Sukabumi Update

8 Mitos Pamali Kepercayaan Masyarakat Sunda, Nomor 5 Sering Dilanggar!

Ilustrasi. Mitos Pamali Kepercayaan Masyarakat Sunda, mitos Sunda ulah dahar sabari di tanggeuy (Sumber : Pexels.com/@AGZ)

SUKABUMIUPDATE.com - Mitos Suku Sunda telah melekat dari zaman dahulu dan dipercaya oleh hampir seluruh masyarakat tanah Sunda. Lalu diceritakan secara turun temurun hingga saat ini. Mitos yang berkembang pesat tersebut ialah berupa larangan, hal tabu, dan pamali.

Mitos ini berkaitan erat dengan prinsip yang dipegang teguh masyarakat Sunda pada umumnya, yaitu siloka (tidak membuat orang lain tersinggung), someah (berperilaku sopan dan santun pada sesama), tarapti (tertib, disiplin), dan handap asor (merendah).

Sebagian masyarakat menganggap bahwa pamali hanyalah mitos belaka dan untuk menakut-nakuti anak kecil saja. Namun jika ditelisik lebih dalam, sebetulnya pamali memiliki tujuan untuk kebaikan dan berhubungan dengan sebab akibat.

Baca Juga: Contoh Babasan Sunda dalam Karakter "Cageur": Abong Biwir Teu Diwengku

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, pamali artinya adalah larangan atau pantangan berdasarkan adat. Sedangkan dalam kamus Sunda, pamali adalah larangan sepuh anu maksudna teu meunang ngalakukeun hiji pagawean lantaran sok aya matakna. Maksudnya ialah tidak boleh melakukan apa yang yang sudah dilarang, jika dilanggar akan ada akibatnya.

Merujuk artikel ilmiah Nurdin Qusyaeri dan Fauzan Azhari, bertajuk "Dialektika Budaya Sunda dan Nilai-Nilai Islam (Studi atas Nilai-Nilai Dakwah dalam Budaya Pamali di Tatar Sunda)" tahun 2019, ada beberapa mitos kepercayaan masyarakat sunda yang sudah dipercaya secara turun temurun. Berikut ulasannya sebagaimana melansir laman resmi jurnal.syntax-idea.co.id:

Mitos Pamali Kepercayaan Masyarakat Sunda

1. Ulah Dahar Sabari Di Tanggeuy, Bisi Dewi Pare (Dewi Sri Pohaci) Ngameuk

Artinya: jangan makan dengan piring ditangan, nanti dewi padi marah.
Larangan ini memiliki nilai etika, pendidikan, serta kepercayaan.

Dari segi kepercayaan, berarti kita dianggap tidak menghormati Dewi Sri Pohaci yang memberikan hasil kekayaan di masyarakat Sunda.

Baca Juga: 5 Karakter Kesundaan yang Identik dengan Babasan Sunda

Dari segi pendidikan, jika kita makan dengan piring ditangan, takutnya piring tersebut akan jatuh sehingga nasi dan pecahan belingnya berserakan di lantai. Maka lebih baik makan dimeja makan saja.

Sementara itu, jika dilihat dari segi etika, jika diperhatikan makan dengan piring ditangan memang terkesan tidak sopan. Apalagi jika hal itu dilakukan depan orang lain

2. Ulah Dahar Bari Sare, Bisi Gede Hulu

Artinya: jangan makan sambil tidur, nanti kepalanya besar.

Dalam mitos tersebut, terdapat nilai etika dan pendidikan yang terkandung didalamnya.

Dari segi pendidikan, jika kita makan sambil tidur memang tidak sopan, dan takutnya makanan tersebut menyangkut di tenggorokan, lalu akhirnya tersedak. Sementara dari segi etika, kita sebagai manusia harus mengerti, saat makan kita harus melakukan dengan yang seharusnya.

3. Ulah Diuk di Lawang Panto, Bisi Nongtot Jodo

Artinya: jangan duduk didepan pintu, nanti susah dapat jodoh

Jika ditelisik dengan teliti, mitos ini memiliki nilai etika. Karena duduk di depan pintu akan menghalangi jalan, dan terlihat tidak sopan

4. Ulah Sok Ngegelan Kuku, Bisi Pondok Umur

Artinya: jangan menggigit kuku, nanti umurnya pendek

Mitos ini juga memiliki nilai etika, dan pendidikan.Karena dari segi etika memang tidak sopan, apalagi jika dilakukan di depan umum.

Baca Juga: 20 Contoh Babasan Sunda dan Artinya: Ngarasa Ieu Aing Alias Adigung

Dari segi pendidikan, seseorang yang sering menggigit kuku terutama anak-anak, ditakutkan kukunya kotor dengan tanah yang akan menyebabkan mereka cacingan, dan sakit akibat kuman dan bakteri

5. Ulah Dahar Sabari Ceplak

Artinya: Jangan makan sambil mengeluarkan suara

Pamali ini melarang seseorang makan dengan mengecap atau mengeluarkan suara dari lidah, yang diakibatkan dari adanya gesekan air liur. Dalam basa Sunda suara itu disebut ceceplak.

Hal tersebut dianggap tidak sopan jika kita makan dengan orang lain, karena orang lain akan merasa jijik.

6. Ulah Ngadahar Cau Pangsisina, Bisi Di Kasisikeun

Artinya: jangan makan pisang paling ujung, nanti dilupakan orang

Pisang paling ujung biasanya memang memiliki ukurang yang paling besar. Maka siapapun akan mengambil yang paling besar apalagi anak-anak. Mitos ini terlihat sepele dan di abaikan, padahal terselip makna yang besar.

Baca Juga: 39 Contoh Paribasa Sunda dan Artinya, "Dibere Sabuku Menta Sajeungkal"

Beritahu anak-anak supaya makan dari ukuran kecil terlebih dahulu, lalu setelah itu boleh makan yang ukurannya besar. Pamali ini mengajarkan supaya kita tidak rakus dan serakah terhadap apapun.

7. Ulah Ngadiukan Bantal, Bisi Bisul

Artinya: jangan duduk di bantal, nanti bisul.

Hal ini memiliki makna etika. Yaitu kita harus duduk di kursi sesuai tempatnya. Tidak sopan jika bantal diduduki, karena bantal digunakan kepala untuk tidur.

8. Ulah Sok Nyiduhan, Sok Jadi Aul

Artinya: jangan sudah meludah sembarangan, nanti jadi aul. Mitos pamali ini memuat soal tata krama dan kesopanan terhadap sesama, terutama orang sekitar

Itulah beberapa mitos pamali atau larangan yang melekat pada orang Sunda. Namun dibalik itu, kita bisa mengambil pelajaran baik yang bisa kita terapkan dalam kehidupan.

Sumber: Jurnal Syntax 

Editor : Nida Salma

Tags :
BERITA TERKAIT