala Keluarga (KK) dengan 3.291 jiwa. Sementara 9 KK atau 37 jiwa mengungsi ke rumah saudara, dengan 1 KK atau 5 jiwa masuk dalam kategori terancam. Tidak ada korban jiwa maupun luka-luka akibat kejadian ini.
Adapun catatan sukabumiupdate.com, dugaan pembalakan liar terjadi di sekitar kaki Gunung Salak, tepatnya di Blok Cangkuang, Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Warga setempat mengeluhkan terkait aksi terlarang yang terjadi di area gunung yang dipandang akan mengundang bencana ekologis dan mengancam ketersediaan air bersih.
Kekhawatiran itu diungkapkan salah satu tokoh masyarakat, Jumroni (50 tahun). Ia menyebut kerusakan yang ditinggalkan saat ini akan mengancam kelestarian hutan dan ketersediaan air bersih. Begitu juga potensi bencana alam. "Kami sebagai warga Cidahu hanya ingin hutan Blok Cangkuang dipulihkan secepatnya. Kerusakan yang terjadi bukan hal kecil, karena wilayah itu sumber air bagi tiga kecamatan. Kalau hutan rusak, kehidupan kami juga terancam," ujar dia, Senin (17/11/2025).
Menurutnya, Blok Cangkuang menjadi salah satu sumber air utama bagi tiga kecamatan di kaki Gunung Salak. Oleh karena itu, warga menilai pemulihan kawasan merupakan keharusan dan kebutuhan mendesak yang tidak bisa ditunda. Masyarakat juga menuntut penegakan hukum yang tegas terhadap para pelaku pembalakan liar yang telah merusak.
Ketika itu, Kasat Reskrim Polres Sukabumi Iptu Hartono mengaku telah mengidentifikasi dugaan kasus pembalakan liar di Gunung Salak. "Untuk penyelidikan juga sedang berjalan."
Editor : Oksa Bachtiar Camsyah