Sukabumi Update

Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris", Anak Muda Giring Opini Massa Secara Digital

Ilustrasi Ramalan "Tikus Pithi Anoto Baris" Semasa Jayabaya di Kediri (Sumber : Instagram/@nonetis.id)

SUKABUMIUPDATE.com - Prabu Jayabaya merupakan raja di Kerajaan Panjalu Kediri, yang membawa kejayaan pada masa itu.

Ramalan Jayabaya kerap dikaitkan dengan peristiwa faktual masa kini, mengingat beberapa ramalannya benar-benar terjadi.

"Tikus Pithi Anoto Baris" adalah Ramalan Jayabaya ketujuh yang benar terjadi di Indonesia tentang barisan angkatan muda salah satunya opini massa secara digital.

Berikut Fakta Ramalan Jayabaya: Tikus Pithi Anoto Baris, dikutip dari E-Book Publikasi bertajuk "Ramalan Joyoboyo" yang diakses dari situs adoc.pub, Kamis(12/1/2023).

Ramalan ketujuh Sri Aji Joyoboyo (1145-an): Tikus pithi anoto baris interpretasinya tikus merah yang menyusun barisan.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya "Kodok Ijo Ongkang-Ongkang", Partai Komunis Indonesia di Era Soeharto

Merah tatkala masih bayi belum tumbuh bulu, dan kelak menjadi hitam oleh bulunya sendiri. Sifat utama tikus pithi antara lain: gesit, mau sendiri, susah diatur, dan lucu.

Tikus pithi dalam Ramalan Jayabaya berarti pandai menyembunyikan diri akan tetapi belum mampu membuat persembunyian sendiri, yakni berupa lubang-lubang dalam tanah, atau membuat sarang dari bahan yang ada disekitarnya. Manusia tanpa alat bantu susah untuk menangkap dan memburu makhluk yang satu ini.

Tikus pithi benar-benar menyusun barisan bila pemimpin besarnya (induknya) dibunuh atau melarikan diri. Jika keadaan biasa tanpa gangguan maka ia bergerak tanpa formasi alias kocar-kacir tanpa tujuan semua gerakannya.

Tikus-tikus pithi Ramalan Jayabaya menyusun barisan bila mereka sedang kelaparan hebat, karena musim paceklik atau sarangnya diobrak-abrik dan digusur, dan juga berubah agresif tatkala mereka mendapat mangsa empuk.

Semasa Jayabaya memerintah di Kediri tikus pithi sebagai julukan pada anak-anak remaja yang beranjak dewasa, tidak lagi merah tapi sudah bersemu kehitaman.

Tikus dalam konteks ramalan jayabaya bisa sebagai perlambang kaum muda, angkatan muda, atau pemuda dalam lingkup pusat kerajaan Kediri.

Baca Juga: Kisah Nyata Ramalan Jayabaya "Pitik Tarung Sak Kandang", Komunis Pemilu Perang Saudara

Prabu Jayabaya atau Sri Aji Joyoboyo sangat membutuhkan pasukan laut terutama bertugas sebagai prajurit dan paling dapat dipercaya tentu pemuda setempat dan disamping itu suara mereka benar-benar diperhitungkan dalam percaturan politik kerajaan.

Kerajaan laut tapi berpusat di pedalaman itu menguasai daerah pengaruh meliputi Jambi di pulau Sumatra, Kalimantan, Bali, dan Tidore, sehingga selalu memperkuat pasukan laut demi keperluan menjaga wibawa kerajaan di wilayah pengaruhnya.

Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris" menceritakan dimana angkatan muda mendapat porsi lebih untuk diterima sebagai abdi negara. Dengan strategi sedemikian rupa membuka peluang bagi pemuda, maka tidak ada gerakan pemuda yang berusaha untuk menggalang persatuan merongrong kekuasaan sang Prabu Joyoboyo.

Sejarah Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris" kemudian mencatat pada 1222, seratus tahun sejak kekuasaan Sri Aji Joyoboyo

Kala itu, angkatan mudanya sudah kurang mendapatkan porsi dalam pemerintahan, tiba-tiba dari suatu daerah kurang lebih 50 kilometer ke arah Timur kerajaan Kediri, gerakan pemuda pimpinan Arok membariskan pasukannya menggempur Kediri.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya Kemenangan Jepang, Kejajah Saumur Jagung Karo Wong Cebol Kepalang

Panglima perang kerajaan Kediri Mahesa Wulung adik dari Raja Dandang Gendis atau Kertajaya tewas di Ganter sehingga pasukan Kediri menelan kekalahan dalam pertempuran melawan pasukan Arok.

Arok tercatat sebagai orang pertama yang memimpin pemberontakan atau kudeta dengan hasil gemilang dalam sejarah Nusantara.

Kembali ke tahun 2010, adanya ramalan tikus pithi anoto baris ditafsirkan sebagai pemberontakan bersenjata rakyat dari segenap penjuru Nusantara adalah mustahil, kecuali dilakukan oleh unsur militer yang menguasai senjata.

Rakyat jelata jelas tidak punya senjata api dalam jumlah cukup untuk mengadakan pemberontakan skala besar.

Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris" mengartikan bahwa kaum muda memang mulai mengorganisir diri akan tetapi terpecah-pecah dan berorientasi ke berbagai jurusan, masing-masing berkutat di dalam kelompok sendiri.

Mereka berwarna-warni idealismenya ada merah, hijau, biru, kuning, dan merah jambu serta mengelompokkan disebagai kiri, tengah, dan kanan.

Ibarat dalam jejer wayang mereka saling berseberangan sehingga mudah diadu dombakan.

Baca Juga: Mengulas Ramalan Jayabaya Soal Pulau Jawa Akan Terbelah Dua di Masa Depan?

Angkatan muda memang selalu tampil dalam setiap goro-goro dalam pemerintahan RI, dan keberhasilan mereka selalu berpindah tangan dan diambil alih pihak lain.

Peranan mereka kembali hanya penggembira yang tidak mampu menindaklanjuti hasil gerakannya yang berhasil. Sepertinya mereka mulai menyadari hal demikian, dan mulai memasang strategi baru.

Demo damai yang berubah anarkis mudah sekali ditumpas, atau mengambil jalan parlementer yang memerlukan waktu panjang dalam meraih kemenangan.

Hingga pada akhirnya yang paling mudah bagi angkatan muda dengan jalan mengumpulkan opini massa menggunakan jejaring sosial digital.

Jadi "tikus pithi anoto baris" berarti angkatan muda menyusun barisan. Bukan barisan pemberontakan bersenjata, bukan demo anarkis dan bukan menunggu waktu generasi tua menyerahkan kekuasaan kepada angkatan muda.

Sehingga angkatan muda menjadi angkatan tua. Pemuda maju lain lagi masih memiliki kekuatan kecil dalam mendukung gerakan perubahan sistemik, dalam pada itu idealisme pilihan mereka belum mampu mempersatukan kekuatan dari berbagai
elemen.

Cerita Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris" menyebut ide-ide pemersatu yang sudah tersedia antara lain Bhinneka Tunggal Ika, Pancasila, atau Nasakom, sejak era Majapahit hingga Kemerdekaan RI dan pasca kemerdekaan.

Saat ini ide terakhir itu sudah pincang, karena salah satu kakinya buntung. Sedangkan idea yang lain diselewengkan menurut kepentingan penguasa sendiri.

Kemudian dalam Ramalan Jayabaya "Tikus Pithi Anoto Baris" disebut tugas angkatan muda membuat utuh dan memurnikan kembali seperti sediakala semua ide yang dicetuskan dan diajarkan oleh para pemimpin Nusantara sesuai jamannya.

Kelak dengan berhasilnya angkatan muda menyusun barisan bersama untuk tujuan bersama memurnikan semua idea pemersatu dan mampu mewujudkannya dalam aksi, maka makna sesungguhnya ramalan Joyoboyo ketujuh itu terbuktilah kebenarannya.

Sumber : adoc.pub

Editor : Nida Salma Mardiyyah

Tags :
BERITA TERKAIT