Sukabumi Update

3 Faktor Resiko Inferiority Complex, Ada Trauma Masa Kecil!

Ilustrasi -Faktor Resiko Inferiority Complex, Ada Trauma Masa Kecil (Sumber : Freepik)

SUKABUMIUPDATE.com - Perilaku mengasingkan diri dari keramaian identik dengan tipe kepribadian introvert. Namun ternyata ada istilah yang menggambarkan hal tersebut.

Istilah itu disebut dengan inferiority complex, yaitu kondisi perasaan tidak mampu atau rendah diri, nyata atau imajiner. 

Mengutip Verywell Mind via Tempo.co, kondisi itu akibat situasi ketika seseorang merasa kurang unggul daripada kawan-kawan sekitarnya. Orang dengan inferiority complex menganggap dirinya payah segalanya.

Baca Juga: 5 Bahasa Tubuh Tanda Orang Berbohong, Salah Satunya Ekspresi Wajah

Orang dengan inferiority complex rentan mengasingkan diri dari pergaulan. Jika gejala ini dibiarkan bisa mempengaruhi interaksi atau hubungan sosial.

Faktor Resiko Inferiority Complex

1. Pengalaman trauma di masa kecil 

Anak-anak rentan tumbuh dalam perasaan lemah dan tidak mampu. Hal itu diperburuk jika orang tua tidak bisa membantu kepribadian anaknya tumbuh sebagai orang yang mampu berdaya. 

Pemicu lainnya ketika anak-anak tumbuh di lingkungan yang berulang kali membuat nilai dirinya mengembangkan sikap malu-malu dan khawatir berlebihan terhadap kemampuan diri.

2. Kondisi Fisik

Terkadang berat badan, bentuk wajah, atau ciri-ciri tubuh lainnya menjadi faktor yang membuat orang minder di lingkungan pergaulan. Tapi, kondisi itu dipengaruhi dari orang-orang di sekitarnya yang membicarakan tentang tubuh. 

Kondisi itu bisa mempengaruhi secara ekstrem menilai diri seperti merasa banyak kekurangan. Perisakan fisik salah satu kondisi yang rentan berakibat inferiority complex.

3. Tantangan ekonomi dan sosial

Kesulitan finansial seperti mengorbankan kebutuhan penting untuk membayar masalah yang mendesak, salah satu contohnya. Jika terus-menerus seperti itu rentan berakibat inferiority complex.

Misalnya, finansial yang terlalu sulit menyebabkan harus selalu menghubungi orang lain untuk meminta bantuan. Kondisi itu bisa berdampak negatif mempengaruhi harga diri.

Baca Juga: 5 Mitos Batu Hitam di Dunia, Ada Misteri Sekitar Stadion Suryakencana Sukabumi!

Mengutip WebMD, pria tergolong rentan inferiority complex. Itu akibat dari tekanan budaya maskulin kaum pria atau Toxic Masculinity. 

Fenomena sosial tersebut membuat pria merasa harus terus menekan respons emosional normal dan menjadi lebih unggul secara fisik, mental, dan finansial. Pria cenderung merasa rendah diri dan payah dalam menjalin hubungan, khususnya ketika dibandingkan dengan pasangan masa lalu kekasihnya.

Orang dengan inferiority complex berisiko mengalami masalah kesehatan mental lainnya seperti depresi dan kecemasan.

Sumber: Tempo.co

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT