Sukabumi Update

10 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia, Penuh Makna dan Suka Cita

Ilustrasi - 10 Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia, Penuh Makna dan Suka Cita. | (Sumber : Instagram/@ridwankamil.)

SUKABUMIUPDATE.com - Ramadan adalah salah satu bulan yang sangat ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Menjelang Ramadan, biasanya terdapat tradisi unik yang dilakukan oleh masyarakat di tanah air.

Tradisi unik menyambut Ramadan ini bahkan sudah dilakukan masyarakat di berbagai daerah di Indonesia secara turun temurun. Mereka melestarikan tradisi menyambut Ramadan sejak dahulu kala.

Tradisi menyambut Ramadan di Indonesia ini memang terbilang unik. Masyarakat merayakannya dengan cara berbagi makanan, pesta rakyat, saling maaf-maafan, silaturahmi dan lainnya.

Hingga saat ini tradisi menyambut Ramadan masih terus dilakukan oleh masyarakat Indonesia dan seakan hal tersebut menjadi tradisi yang mesti dilaksanakan setiap tahunnya.

Berikut 10 tradisi unik menyambut bulan Ramadan di Indonesia yang dikutip via Akurat.co.

1. Papajar

Papajar adalah tradisi yang dilakukan oleh masyarakat Muslim Sunda khususnya di daerah Sukabumi dan Cianjur Jawa Barat. Konon, masyarakat dari kedua daerah ini sudah melakukan tradisi Papajar sejak abad ke 16.

Kata Papajar berasal dari mapag pajar (fajar), yang berarti fajar Ramadan. Istilah dalam bahasa Sunda ialah masyarakat saling membawa makanan dengan lauk pauk yang beragam dan kemudian saling berbagi dalam menyambut bulan Ramadan.

Baca Juga: 7 Mitos Bunga Wijaya Kusuma, Datangkan Jodoh Hingga Kesayangan Nyi Roro Kidul

Tradisi Papajar ini dilakukan di penghujung bulan Sya’ban. Masyarakat Sunda melakukan tradisi Papajar secara turun temurun dan hampir setiap tahunnya tradisi ini tak pernah terlewatkan.

2. Meugang

Meugang adalah tradisi tahunan yang dilakukan oleh masyarakat Aceh. Tradisi menyambut ramadan ini lahir sejak masa Kerajaan Aceh, yakni sekitar tahun 1607-1636 Masehi. Kala itu, Sultan Iskandar Muda memotong hewan dalam jumlah besar dan membagikan dagingnya kepada seluruh rakyat Aceh sebagai ungkapan rasa syukur dan tanda terima kasih kepada rakyatnya.

Tradisi ini pun mulai mengakar di antara masyarakat dan dilaksanakan dalam menyambut hari-hari besar umat Islam hingga saat ini. Meugang dilakukan sebagai tradisi menyambut Ramadan dengan memasak daging dalam jumlah besar dan menyantapnya bersama keluarga, kerabat, dan anak-anak yatim piatu.

Baca Juga: Korban Tewas Jadi Dua, Kronologi Kecelakaan Motor di Waluran Sukabumi

Tak jarang daging yang sudah dimasak dibagikan masjid untuk dimakan oleh tetangga dan warga lain, sehingga semua orang dapat merasakan kebahagiaan melalui sedekah dan kebersamaan.

3. Balimau

Tradisi menyambut Ramadan yang berasal dari Minangkabau, Sumatera Barat, ini memiliki makna untuk membersihkan diri sebelum memasuki bulan yang suci. Balimau dilakukan di aliran sungai atau tempat pemandian dengan menggunakan jeruk nipis karena msayarakat terdahulu belum mengenal sabun mandi.

Balimau dilakukan dengan mengguyurkan air yang sudah dicampur dengan jeruk nipis, rempah-rempah, dan ramuan bunga ke sekujur badan. Menggosok seluruh bagian badan hingga dirasa sampai bersih. Tradisi ini adalah sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dan juga menjadi ajang silaturahmi.

4. Nyorog

Nyorog adalah tradisi menyambut Ramadan yang dilakukan rutin setiap tahunnya oleh masyarakat Betawi. Tradisi ini dilakukan dengan membagikan bingkisan yang berisikan makanan siap saji, seperti sayuran, lauk, nasi, dan lainnya. Bergesernya jaman, isi dari bingkisan ini berubah menjadi makanan atau bahan pokok, seperti kopi, gula, sirup, dan biskuit.

