Sukabumi Update

Mitigasi Non Struktural, 20 Menit Berharga Saat Tsunami Ancam Pesisir Selatan Jawa

SUKABUMIUPDATE.com - Akademisi Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr. Heri Andreas mengungkap mitigasi adalah senjata menghadapi ancaman potensi Tsunami di Selatan Pulau Jawa, termasuk Jawa Barat dan Sukabumi. Isu ini kembali mengemuka setelah sejumlah riset menyebut bahwa saat ini wilayah Jawa Barat Banten dan segmen lain di terkonfirmasi tengah berada di ujung siklus "Earthquake Cycle".

Terkait mitigasi bencana, Pasal 1 poin (54), Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 22 Tahun 2012 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sukabumi Tahun 2012-2032 menyebutkan:

“Prinsip-prinsip mitigasi bencana adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.”.

Meliputi manajemen resiko bencana berupa mitigasi struktural dan nonstruktural yang diungkapkan dalam Agenda Zoom Meeting Webinar yang berjudul "Ancaman Tsunami Selatan Jawa: Sudah Siapkah Kita?" pada Rabu malam, (16/11/2022). 

Mitigasi struktural dilakukan melalui pembuatan tanggul laut, tanggul pantai penahan tsunami, penyiapan jalur-jalur evakuasi serta selter evakuasi.

Sedangkan mitigasi non-struktural dilakukan dengan cara peningkatan kapasitas masyarakat untuk lebih cerdas memahami isu megathrust dan pandai dalam melakukan "evakuasi diri".

Dr. Heri Andreas menegaskan bahwa senjata yang paling mudah dan murah dilakukan adalah Mitigasi non struktural, yang mencakup;. 

• Evakuasi Diri

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sukabumi bersama dengan Badan Informasi Geospasial (BIG) bahkan telah melakukan survei di pesisir Pantai Selatan Kabupaten Sukabumi Jawa Barat, Selasa 14 Juni 2022 lalu.

BIG melakukan langkah mitigasi dengan menentukan Tempat Evakuasi Sementara (TES) dan Tempat Evakuasi Akhir (TEA) jika terjadi tsunami di sepanjang pesisir pantai Sukabumi akibat aktivitas Zona Megathrust Selat Sunda atau MSS.

Sebelumnya, BPBD mencatat sejumlah wilayah yang punya kepadatan penduduk tinggi di sepanjang pesisir Sukabumi, yaitu Palabuhanratu, Ciracap dan Ujung Genteng. Adapun panjang pantai di Kabupaten Sukabumi itu sekitar 117 kilometer dengan wilayah pesisir pantai meliputi kecamatan Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu, Simpenan, Ciemas, Ciracap, Surade, Cibitung, dan Tegalbuleud.

PEPEN SUPENDI, DKK. (NATURAL HAZARDS, 2022). Peta sejarah gempa merusak dan potensi gempa megathrust di selatan jawa dan barat sumatera
PEPEN SUPENDI, DKK. (NATURAL HAZARDS, 2022). Peta sejarah gempa merusak dan potensi gempa megathrust di selatan jawa dan barat sumatera

Para ahli dan peneliti termasuk BMKG menyebutkan dari pemodelan Tsunami megathrust selatan jawa hampir seluruh wilayahnya akan terdampak.

Data Peta Pemodelan Tsunami Megathrust tersebut, dijelaskan untuk wilayah pesisir Sukabumi ombak memiliki ketinggian rata-rata 3 hingga 20 meter. 

Gelombang tsunami juga mencapai teluk palabuhanratu, yang meliputi wilayah Cisolok, Cikakak, Palabuhanratu hingga Simpenan dalam 20 menit dan Kecamatan Palabuhanratu menjadi titik terparah karena berada di teluk.

Selain itu, Tsunami akan datang dalam interval waktu 10 hingga 20 menit di wilayah Ciemas dan sebagian Ciracap, Surade, Cibitung dan Tegalbuleud, dengan Ketinggian ombak di pantai di sejumlah kecamatan ini bervariasi dari 8 hingga 20 meter.

Warga pesisir Sukabumi diharapkan wajib waspada jika gempa terjadi dengan magnitudo 8,7 di zona MSS. Hal ini karena ombak setinggi lebih dari 20 meter datang menyapu pantai selatan dari Cisolok hingga Tegalbuleud hanya dalam waktu 20 menit.

• Kapasitas Masyarakat

Gelombang Tsunami tidak selalu datang setiap saat, meskipun sekali menghantam bisa sangat hebat. Sehingga, mitigasi non struktural dengan peningkatan kapasitas masyarakat dapat dilakukan melalui pemahaman upaya penyelamatan diri saat Tsunami.

Mengutip Informasi Tsunami dari Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berikut Upaya penyelamatan diri jika terjadi Tsunami:

1. Sekitar pantai terasa guncangan gempa bumi dan air laut tiba-tiba surut dan dasar laut terlihat

• Segera lari menuju ke tempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi)

• Beritahu orang lain untuk melakukan penyelamatan serupa.

2. Berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut

• Jangan mendekat ke pantai

• Arahkan perahu ke laut.

3. Gelombang pertama telah datang dan kembali surut 

• Jangan segera turun ke daerah rendah karena biasanya akan ada terjangan gelombang berikutnya.

4. Gelombang tsunami benar-benar mereda

• Lakukan pertolongan pertama pada korban.

Sumber : ESDM RI

Writer: Nida Salma M

#SHOWRELATEBERITA

Editor : Fitriansyah

Tags :
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI