Sukabumi Update

Karmin Halal atau Haram? Ini Penjelasan Resmi dari LPPOM MUI

Bahan pewarna Karmin berasal dari serangga Cochineal. (Sumber : Istimewa/kolase)

SUKABUMIUPDATE.com - Heboh bahan pewarna Karmin terbuat dari serangga Cochineal dinyatakan haram oleh Lembaga Bahtsul Masail (LBM) NU Jawa Timur karena termasuk binatang menjijikan. Kabar ini akhirnya diluruskan langsung oleh Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).

Sebelumnya viral di media sosial keterangan dari LBMNU Jatim yang mengatakan serangga cochineal masuk kategori najis dan menjijikan sehingga tidak boleh dimasukan dalam makanan dan minuman. Hasilnya Ketua Tanfidziyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Jawa Timur, KH. Marzuki Mustamar mengatakan LBMNU telah memutuskan haram hukumnya menggunakan karmin dalam makanan dan minuman.

Menanggapi hal tersebut, Direktur LPPOM MUI, Muti Arintawati mengatakan, bahwa pihaknya telah melakukan pemeriksaan laboratorium.

“Bahan ini berasal dari serangga Cochineal yang hidup di tanaman kaktus, tidak hidup dari makanan najis,” kata Muti dikutip dari laman resmi MUI, Sabtu (30/9/2023).

Baca Juga: Heboh Difatwa Haram, Merah Cantik Makanan Dicampur Karmin dari Serangga

Muti menjelaskan, pemeriksaan halal tersebut dilakukan untuk memastikan produk telah dibuat dengan bahan halal sesuai kriteria Sistem Jaminan Produk Halal (SJPH).

Dari hasil pemeriksaan tersebut, kata Muti, MUI telah mengeluarkan Fatwa Nomor 33 Tahun 2011 tentang Hukum Pewarna Makanan dan Minuman dari Serangga Cochineal.

Muti mengatakan, fatwa tersebut memutuskan bahwa pewarna makanan dan minuman yang berasal dari serangga Cochineal hukumnya halal. Dengan catatan, hal tersebut bisa bermanfaat dan tidak membahayakan.

“Atas dasar inilah, Komisi Fatwa MUI memberikan fatwa halal terhadap bahan tersebut, ” terangnya.

Sehingga, imbuh dia, produk-produk pangan yang memakai pewarna alami Karmin termasuk aman dikonsumsi. Ukuran keamanan konsumsi Cochineal ini terlihat dari bahan yang sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI.

Kehalalan produk ditentukan oleh Komisi Fatwa MUI setelah mencermati kajian Laboratorium LPPOM MUI dan tanggapan ahli. Sedangkan keamanan dan efektivitas produk ditentukan oleh BPOM.

“Terkait keamanan pangan, produk-produk yang memakai pewarna alami Karmin telah memiliki izin edar BPOM sehingga aman dikonsumsi oleh masyarakat,” tutupnya.

Editor : Denis Febrian

Tags :
BERITA TERKAIT
BERITA TERPOPULER
BERITA TERKINI