Baca Juga: Lempar Bakso Diduga Isi Sabu ke Lapas Nyomplong Sukabumi, Pelaku Ditangkap

Umumnya berawal dari anggota keluarga termuda yang mengunjungi saudara-saudaranya yang lebih tua dan orang yang dituakan di kampungnya. Tujuan dari tradisi ini adalah untuk mempererat silaturahmi serta mengetahui kabar keluarga satu sama lain.

5. Dugderan

Dugderan adalah tradisi menyambut Ramadan yang berasal dari Semarang. Tradisi ini sudah dilakukan sejak tahun 1881 yang sampai sekarang masih dilakukan rutin setiap tahunnya. Dugderan biasanya dilakukan dengan adanya pesta rakyat yang meriah.

Bedanya Dugderan zaman sekarang sudah menjadi pesta rakyat yang rangkaian acaranya ada tari-tarian, karnaval, dan tabuh bedug. Di setiap Dugderan pasti Warak Ngendong yang jadi simbol acara ini diarak dan ikut dalam karnaval. Biasanya karnaval akan dimulai dari Balai Kota dan berakhir di Masji Kauman.

6. Suro'baca

Suro’baca tradisi jelang ramadan yang masih terpelihara di Makassar ini selalu dilakukan turun temurun di kalangan suku Bugis. Tradisi ini biasanya dilakukan pada akhir bulan Sya’ban atau H-7 sampai dengan satu hari menjelang bulan Ramadan.

Baca Juga: 10 Keistimewaan Bulan Ramadan yang Perlu Dipahami oleh Umat Muslim

Acara makan bersama sekaligus silahturahmi ini juga biasanya diisi dengan berdoa bersama dan diakhiri dengan ziarah ke makam para leluhur.

7. Grebeg Apem

Grebeg Apem atau dikenal juga sebagai Kirab Apem adalah tradisi menyambut Ramadan yang digelar oleh pemerintah Jawa Timur. Sebanyak ribuan apem dibagikan ke msayarakat, tradisi ini dilakukan sebagai bentuk meminta ampun pada Allah SWT sebelum memasuki bulan Ramadan.

8. Kirab Dandangan

Kirab Dandangan merupakan kirab (festival) yang dilakukan oleh masyarakat Kudus untuk menandai dimulainya ibadah puasa. Istilah dandangan yang diambil dari lantunan suara bedug masjid yang ditabuh ketika memasuki awal bulan Ramadan. Awalnya, tradisi ini dilakukan oleh para santri yang menunggu pengumuman puasa oleh Sunan Kudus di Masjid Menara Kudus.

Melalui tradisi ini dimanfaatkan oleh para pedagang untuk ikut berjualan di sekitar masjid, sehingga kini kirab pun dijadikan momen warga untuk berkumpul sebelum memasuki bulan puasa. Selama kirab berlangsung, desa-desa yang ada di Kudus akan menampilkan kehebatan desa mereka dengan mengarak kerajinan yang mereka buat.

9. Ziarah Kubro

Tradisi Ziarah Kubro sudah menjadi agenda tahunan bagi masyarakat Muslim Palembang yang tinggal di sepanjang Sungai Musi.Tradisi ini juga diikuti oleh komunitas arab. Diartikan sebagai ziarah kubur adalah kegiatan mengunjungi makam para ulama dan pendiri Kesultanan Palembang Darussalam atau ‘waliyullah’ secara massal. Meski dilaksanakan secara massal, tradisi ini hanya dikhususkan bagi kaum laki-laki.

Tradisi menyambut Ramadan ini biasanya diikuti oleh para peziarah yang mengenakan pakaian serba putih dan melakukan pawai menuju sejumlah titik ziarah di Palembang. Ziarah Kubro berlangsung selama 3 hari berturut-turut dan kerap kali diikuti oleh peziarah yang datang dari kota-kota lain.

10. Pawai Obor

Dari sekian banyak tradisi menyambut Ramadan yang ada di Indonesia, pawai obor adalah salah satu tradisi yang cukup familiar. Pasalnya, pawai obor adalah tradisi yang umum dilakukan masyarakat setempat bukan hanya dalam menyambut Ramadan, tetapi juga merayakan hari besar dalam Islam.

Baca Juga: Berujung Cerita Horor, Geger Kabar Lelaki Lompat dari Jembatan Sekarwangi Sukabumi

Pawai obor sendiri biasanya dilakukan dengan cara arak-arakan membawa obor yang terbuat dari bambu. Hal ini bertujuan untuk menarik antusiasme masyarakat setempat dalam menyambut bulan penuh rahmat sebulan ke depan. Pawai obor juga menjadi sarana silaturahmi antar warga.

Sumber: Akurat.co

Editor : Ikbal Juliansyah

Tags :
BERITA TERKAIT